Karya ini murni karangan author sendiri ya guys 😘 maaf bila ada kesamaan nama tokoh, atau banyak typo 🙏
Karya ini lanjutan dari novel "Ku Penuhi Janjiku"
Kisah percintaan Bara dan Gala yang cukup rumit, rasa enggan mengenal yang namanya 'CINTA' membuat Bara memutuskan untuk menyendiri dan fokus bekerja.
akankah Bara menemukan cinta yang bisa menggetarkan hatinya?
Apakah Gala dapat menemukan kembali belahan jiwanya yang mampu menyembuhkan lukanya?
Yuk, simak terus ceritanya sampai habis ya😘
HAPPY READING 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lembur Berjamaah
Bara tertidur dengan posisi duduk di hadapan laptopnya, ia masih berada di perusahaannya membereskan semua pekerjaannya sampai lupa waktu. Gala dan yang lainnya juga ikut tertidur karena ada beberapa client yang datang, Bara dan Ramdan mengurus client. Sedangkan Gala dan Hamzah melanjutkan pekerjaannya, ingin rasanya Bara menolak semua client yang datang, tapi apalah daya dia tidak mampu menolaknya karena akan banyak kerugian yang akan di tanggung olehnya.
Hamzah menggeliatkan tubuhnya, ia menatap jam di pergelangan tangannya, ia terkejut melihat jam menunjukkan pukul sebelas malam. Hamzah membangunkan Gala yang di tidur bersandar di sofa, saat Gala sudah menggeliat dan mulai membuka matanya, ia berjalan menghampiri Bara dan membangunkannya.
"Bara, bangun." Ucap Hamzah menepuk bahu Bara.
"Euunghhh." Bara melenguh seraya membenarkan posisi tubuhnya, ia merasakan sakit di punggung serta lehernya akibat tidur dengan posisi tak nyamannya.
"Udah jam sebelas ini, loe pada gak mau pulang apa?" Ucap Hamzah.
"Anjir, yang bener lu?" Kaget Gala.
"Iya lah, masa gue dusta." Jawab Hamzah.
"Si bang Ramdan mana?" Tanya Bara yang masih mengumpulkan nyawanya.
"Eh iya ya? Dimana tuh orang, apa di ruangannya?" Tanya Hamzah.
"Cari dulu Zah, biar kita pulang bareng. Bunda pasti nungguin ini, tanduknya langsung muncul kalo tahu kita ketiduran di kantor." Ucap Gala.
Hamzah menganggukkan kepalanya, dia melangkahkan kakinya hendak mencari Ramdan ke ruangannya. Tetapi, tubuhnya langsung terhuyung ke depan karena tidak memperhatikan langkahnya.
Dug..
"Aduhh." Ringis seseorang yang tak lain adalah Ramdan.
"Hah? Ramdan?" Gumam Hamzah.
Hamzah membalikkan tubuhnya, ia menatap ke bawah lantai dimana Hamzah sedang terlentang di sana. Ramdan mendudukkan tubuhnya, ia mengusap-usap kakinya yang sakit karena kaki Hamzah.
"Sakit bodoh, kalo jalan pake mata dong." Kesal Ramdan.
"Ya loe nya juga, ngapain tidur di bawah lantai?" Tanya Hamzah.
"Sofa udah isi sama loe berdua, gue males di ruangan sendirian ya jadi gue selonjoran di bawah sampe ketiduran." Jawab Ramdan.
"Udah, udah. Gue dah gak kuat, pengen cepet balik." Ucap Bara melerai keduanya.
Ramdan merentangkan tangannya kearah Hamzah, dengan cepat Hamzah menarik tangan Ramdan untuk berdiri. Sialnya, Hamzah kehilangan keseimbangan dan akhirnya keduanya pun terjatuh.
Brukk..
"Anjay, pinggang gue encok." Ringis Hamzah.
"Hahaha, loe berdua udah kayak cicak. Rapet amat bro, hahaha." Ucap Gala terbahak.
"Awas nafsu." Ucap Bara sambil berlalu begitu saja.
Gala menyusul kembarannya, sedangkan Hamzah dan Ramdan membenarkan poisisinya. Di tengah perjalanan Bara mengecek ponselnya, ia lupa mengabari Alea dan sekarang hp nya mati.
"Kenapa?" Tanya Gala.
"Hp nya mati, Alea pasti nungguin kabar. Ck, ini semua gara-gara kecerobohan lu." Jawab Bara dengan wajah kesalnya.
"Ya maaf, namanya juga musibah gak ada yang tahu." Ucap Gala.
Bara memasukkan ponselnya ke saku celananya, ia berjalan dengan cepat ingin segera sampai ke rumahnya.
Beberapa menit kemudian.
