Dominic seorang pemimpin pasukan bayaran yang dijuluki 'Pasukan Penjagal' terpaksa harus mencari keberadaan seorang puteri kerajaan yang hilang. Awalnya Dominic dan pasukannya menyerah karena tidak berhasil menemukan puteri tersebut. Tapi di tengah petualangannya tanpa sengaja ia menemukan sesuatu diluar dugaannya.
Apakah yang terjadi?
Mampukan Dominic menemukan puteri yang hilang dan apa yang akan terjadi selanjutnya di perjalanan Dominic?
Yuk simak kisahnya....
Warning! Cuma buat yang Dewasa aja yah...yang masih bocil mending Skip ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 18
Perang
Akhirnya hari berlayar di laut Iblis akan segera mereka lalui. Dan benar apa yang di katakan Luvi lewat buku tuanya, saat itu laut Iblis tidak bergejolak seperti yang di rumorkan. Air laut seolah tenang dan menjadi penurut.
Pasukan tambahan yang telah tiba beberapa pekan sebelumnya, menempati perahu besar dengan ujung kapal berbentuk tengkorak. Tiga kapal besar berlabuh di belakang pasukan Obin.
“Pangeran Elquin!, siapa mereka?, kenapa mereka ikut dengan kita?” tanya salah satu Komandan prajurit Obin ketika melihat tiga buah kapal menyusul dan mengekor perahu mereka.
“Mereka sekutu kita, mereka akan membantu kita mengalahkan kerajaan Zhashvorgh” jawab Dominic tenang.
Mereka melalui perjalanan laut enam hari. Kemudian mereka telah sampai di tanah Zhashvorgh.
Setelah menambatkan kapal-kapal mereka di pesisir. Mereka bergerak menuju ke dalam hutan yang menghubungkan jalan pintas ke kerajaan Zhashvorgh.
Mereka akan berkemah di dekat hutan agar tidak terpantau oleh pihak Kerajaan.
Sesuai rencana, beberapa utusan dari Obin mendahului pasukan menuju ke Kastil Zhashvorgh dan memberikan surat pernyataan tantangan perang dari Raja Ghostlin.
Pihak kerajaan Zhashvorgh tidak mengetahui bahwa pasukan Obin sudah berada di dalam hutan dan sudah siap untuk menyerang ketika waktunya tiba.
“Ha ha ha, … Apa mereka kurang waras?!. Si bodoh Ghostlin sangat dendam padaku hingga membuat pikirannya buntu, padahal dia tahu kalau peperangan ini hanya akan sia-sia dan kemenangan pasti lagi-lagi menjadi milikku” ujar Raja Owen, Raja dari kerajaan Zhashvorgh yang duduk di singgasananya dan meraup kasar kertas coklat yang berisi tulisan tangan Raja Ghostlin.
“Hey utusan!, katakan pada Rajamu yang bodoh!, aku terima pernyataan perang ini, dengan konsekwensi jika aku memenangkan perang ini maka kerajaan Obin berada di bawah kekuasaanku, dan Ratu Obin akan menjadi milikku, karena si bodoh Ghostlin akan menemui ajalnya sesuai yang ia inginkan!” ujar Raja Owen.
“Baik Yang Mulia, akan kami sampaikan pada Raja kami. Kami permisi.” Tiga utusan Obin akan berlalu dari hadapan Raja Owen setelah mereka membungkuk memberi hormat, tetapi langkah mereka tiba-tiba terhenti.
“Tunggu!” panggil Raja Owen.
“Bagaimana kalian bisa menyebrangi laut Iblis dan sampai kesini?” tanya Raja Owen pada para utusan.
Ketiga utusan tersebut saling melempar pandang, apakah mereka harus memberitahu yang sebenarnya atau harus mencari alasan lain.
“Perjalanan kami agak memutar ke selatan Yang Mulia, karenanya waktu yang kami tempuh cukup lama, karena kami harus menghindari badai di tengah laut Iblis” jawab salah satu utusan.
“Lalu, bagaimana pasukan kalian akan kesini dan berperang dengan pasukanku dalam waktu sebulan?, apa kalian juga akan melewati jalan yang jauh memutar kearah selatan?” tanya Raja Owen.
“Maaf yang mulia, kami tidak tahu menau tentang hal itu, karena itu adalah hak Komandan kami yang mengatur, kami hanya diberi tugas untuk menyampaikan surat pernyataan itu kepada anda”
“Hm, baiklah! Pergilah kalian, sampaikan pesanku pada Raja kalian!” perintah Raja Owen.
Malamnya mereka mendirikan tenda di dekat hutan. Mereka dilarang menyalakan api yang besar, hanya diperbolehkan menyalakan obor dan api kecil untuk menghangatkan tubuh, karena asap pembakaran bisa menjadi sinyal bahwa mereka berada disana.
