Masa lalu membuat Sapphira Mazaya membenci suaminya. Namun, demi kedua buah hatinya, ia terpaksa menikah dengan Kaivandra King Sanjaya, ayah dari kedua anak kembarnya.
Kaivan melakukan berbagai cara hingga Sapphira mau menjadi istrinya. Rasa tanggung jawab atas hadirnya sepasang anak kembar yang baru ia ketahui tujuh tahun kemudian membuat ia harus rela hidup dengan kebencian dari perempuan yang kini berstatus sebagai istrinya.
Akankah Kaivan mampu merubah rasa benci di hati Saphira padanya menjadi cinta kembali seperti di masa lalu? Serta memberikan kebahagiaan yang bukan sekedar sandiwara untuk kedua putra dan putrinya?
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SYKB 26 Kamu Ingat Aku?
Suami Yang Ku Benci (26)
Kaivan terkejut saat Saphira tiba-tiba beralih ke belakangnya dan memeluknya dari belakang.
Bughh
Hingga suara keras di sertai melemahnya pelukan Saphira membuat Kaivan membalikkan badannya.
" Saphira!!!,"
Kaivan langsung menahan tubuh istrinya yang luruh ke bawah.
"Ayo pergi sekarang!!," satu perintah yang membuat semua yang ada disana pergi dengan segera.
Mereka meninggalkan begitu saja rekan mereka yang terkapar. Tak ingin tertangkap apalagi terdengar suara sirine mobil polisi yang mendekat.
" Tidak. Sayang. Ayo buka terus matamu," pinta Kaivan. Air matanya sudah mengajak sungai.
Tak peduli jika ia seorang laki-laki.
Perasaannya kacau. Melihat darah mengalir di belakang kepala sang istri membuat ia tak bisa berpikir jernih.
...******...
Beberapa saat sebelumnya, Desta yang mendapatkan telpon dari Kaivan namun, ternyata malah Saphira yang berbicara, segera pergi dari tempat diadakannya perayaan keberhasilan mereka.
Ia menelpon polisi sekaligus ambulans sebagai jaga-jaga.
"Kak, tolong. Mobil kami di hadang orang. Mas Kaivan sedang berkelahi dengan mereka."
"Kamu dimana?,"
" Entahlah. Aku share lock saja lokasinya ya,"
Saphira mengutak-atik ponselnya dan mengirim posisinya pada Desta.
" Ya, sudah. Aku datang segera. Kamu diam saja di mobil ya,"
" Tapi, kak."
" Ivan bisa bela diri. Kamu tidak perlu khawatir,"
" Tapi, mereka lebih dari empat orang, kak,"
" Kamu tenang saja. Pokoknya jangan keluar dari mobil," pesan Desta. Ia tak ingin istri dari sahabatnya ini kenapa-kenapa. Apalagi sedang hamil muda.
" Baik....Mas Ivan!!!," teriak Saphira memekakkan telinga Desta.
" Kak, tolong cepat. Mas Ivan sudah kewalahan," pibta Saphira.
Desta yang saat itu sudah mulai melajukan mobilnya menancap gas. Ia menyetir dengan ugal-ugalan. Tak peduli apapun asal bisa cepat sampai tujuan.
" Van, bertahanlah!!," Di tengah kegelisahan, Deta tetap memfokuskan dirinya pada jalan yang ia lalui.
Jangan sampai malah ia yang celaka sebelum sampai.
Brakkk
" Van!!," Desta terkejut saat mendapati Kaivan sedang membawa istrinya masuk ke dalam ambulans.
Beberapa orang yang tidak sempat kabur pun sedang di gelandang ke dalam mobil polisi.
" Phira, Des. Dia... Dia menyelamatkan ku. Harusnya aku yang menjaganya..." tangannya bergetar menengadah menunjukkan pada sahabatnya darah Saphira.
" Dia pasti selamat, Van. Hmm. Ayo masuk ke dalam mobil. Agar Saphira segera sampai di rumah sakit dan mendapatkan pertolongan,'
Kaivan mengangguk dan langsung masuk ke dalam mobil ambulans. Desta sendiri mengikuti dari belakang dengan mobilnya.
...******...
" Ayo obati dulu lukamu," bujuk Desta.
Namun,Kaivan hanya diam. Berkali-kali di bujuk pun ia tetap diam di tempat.
" Aku takut untuk meninggalkannya," Jawab Kaivan. Tatapan matanya masih mengarah ke arah pintu dimana di balik sana Saphira sedang di beri penanganan.
" Dokter akan melakukan yang terbaik. Tapi, kamu juga harus mengobati lukamu. Jangan membiarkan Saphira khawatir jika nanti dia melihatmu,"
Mendengar nama istrinya di sebut, akhirnya Kaivan luluh. Ia mau untuk di obati. Suster yang dari tadi menunggu pun akhirnya mengantarkan Kaivan ke sebuah ruangan untuk menemui dokter yang akan mengobatinya.
Desta hanya menghembuskan nafasnya menatap punggung Kaivan.
