Ibrahim, ketua geng motor, jatuh cinta pada pandangan pertama pada Ayleen, barista cantik yang telah menolongnya.
Tak peduli meski gadis itu menjauh, dia terus mendekatinya tanpa kenal menyerah, bahkan langsung berani mengajaknya menikah.
"Kenapa kamu ingin nikah muda?" tanya Ayleen.
"Karena aku ingin punya keluarga. Ingin ada yang menanyakan kabarku dan menungguku pulang setiap hari." Jawaban Ibra membuat hati Ayleen terenyuh. Semenyedihkan itukah hidup pemuda itu. Sampai dia merasa benar-benar sendiri didunia ini.
Hubungan mereka ditentang oleh keluarga Ayleen karena Ibra dianggap berandalan tanpa masa depan.
Akankah Ibra terus berjuang mendapatkan restu keluarga Ayleen, ataukah dia akan menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Saat kelas selesai, Ayleen yang baru keluar dibuat kaget dengan kehadiran cowok yang tiba-tiba memberi dia coklat. Ada lipatan kertas yang tertempel disana.
"Dari Kak Ibra." Cowok berkaca mata itu menunjuk kearah Ibra yang ternyata berdiri tak jauh dari sana. Hilang sudah kebingungan Ayleen, ternyata Ibra yang menyuruh pria itu.
"Terimakasih." Ayleen membuka lipatan kertas yang ditempel pada coklat tersebut.
[ Maaf karena kemarin dateng telat. ]
Ayleen melihat kearah Ibra, tak menyangka jika cowok itu masih saja mikir dia marah karena kemarin. Padahal bukan itu sejatinya yang membuat Ayleen menghindar.
"Leen, kayaknya Kak Ibra naksir kamu deh," ujar Dian yang berdiri disebelah Ayleen.
"Kamu suka coklatkan Din. Buat kamu aja," Ayleen menyodorkan coklat tersebut pada Dian. Sama sekali tak mempedulikan perasaan Ibra, jelas-jelas pria itu melihatnya.
"Loh, kok buat aku?"
"Aku lagi diet."
"Yakin diet, bukan karena kamu nolak pemberian Kak Ibra?" Dian melihat kearah Ibra. Tampak pria itu menunduk sambil memainkan ujung kakinya dilantai. Mungkin sedang menuliskan kekecewaannya, ah sudahlah, bukan urusanya. Tapi kalau kayak gini, tampak seperti sad boy, gak ada tampang tampang ketua geng motor.
"Mau atau enggak nih? Kalau enggak, aku kasih yang lain." Dian langsung menyaut coklat ditangan Ayleen. Sayangkan, kalau rejeki ditolak.
"Coklat itu enak, apalagi yang ngasih cowok ganteng, pasti makin enak," celetuk Dian sambil tersenyum, menunjukkan deretan gigi putihnya.
Melihat temannya kegirangan, Ayleen hanya geleng-geleng. Coklat ya gak bakalan berubah rasa meski yang ngasih siapapun, lebay memang temannya itu. Dia melihat kearah Ibra berdiri, dan disaat itu pula, pria itu juga menatap kearahnya. Tersenyum padanya, meski mungkin saat ini, ada rasa kecewa dihatinya.
...----------------...
Ayleen pikir, setelah kejadian coklat ditolak, Ibra tak lagi berusaha mendekatinya, tapi dia salah. Pria itu malah makin terang-terangan ngintilin dia. Setiap hari, selalu saja ada yang dia berikan pada Ayleen, entah itu es krim, es boba, snack, sebungkus yuppi, dan yang paling ekstrem, langsung ada yang menyodori Ayleen soto saat cewek itu baru duduk dikursi kantin. Sebenarnya anak buah dia itu berapa sih, yang ngasih selalu orang yang berbeda.
Dan hari ini, saat mau memakai helm, Ayleen dikejutkan dengan kemunculan Ibra didepannya. Untung dia gak jantungan karena kaget.
"Maaf," ujar pria itu.
"Buat apa?" tanya Ayleen sambil membuang nafas berat.
"Udah buat kamu kecewa."
Ayleen menarik nafas dalam lalu membuangnya perlahan. Bingung harus seperti apa lagi mengatakan pada Ibra jika dia sama sekali tak marah atas kejadian janji tak ditepati kala itu.
"Harus berapa kali aku bilang, aku gak marah."
"Lalu kenapa kamu selalu ngejauhin aku?" Akhir-akhir ini, Ayleen memang selalu menghindar jika melihat Ibra. Jika sudah kepalang tanggung tak bisa menghindar, dia pasti nyari alasan untuk segera pergi.