Mobil Bara sudah sampai di halaman mansionnya, ia segera keluar dengan langkah panjangnya menuju pintu utama. Begitu pintu terbuka, ia dapat melihat dari kejauhan sang ibunda tengah duduk di ruang tamu sambil menonton televisi.
"Bara pulang." Ucap Bara.
Renata menoleh ke arah sumber suara, ia segera berdiri dari duduknya menghampiri Bara. Renata bisa bernafas lega melihat putranya kembali dengan selamat, ia celingukan mencari anak bontotnya yang belum kelihatan, paham dengan gerak-gerik ibunya Bara langsung menjawab pertanyaan yang ada di kepala ibunya.
"Gala nganterin Ramdan dulu, ban mobil Ramdan kempes bun." Ucap Bara.
"Ih gitu ya, yasudah. Kamu ke kamar gih bersih-bersih, bunda mau masakin makanan buat kalian, bunda yakin kalau kalian pasti lupa makan kalo udah banyak kerjaan." Ucap Renata.
Bara memeluk tubuh ibunya sebentar, tak lupa ia juga memberikan kecupan sayang di pipi kanan Renata. Ibunya selalu menebak dengan tebakan yang tepat, sejujurnya Bara sangat kelaparan, tetapi tubuhnya juga tidak nyaman jika belum mandi.
"Bara keatas dulu ya, bun." Ucap Bara.
Renata pun menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, Bara langsung melangkahkan kakinya menuju lantai atas. Tak lama kemudian, terdengar suara deru mobil terpakir di luar. Renata yakin kalau anak bungsunya sudah sampai, ia melangkahkan kakinya menuju pintu utama menyambut kepulangan Gala.
"Bunda." Panggil Gala.
Gala langsung berlari memeluk tubuh Renata, setiap ia lembur membantu kakaknya, Gala akan menceritakan semua keluh kesahnya pada sang ibu. Renata mengajak anak bungsunya masuk kedalam, begitu masuk terlihat Bram berjalan menuruni anak tangga.
"Ternyata udah pada pulang." Ucap Bram.
"Iya dad, kita semua ketiduran di kantor." Jawab Gala lesu.
"Suruh siapa ceroboh, tau sendiri kan akibatnya." Ucap Bram.
"Dad." Panggil Renata dengan suara tertahan.
"Ya kan gak sengaja dad." Ucap Gala dengab wajah cemberutnya.
"Udah, jangan dengerin daddy. Mending kamu mandi, habis itu makan sama kakak kamu." Ucap Renata.
"Bunda paling ngerti sama anaknya, beda sama yang itu tuh." Gala melirik sekilas kearah Bram. "Padahal udah aki-aki, tapi galaknya masih awet." Cibir Gala.
"Sini ngomongnya depan daddy." Ucap Bram dengan dingin.
Emuuahh..
"KABUUURR.. REMAJA KADALUARSA NGAMUK." Teriak Gala berlari menaiki tangga.
Gala sengaja mengecup pipi ibunya di depan ayahnya, ia segera berlari melihat ketidak terimaan Bram saat satu kecupan mendarat di pipi istrinya. Bram hendak menyusul Gala, tetapi Renata menahan tangannya.
"Udah deh mas, kalian ini selalu saja begitu. Kamu itu udah tua, Gala juga udah besar jangan selalu berantem terus, malu udah mau punya cucu." Ucap Renata.
"Jahat banget di bilang tua." Ucap Bram dengan memanyunkan bibirnya.
"Emang udah tua mas, malahan sebentar lagi mau jadi kakek." Ucap Renata.
"Tau ahh, aku ngambek sama kamu." Ucap Bram cemberut, ia melipat kedua tangannya di depan dadanya dengan mulut komat-kamit.
"Sekarang kamu tahu sendiri kan, Sifat Gala turunnya dari siapa?" Ucap Renata.
Bram memalingkan wajahnya, sedangkan Renata mengendikkan bahunya acuh. Bukannya membujuk Bram yang tengah merajuk, Renata lebih memilih berjalan kearah dapur menyiapkan makanan untuk kedua anaknya. Wajah Bram semakin masam saat melihat Renata tidak memperdulikannya. Renata menahan tawanya melihat ekspresi Bram saat ini.
"Yang ngambek gak dapet jatah." Ucap Renata sedikit meninggikan suaranya.
Bram tentu saja mendengarnya, sontak ia langsung berlari kearah dapur. Bram memeluk tubuh Renata dari arah belakang, meskipun sudah dikatakan berumur keduanya tetap menjaga keharmonisannya. Bara turun dari kamarnya, ia berjalan menuruni anak tangga sesuai intruksi dari ibunya, begitu sampai di meja makan netranya menatap dua sosok yang saling melempar tawa dari arah dapur.
"Nyesel gue kesini." Gerutu Bara.