Dominic duduk diatas batu ukuran sedang. Pria itu terpapar cahaya api unggun yang kecil di depannya. Cahaya jingga api yang menyala memantul di matanya. Didepannya Axon menemaninya sambil merapihkan kayu bakar yang tercecer.
“Raja Owen benar-benar meremehkan Obin, itu bagus karena dengan kesombongan terkadang justru banyak celah yang bisa dimanfaatkan” ujar Dominic di sela suara malam dan hewan kecil yang sesekali terdengar menemani.
“Ya, bahkan mereka tidak tahu jika kita bersekutu dengan Obin” ucap Axon.
Beberapa saat kemudian, keheningan meruak keadaan. Dominic terlihat memikirkan sesuatu, memandang kosong kearah api yang menyala tidak terlalu besar.
“Tuan Dom, apa yang sedang anda pikirkan?” tanya Axon yang melihat tuannya diam sejak tadi.
“Tidak ada, aku hanya memikirkan peperangan nanti. Peperangan yang berbeda dari perang biasanya. Kali ini kita akan menghadapi makhluk yang tidak biasa” ucap Dominic.
“Ya anda benar, tapi bukankah kita sudah mendapatkan solusi untuk mengalahkan mereka berkat pengetahuan Luvi” ucap Axon.
‘Luppy …’ gadis itu kembali terngiang di benak Dominic. Matanya yang biru seolah membuatnya ingin kembali secepatnya bersama gadis itu.
“Yah, gadis itu ternyata bukan gadis biasa” ujar Dominic dengan suara rendah.
“Dia sangat cantik ya, Tuan. Jika aku setampan Tuan Dom, mungkin sudah kulamar dia” canda Axon.
“Kau tak perlu setampan aku untuk melamar seorang gadis. Tapi untuk yang satu ini, si rambut merah, aku rasa jangan dulu kau mendekatinya. Paham!” gertak Dominic.
“Ahhaai, anda menyukainya ya Tuan. Akui saja” Axon justru menggoda Tuannya.
“Diam kau”
Dominic tersenyum dengan sudut bibirnya, ternyata pria itu kembali menguak ingatannya tentang kejadian di perpustakaan.
‘Hm, dasar gadis polos, ia kira aku terkena sihir …’ gumamnya di batin dengan seringai senyumnya sendiri.
Mentari mengguling kearah timur. Sudah saatnya mereka menunggu waktu yang telah direncanakan, dan hari ini adalah harinya.
Cahaya kekuningan berhamburan keluar dari celah pepohonan. Setelah para prajurit mempersiapkan diri, mereka mengambil senjatanya masing-masing.
Dominic memerintahkan pada sebagian besar prajurit Obin agar menunggunya di dekat hutan dan jangan dulu bergerak maju. Jika pasukan yang tengah menyerbu memberi sinyal panah api, barulah sisa pasukan Obin ikut bergabung bersama Dominic.
“Ayo! Kita kalahkan mereka dengan cepat!” pimpin Dominic pada pasukannya dan sebagian pasukan Obin yang ikut serta.
Dengan pakaian serba hitam, zirah dan penutup wajah yang juga berwarna hitam, mereka berlari kedepan gerbang kastil Zhashvorgh.
Ketika telah sampai di depan benteng Zhashvorgh yang kokoh. Mereka dihadapkan dengan ribuan pasukan yang seolah tengah mempertahankan benteng mereka, ya, pasukan Zhashvorgh yang terlihat menyeramkan, dengan kapak-kapak besar dan pedang di genggaman mereka.
Walaupun penampakan mereka menyeramkan dan terlihat bringas, tapi Dominic dan pasukannya saa sekali tidak gentar, bahkan Dominic merasa ini adalah sebuah tantangan baru untuk bisa melawan makhluk campuran yang ganas.
Dominic sudah memperingatkan kepada pasukan Obin jangan pernah takut dengan penampilan Zhashvorgh yang menyeramkan, karena belum tentu mereka sekuat dan seseram penampilan mereka.
Sebagian pasukan Zhashvorgh berada di atas benteng, telah bersiap dengan panah-panah mereka, sebagian lainnya berada di tanah lapang di depan benteng untuk meghalau pasukan Obin yang akan menerobos gerbang utama kastil.
Genderang perang ditabuh oleh pasukan Obin, pasukan gelombang pertama pimpinan Dominic melaju kearah depan pasukan Zhashvorgh. Dengan kekuatan luar biasa, mereka bisa menembus dengan mudah. Karena ujung tombak, ujung pedang dan panah-panah mereka telah dibubuhi racun untuk membunuh para Zhashvorgh.
Semangat berkarya.
Berkah&sukses selalu.