Emily Gabriella Putri seorang gadis cantik berumur 25 th terpaksa harus bersandiwara menggantikan saudari kembarnya Emilia Karmila menjadi tahanan seorang mafia,karena telah melukai adik seorang mafia berkuasa bernama Albert wheeler.
Emily akan berusaha kuat untuk melindungi keluarganya.
Dan bagaimana perasaan Emily ketika mengetahui jika seseorang yang ia cintai adalah seseorang yang telah membuat ia merasa terpuruk selama 5 tahun lama nya.
“Tidak mungkin..laki-laki itu tidak mungkin Albert”gumam Emily dalam hati
Penasaran?
Yuk mampir
Selamat berhalu ria!!!!!!!!
Selamat berhalu ria
MOHON MAAF UNTUK KETIDAKNYAMANAN KALIAN DALAM MEMBACA CERITA INI. KARYAKU YANG INI MASIH DALAM PROSES REVISI PERBAB, GUNA MENYEMPURNAKAN TATA BAHASA MAUPUN TANDA BACANYA YANG MASIH SANGAT BERANTAKAN. BAGI KAIAN YANG SUDAH MEMBACA, MOHON MAAF JIKA TERGANGGU DENGAN NOTIF UPDATENYA. JIKA BERKENAN, KALIAN BISA MEMBACA ULANG.
TERIMA KASIH UNTUK PENGERTIANNYA
HAPPY READING🫶🏻
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Oming32, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4
Emily menatap jalanan dengan sendu. Entah apa yang akan terjadi nanti ketika dirinya bertemu dengan Albert wheeler, seorang mafia yang terkenal kejam dan tidak segan untuk membunuh.
Sebelum benar-benar sampai ditempat tujuan, Justin telah menjelaskan beberapa point penting tentang hubungan Albert dan Emilia. Sungguh diluar dugaan, Emily terkejut saat mendengar hubungan sang kakak dengan sang mafia. Albert dan Emilia telah menjalin hubungan layaknya suami istri, bahkan sudah memiliki seorang putra berumur 7 tahun.
Bagaimana mungkin, hal sebesar ini tidak diberitahukan kepada mereka, pikir Emily.
“Sebentar lagi kita akan sampai. Ingat baik-baik apa yang aku katakan tadi.” Pinta Justin, usai menceritakan tentang hubungan Emilia dan juga Albert. Segala sesuatu yang diketahui olehnya mengenai Albert, telah ia sampaikan kepada sang keponakan. Berharap Emily mengerti dan tidak mengacau seperti kakaknya, Emilia.
“Baik paman.”jawab Emily malas
THE WHEELER. Mereka akhirnya tiba di kediaman trah mafia besar, Wheeler Family. Sejenak gadis itu berdecak kagum melihat bangunan di depan matanya. Megah pun mewah, lima kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan rumahnya.
“Turunlah!”perintah Justin, yang membuat Emily tersadar dari lamunannya. Tanpa berucap apapun, gadis itu turun dari dalam mobil dengan raut wajah masam. Teringat kembali apa yang menjadi tujuannya datang kemari.
“Tersenyumlah! jangan memasang eskpresi wajah yang berpotensi membuat tuan Albert marah.” ucap Justin, sedikit merasa kesal.
Kaki keduanya telah berpijak di lantai mansion tersebut. Pintu besar di depan sana terbuka, menampilkan seorang pria dengan setelan jas hitam licinnya. Mimik wajahnya datar, menatap kepada sang tamu yang baru saja tiba.
“Selamat malam tuan Clifton” sapa Justin sambil menundukkan kepala memberi hormat kepada sang tangan kanan tuan Mafia. Ialah Clifton, pria dengan mimik wajah datar.
“Selamat malam tuan Justin. Apakah kau membawa apa yang tuan Albert minta?” tanya Clifton yang tidak mau berbasa basi.
“Tentu saja tuan Clifton. Putri saya adalah seorang yang bertanggung jawab.”balas Justin dengan senyum palsu diwajahnya.
Clifton mengangguk samar. Sekilas ia lirik wanita yang berdiri di belakang Justin “Baiklah bawa dia masuk. Tuan Albert telah menunggu”perintahnya
“Baik tuan. Emilia ayo kita masum” ajak justin.
Kepala Emily senantiasa tertunduk takut. Matanya sempat milirik ke arah Clifton dan tatapannya secara tidak sengaja bertemu. Sontak bayang-bayang akan kematian bangkit dan serasa sudah didepan mata.
“Apakah ini akhir dari hidupku?” gumamnya dalam hati
“Tegakkan kepalamu dan hafalkan setiap foto yang paman berikan. Didepan mu ini adalah taun Clifton, tangan kanan dari tuan Albert” bisik Justin kepada Emily. Sebisa mungkin agar mereka tidak terlihat mencurigakan.
“Baiklah nona Emilia, mari ikut saya karena tuan Albert sudah menunggu.” Pinta Clifton. Sesungguhnya ia yang merasa ada yang aneh dengan sikap nona nya. Dimana kepala yang sealu berdiri tegak dengan segala kesombongan dan keangkuhan itu. Yang ia lihat saat ini hanyalah tatap takut dan tangan gemetar.