...****...
Detik demi detik terasa mencekam. Belum ada tanda-tanda jika dokter akan keluar dari ruangan.
Mengingat darah yang tadi begitu banyak, Kaivan kembali di landa rasa takut.
" Phira akan selamat kan. Anak kami juga akan selamat kan?," tanya Kaivan dengan tatapan yang menyedihkan.
Desta menepuk-nepuk pundak Kaivan.
" Kita do'akan saja keduanya baik-baik saja," jawab Desta.
Ia tidak berani lagi mengatakan seberani tadi jika saphira akan baik-baik saja. Apalagi ini sudah lama berlalu sejak Saphira masuk ke ruang operasi.
Hingga pintu terbuka dan Kaivan juga Desta langsung berdiri mendatangi sang dokter.
" Bagaimana istri saya, dok?,"
" Alhamdulillah, pasien sudah melewati masa kritisnya. Janin yang di kandungnya pun baik-baik saja. Untuk lebih lanjut, ayo ikut saya ke uangnya saya untuk saya jelaskan kondisi pasien secara menyeluruh."
" Istri saya, Dok?,"
"Anda bisa menemuinya setelah di bawa ke ruang perawatan,"
" Aku disini. Kamu tidak perlu khawatir,"
Kaivan seolah enggan berjauhan dengan Saphira.
Mendengar ucapan Desta, akhirnya Kaivan pun mau mengikuti Dokter. Ia pun penasaran dengan kondisi sang istri.
" Jadi, bagaimana, dok?," tanya Kaivan setelah keduanya duduk. Ia sudah tidak sabar.
" Benturan di kepalanya cukup keras dan membuat cedera yang parah. Termasuk bagian otaknya. Namun, untuk memastikan sejauh mana kerusakan itu terjadi, kita akan melakukan pemeriksaan setelah pasien sadar,"
" Separah apa, dok?,"
Dokter menghembuskan nafasnya. Ia berharap dugaannya tidak terjadi. Namun, melihat sejauh apa cedera yang ditimbulkan, ia pun tidak mungkin menutupinya dari keluarga pasien.
" Ini baru dugaan. Saya harap apa yang saya takutkan tidak terjadi. Kemungkinan, pasien mengalami gegar otak."
Jeduarr
"Tapi, seperti saya katakan tadi, ini masih dugaan karena harus ada pemeriksaan menyeluruh. Tapi, saya harap ini tidak terjadi," kembali lagi dokter pun hanya bisa menduga dari analisanya.
Ia harus melakukan pemeriksaan setelah pasien sadar.
Kaivan merasa linglung. Penjelasan dokter membuatnya khawatir. Tapi, ia juga tahu pukulan yang diterima sang istri tidak main-main.
" Kalian akan mendapatkan hukuman setimpal jika terjadi sesuatu pada istriku," geram Kaivan.
Ia tidak tahu motif orang-orang itu. Namun, yang pasti ini bukan pemb3galan. Mereka jelas mengincar dirinya.
"Sayang bangunlah. Jangan membuatku cemas. Calon anak kita baik-baik saja. Kamu juga harus sembuh seperti sedia kala," tangan Kaivan mengusap wajah sang istri yang memeng di posisikan miring karena lukanya ada di bagian belakang kepala.
" Enghhh..." sebuah lenguhan terdengar. Namun, Kaivan yang tertidur dengan posisi duduk di kursi samping brangkar masih belum sadar jika istrinya sudah sadar.
Saphira yang melihat keberadaan Kaivan terkejut. Ia malah asyik memandangi wajah tampan laki-laki itu.
" Sayang, kamu sudah sadar?," tanya Kaivan bahagia melihat istrinya sudah membuka mata.
" Sayang? Siapa? Aku?," tanya Saphira. Ia berusaha bangun namun, kepalanya sakit
" Jangan bergerak. Tunggu dokternya akan datang sebentar lagi,"
Saphira diam menuruti perintah Kaivan. Ia memang mulai merasa pusing.
" Kamu ingat aku kan?," tanya Kaivan harap-harap cemas. Mendengar kata gegar otak, ia takut sang istri amnesia. Itu yang ia tahu sebagai orang awam.
" Kaivan kan? Orang yang sudah menyelamatkan ku?,"
Kaivan mengerutkan keningnya. Sedikit aneh dengan cara sang istri berbicara. Sorot matanya pun berbeda.
" Alhamdulillah kamu ingat," Kaivan menepis perasaannya.
" tentu saja aku ingat, kamu menolongku saat orang-orang itu menarikku ke mobilnya. Kalau saja kamu tidak datang, aku tidak tahu apa yang terjadi padaku," jelasnya.
Kaivan melongo. " Menarik ke mobil?," Kaivan mengerutkan keningnya. Tidak ada adegan itu seingatnya.
" Iya, saat aku akan ke kampus, beberapa orang menghadang jalanku dan menarik paksa aku ke mobil mereka...."
Jeduarr
TBC
lanjut thor