Umurnya baru saja sembilan belas tahun, tinggal satu semester lagi akan lulus dari kuliahnya, Stefanie di seret paksa dari asrama kampusnya.
Karena kakaknya melarikan diri, di hari pernikahannya, Stefanie terpaksa jadi pengantin pengganti, menggantikan kakaknya.
Stefanie mencoba berontak, tidak ingin menggantikan kakaknya, menikah dengan pria calon kakak ipar yang belum ia kenal.
Tapi, karena Ibunya mengatakan, hanya sebagai pengganti sementara saja, sebelum kakaknya kembali, Stefanie terpaksa setuju menikah dengan calon kakak Iparnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11.
Stefanie tidak menyangka, bertepatan sekali, pria yang baru saja dikenalnya saat di taman hotel, melihat dirinya berdiri di tepi jalan.
Stefanie mengucapkan terimakasih, saat pria tampan itu menawarkan diri untuk mengantarnya pulang.
Dengan senang hati, Stefanie memberi tahu kan alamatnya.
"Apakah ini benar alamatnya?" tanya pria tampan yang mengantar Stefanie, ke sebuah rumah sederhana, di komplek perumahan menengah ke bawah.
"Iya, terimakasih!" ucap Stefanie menganggukkan kepalanya.
Stefanie kemudian turun dari mobil, dan sekali lagi mengucapkan terimakasih kepada pria itu.
"Sampai bertemu lagi, Nona Stefanie!" sahut pria itu, sembari tersenyum hangat.
"Terimakasih, Tuan, sampai ketemu lagi!" ujar Stefanie, membalas senyuman pria itu, dengan senyuman hangat juga.
Perlahan mobil itu pun pergi, setelah Stefanie membuka pintu pagar, dan melangkah ke dalam halaman kecil, yang tidak bisa memarkir satu mobil pun.
Stefanie mengetuk pintu rumah tersebut, dan menunggu pemilik rumah keluar.
"Siapa?" terdengar suara seorang wanita dari dalam rumah.
Dan, kemudian pintu pun terbuka, lalu terdengar suara kaget dari pemilik rumah tersebut.
"Stefanie!!"
"Hai, Laura... apa kabar?" sapa Stefanie dengan senyuman lebarnya, memperlihat kan gigi putihnya yang rapi.
"Aku tidak percaya kau datang ke rumahku, Ayo masuk!" sahut Laura dengan wajah yang begitu senang.
"Terimakasih!" ucap Stefanie.
Laura menutup pintu kembali, lalu menarik Stefanie untuk duduk di sofa.
"Apakah kau ditindas oleh Mama tirimu lagi?" tanya Laura memegang tangan Stefanie.
Laura sahabat Stefanie di kampus, mereka menjadi sahabat karena kejadian tidak terduga.
Laura kakak kelas Stefanie, yang lebih dahulu lulus dari kampus mereka, dan sekarang telah bekerja magang pada sebuah perusahaan.
Awal pertemanan mereka, saat Stefanie ditindas Reina di toilet kampus, Laura kebetulan berada di dalam toilet, dan Laura pun menjadi pahlawan Stefanie.
Walau beda jurusan dan kelas, mereka menjadi sepasang sahabat yang sangat cocok.
"Aku tidak bisa masuk rumah, pintu rumah di kunci, aku boleh menginap malam ini, di sini ya?" kata Stefanie berbohong soal rumahnya, yang di kunci.
Stefanie untuk sementara tidak akan bercerita, mengenai dirinya menjadi pengantin sementara kakak iparnya.
Dan, mengenai kakak iparnya yang marah padanya, lalu menurunkan nya di pinggir jalan.
"Iya, tentu saja boleh!" jawab Laura sembari tersenyum senang, ia akhirnya malam ini ada teman, jadi tidak merasa kesepian.
"Terimakasih, Laura!" ujar Stefanie dengan senangnya, lalu memeluk Laura karena sangat berterimakasih pada Laura.
"Kau berpakaian begitu mewah, apakah kau baru pulang dari suatu pesta?" tanya Laura baru menyadari penampilan Stefanie, yang terlihat begitu cantik.
"Ah.. itu, aku sebenarnya salah memakai gaun, karena itulah aku tidak di perbolehkan masuk ke dalam rumah!" kata Stefanie berbohong.
"Oh, begitu... baiklah, kau pakai bajuku malam ini!" kata Laura.
"Terimakasih, Laura!"
"Ayo, ganti baju!"
Laura bangkit dari sofa, kemudian diikuti Stefanie dengan tersenyum lebar, begitu senang karena Laura tidak banyak bertanya lagi.
Sementara itu, di Mansion Howard.
Seorang Pelayan wanita dengan tergesa-gesa, mendekati Christopher yang duduk di sebuah sofa, di ruang kerjanya.
"Nyo.. Nyonya belum kembali juga, Tuan!" ujar Pelayan itu melapor, dengan perasaan gugup melihat Majikannya itu, terlihat begitu dingin dengan wajah datarnya.
"Hem... pergilah!" sahut suara bariton itu dengan dingin.
"Baik, Tuan!" jawab Pelayan itu, lalu keluar dari ruang kerja Christopher, dengan perasaan lega.
Christopher mengepalkan tangannya dengan erat, jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam, Christopher tidak bisa tidur, memikirkan Stefanie yang belum kembali ke paviliun.
"Sialan!!" umpatnya begitu kesal.
Christopher membayangkan Stefanie di bawa pria, yang membawa Stefanie tadi ke rumah pria itu.
"Dasar murahan, aku akan menceraikan nya secepatnya, dan tidak akan pernah terikat lagi dengan keluarga gadis labil tersebut!" gumam Christopher dengan dingin.
"Paul!!" teriaknya kemudian.
"Iya, Tuan!"
Paul dengan cepat sudah berada di pintu, dan menutup pintu pelan, lalu menghampiri Christopher yang masih duduk di sofa.
"Bagaimana dengan hasil penyelidikan, yang aku tugaskan padamu, apakah masih belum ketemu?" tanya Christopher dengan tekanan nada tidak sabaran.
"Maaf, Tuan... sudah ku usahakan menyelidiki nya, tapi belum di temukan!" jawab Paul.
"Cari secepatnya, sungguh lambat sekali kerja kalian! sudah cukup lama aku menunggu hasil penyelidikanmu!" ujar Christopher merasa kecewa, dengan hasil kinerja Paul.
"Kami akan usahakan secepatnya, menemukannya, Tuan!" kata Paul dengan pasti.
Dengan wajah yang begitu dingin, Christopher keluar dari ruang kerjanya, ia ingin beristirahat, karena sudah mulai mengantuk.
Bersambung....
othor jangan lama lama lah up nya 🤗