Seorang wanita cantik yang suka dengan kehidupan bebas hingga mendirikan geng motor sendiri. Dengan terpaksa harus masuk ke pesantren akibat pergaulannya yang bebas di ketahui oleh Abahnya yang merupakan Kyai di kompleks perumahan indah.
Di Pesantren Ta'mirul Mukminin wanita cantik ini akan memulai kehidupannya yang baru dan menemukan sosok imam untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
Fifia terdiam mendengar penuturan Yulia. Apakah benar itu yang di takutkan oleh Abah dan Ummah nya? Dan lagi pun ia putri satu-satunya di keluarganya. Ia kesayangan keluarganya.
"Kamu benar, Mbak. Tidak ada orang tua yang ingin anaknya jadi orang yang seperti itu. Mungkin itu maksud Abah dan Ummah memasukkan ku ke pesantren ini."
"Ehh tunggu tunggu. Abah, Ummah? Mbak, anak dari kyai yaa?" tanya Sherly kepo.
"Cuma kyai di kompleks perumahan aku aja kok." Fifia tersenyum kikuk. "Sudah ayoo kita mandi. Bau acem." ajak Fifia. Ia pun gegas mengambil wadah sabun dan keluar dari kamarnya untuk membersihkan diri.
Allahu Akbar.... Allahu Akbar...
Allahu Akbar.... Allahu Akbar...
Terdengar suara adzan dzuhur, semua para santriwan dan santriwati berbondong-bondong menuju masjid untuk menunaikan ibadah wajib sebagai seorang muslim.
Ustadz Rehan yang memimpin sholat berjamaah siang ini. Karena Abah Shodiq sedang ada halangan.
"Sher, siapa yang mimpin sholat berjamaah? Kok suaranya aku nggak pernah denger." ucap Fifia saat sudah selesai sholat.
"Ustadz Rehan, beliau baru pulang dari Jawa Timur. Udah fokus dzikir, Mbak. Jangan ajak ngobrol dulu." peringat Sherly. Fifia hanya mengangguk. Ia pun kembali khusyuk berdzikir dan berdoa.
"Ustadz Fari" panggil Ustadz Rehan saat melihat Ustadz Fari yang tengah memakai sandal di luar masjid.
"Ustadz sibuk tidak?" tanya Ustadz Rehan.
"Sepertinya tidak, Ustadz. Memangnya ada perlu apa, Ustadz?" tanya Ustadz Fari sopan.
"Tidak papa! Hanya sekedar mau bertanya-tanya tentang perkembangan para santri saja."
"Oohhh... Kalau begitu kita bicarakan hal ini di taman pesantren saja, Ustadz. Mari kita ke sana."
"Tidak perlu, Ustadz! Kita ke ndalem saja. Sekalian saya butuh bantuan Ustadz untuk membahas bisnis saya." ucap Ustadz Rehan tersenyum.
"Hmm baiklah."
Mereka pun berjalan bersama menuju ndalem. Sebenarnya Ustadz Fari sudah merasa lapar. Ia hendak makan siang setelah sholat. Namun karena ajakan Ustadz Rehan. Ia pun tak berani menolaknya. Ia lebih memilih menahan rasa lapar tersebut.
"Alhamdulillah... Masih di beri rezeki untuk hari ini." ucap Sherly senang melihat makanan yang mereka masak tadi. "Ayoo kita makan." Sherly hendak menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
"Tunggu dulu." cegah Yulia.
"Kenapa, Mbak? Aku sudah lapar." rengek Sherly.
"Kamu lupa atau gimana? Kita beri makan anak-anak santri yang lain dulu. Setelahnya baru kita makan."
"Hehe.. lupa, Mbak. Maklum saking laparnya perut ku." ringis Sherly.
Yulia menggelengkan kepalanya pelan. "Sudah ayoo kita bantu Nayla dan Fifia di depan."
"Maafkan aku yaa nasi. Aku bantu teman ku dulu. Baru setelah itu akan ku santap kamu." ucap Sherly pada nasi yang ada di hadapannya. Lalu ia menyusul teman-temannya yang tengah menyiapkan makan siang untuk para santri.
Para santriwati pun berbondong-bondong masuk ke ruang makan. Mereka sudah membawa piring masing-masing dan siap mengambil makanannya.
Para santri berbaris dengan rapi. Sembari menunggu antrian ambil makan. Para santri ada yang berdiri sembari bercerita, ada juga yang sibuk melamun, ada juga yang sudah tak sabar ingin segera makan.
"Alhamdulillah... Akhirnya selesai juga." ucap Nayla saat sudah selesai memberikan makanan pada semua santri.
"Ayoo kita makan sekarang. Aku sudah lapar." ajak Sherly.
Mereka berempat pun memilih makan di dalam. Mereka tidak ikut makan bersama para santri-santri yang lain.
"Emmm.... Enak banget." ucap Sherly saat makan. "Masakan Mbak Fia memang enak. Rasanya kalah sama yang di restoran-restoran." puji Sherly.
"Memangnya kamu pernah makan di restoran?" Nayla menyuapkan nasi ke dalam mulutnya.
Sherly meringis kecil. "Belum pernah sih."
"Hmmm sok-sokan bandingin makanan ini sama makanan restoran. Padahal belum pernah makan makanan restoran." ejek Nayla.
"Sudah sudah, kalau sedang makan jangan banyak bicara." peringat Yulia.
Tak berselang lama, mereka pun sudah menyelesaikan kegiatan makannya. "Nay, setelah ini kita ke ndalem yaa." ajak Fifia tangannya penuh dengan busa karena ia tengah mencuci piring di bantu oleh Nayla.
"Iyaa Mbak."
Sedangkan Sherly dan Yulia tengah membersihkan ruang makan. Mereka berempat berbagi tugas agar cepat selesai.
Saat Sherly dan Yulia tengah membersihkan ruang makan. Tiba-tiba ada dua santriwati yang masuk. salah satu di antara mereka menggebrak meja dengan keras.
BRAAKKK...