“Apakah dia benar nona Emilia? kenapa tatapannya seperti orang yang tertekan dan juga sikapnya kenapa berubah menjadi lebih pendiam serta lebih penurut?”gumam Clifton dalam hati.
Emily benar-benar telah menginjakkan kakinya jauh ke dalam mansion milik Albert. Dadanya terasa sesak mencekik pun tubuhnya dingin karena rasa gugup. Mengapa dirinya seperti akan dihadapkan oleh malaikat kematian.
Namun sebisa mungkin ia tetap tenang. Melangkah cepat, mengikuti langkah panjang Clifton. Demi menghilangkan semua pikiran negatifnya, Emily pandangi keseluruhan ruangan. Semakin takjub saja, Emily akui jika tempat ini sangatlah luar biasa. Saking takjubnya, ia hampir menumbruk punggung lebar Clifton. Sungguh terkejut karena pria ini tiba-tiba saja menghentikan langkahnya.
“Silakan nona, tuan sudah menunggu di dalam” ucap Clifton mempersilakan nona nya untuk masuk. Sedangkan pria itu, tetap berdiri pada posisinya.
Emily mengerjap cepat, ia ratapi pintu dihadapannya. “Aku pasrahkan takdirku pada-MU”
Senyum manis terbit dibibir Emily, ditujukan kepada Clifton “Baiklah, terima kasih Clifton”
Terkejut bukan main, Clifton merasa ada yang salah dengan pendengarannya. Bagaimana mungkin kalimat itu keluar dari mulut nonanya. Dan lagi, senyum itu, darimana datangnya.
Dalam hati Clifton terus bertanya-tanya, sembari menatap punggung nona nya yang sudah masuk ke dalam ruangan Albert.
“Entahlah, mungkin ini siasat nona” pikir Clifton
Emily benar-benar masuk ke dalam seorang diri. Stok oksigen di dalam paru-paru terasa menipis pun jantungnya berdetak tidak karuan. Dengan keberanian penuh, ia dekati sosok pria yang duduk pada kursi di depan sana. Tubuh tinggi tegap, punggung lebar dengan otot-otot kekar, telah menunggunya.
“Selamat malam Tuan, saya sudah-,” ucapan Emily terputus kala terdengar suara gelak tawa dari pria, yang ia yakini adalah Albert Wheeler.
“Nyalimu cukup besar. Setelah semua kekacauan yang kau buat, rupanya masih berani untuk menampakkan diri” suara itu terdengar mengerikan, terlampau rendah menyesakkan.
“Sa-, saya minta maaf tuan” gagap, gemetar bibir Emily pun lidahnya kebas. Terlonjak kaget dengan tubuh gemetar hebat ketika tangan kekar pria itu menggembrak meja, kuat-kuat.
Kursi itu dibawa berputar, menampilkan wajah datar seorang pria dengan api kemarahan di matanya. Lantas bangkit, bak raksasa berdiri dihadapan Emily yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengannya.
“Di-dia Albert Wheeler..” batin Emily.
Tercekat nafas gadis itu, ketika Albert berada tepat dihadapannya. Dapat Emily rasakan kemarahan pria ini yang berkobar dan siap membuatnya meleleh ditempat.
“Apa ini kenapa dia seperti raksasa yang siap melahap mangsanya.” Emily hanya bisa membatin. Jangankan untuk berucap, bernafas saja rasanya sudah susah.
“Kenapa baru sekarang? Kau meminta maaf setelah melarikan diri dan kembali begitu aku mengancam si brengsek Justin.”ucap Albert penuh dengan emosi.
“Kau tahu, adikku hampir kehilangan nyawanya dan itu karena ulahmu, Emilia.” Albert kembali berucap, sembari membawa tubuhnya semakin dekat dengan Emily.
Merasa jarak mereka semakin terkikis, Emily berinisiatif untuk melangkah mundur. Mengambil ancang-ancang, seolah bersiap menerima serangan dalam bentuk apapun itu. Jika mendengar dari nada bicara pria ini, dapat Emily pastikan bahwa segala sesuatu bisa terjadi.
“Kenapa baru sekarang, hah?”
“Kenapa baru sekarang kau datang dan memohon ampun, Emilia!” teriak Albert penuh amarah. Tangannya yang sebesar wajah Emily, telah bertengger pada dagu gadis malang itu. Dicengkram kuat, hingga empunya meringis kesakitan.
“A-,ampun, aku sa-salah. A-,a-aku minta maaf” tergagap, gemetar pun telah pucat pasi wajah Emily dibuatnya. Pupil matanya membesar dan berair. Menangis, memohon ampun dengan menyatukan kedua tangannya.
“Emilia menangis? Dimana mulutnya yang selalu berkata kasar itu? Dan apa ini, tubuhnya gemetar? Dimana keberaniannya yang selalu melawan itu?” Albert kebingungan, bertanya kepada dirinya sendiri.
“Apa dia berusaha menipuku dengan bersikap lemah seperti ini”gumamnya lagi
Bersambung