"Tolong berhenti ngasih apapun ke aku. Dan untuk alasan kenapa aku jauhin Kakak, gak ada alasan. Tapi ini hidupku, aku berhak ngejauhin siapapun yang aku mau, termasuk Kakak."
"Dan ini hidupku, aku berhak mengejar siapapun, termasuk kamu."
Ayleen bukan orang bodoh yang tak tahu maksud dibalik kata-kata itu. Tapi dia dan Ibra, dunia mereka berbeda. Circle pertemanan mereka juga sangat berbeda. Ayleen tak yakin mereka bisa menjalin hubungan dengan perbedaan yang begitu mencolok. Dan yang paling utama, keluarganya tak akan mau menerima Ibra.
Ayleen mengaitkan tali helmnya lalu naik keatas motor. "Permisi Kak, aku mau pulang." Meski Ibra masih berdiri didepannya, Ayleen sudah menstater motor. Dan mau tak mau, Ibra terpaksa minggir.
Ayleen bernafas lega karena akhirnya, dia bisa bebas dari Ibra. Dekat dengan Ibra hanya membuat kerja jantungnya makin keras saja. Ibra selalu membuatnya berdebar, entah rasa apa itu. Sebelum debaran itu berubah menjadi cinta dan keinginan untuk saling memiliki, dia harus menguburnya lebih dulu. Jangan sampai cinta itu makin tumbuh dan menguasainya. Dan saat ini, yang bisa dia lakukan adalah menghindar dari Ibra.
Dunia mereka berbeda. Dia bisa ditelan hidup-hidup kalau ketahuan Abangnya pacaran dengan anak geng motor, ketuanya pula. Enggak, gak hanya Abangnya, dia yakin seluruh keluarganya akan menolak hubungan mereka. Dia sudah janji tak akan mengecewakan ayahnya, dan dia akan pegang janji itu.
Motor yang dikendarai Ayleen sudah melaju lumayan jauh dari kampus. Saat melihat spion, dia dibuat kaget dengan penampakan Ibra dikaca spionnya. Berkendara tak jauh dibelakangnya. Dia kembali melihat kedepan, mungkinkah dia hanya berhalusinasi? Saat kembali melihat spion, matanya kembali dipaksa melotot saat bayangan Ibra masih ditempat yang sama. Dan pilihan terakhir adalah menoleh, dan ternyata ini bukan halusinasinya, Ibra memang ada dibelakangnya.
Saat kembali melihat kedepan, Ayleen dibuat kaget karena motor didepannya tiba-tiba berhenti.
BRAKKK
Tabrakanpun tak bisa dielekkan. Motor Ayleen menabarak bagian belakang motor didepannya. Ayleen terjatuh, dan kakinya tertimpa motor. Beberapa orang langsung menolongnya, termasuk Ibra. Membawa Ayleen minggir ketrotoar begitupun dengan motornya yang pecah bagian depannya.
"Bisa bawa motor gak sih. Lihat, gara-gara kamu, motor saya rusak," maki pria yang motornya ditabrak Ayleen.
"Maaf Mas, saya gak tahu kalau Mas nya tiba-tiba berhenti." Sahut Ayleen dengan suara bergetar. Selain takut, dia juga masih syok dengan kejadian barusan. Dia pernah mengalami kecelakaan dan masih meninggalkan sedikit trauma. Tentu saja, kejadian ini membuat tubuhnya langsung mengalami tremor.
"Ya jelas saya berhenti. Kamu gak lihat, lampunya merah. Kembali ke TK sana, belajar lagi rambu-rambu lalu lintas. Cantik, tapi bego."
"Kalau ngomong, bisa gak lebih sopan dikit," bentak Ibra. Sejak tadi dia diam karena tahu Ayleen yang salah. Tapi kalau sudah dihina kayak gini, mana bisa dia diam. Dia mengambil dompet yang ada didalam tasnya, mengeluarkan 10 lembar uang merah lalu menyodorkan pada pria itu. "Gue rasa ini cukup buat ganti fender lo yang pecah." Sebagai anak geng motor, dia tahu harga sparepart.
Wajah kesal pria itu seketika hilang, berganti dengan senyuman. Ibra tak peduli lagi padanya, dia fokus pada Ayleen yang terluka dibagian kakinya. Celana kain yang dipakai Ayleen sobek, lutut dan betis sebelah kirinya terluka.
Ayleen masih gemetaran dan wajahnya pucat, dia pasti masih syok.
"Sebentar ya." Ibra berlari ke minimarket membeli 2 botot air mineral lalu kembali lagi ketempat Ayleen. "Minum dulu." Dia menyodorkan botol yang tutupnya sudah dia buka.