Pagi itu memiliki embun yang menetes tanpa harus diminta. Kebahagiaan itu memiliki arti ketulusan tanpa di rencanakan. Sama halnya hati yang memiliki cinta tanpa harus diminta meskipun terkadang menyakitkan.
Menerima perjodohan dari keluarganya untuk menikah dengan gus Hilal, yang memang laki-laki pertama dalam hidupnya, membuat Khalifa merasa bahagia.
Walaupun gus Hilal seorang duda, akan tetapi bagi Khalifa yang memang mencintai karena Allah, ia bersedia dan yakin akan sanggup menerima semua konsekuensi nya.
Namun pada malam pernikahan mereka, suaminya mengatakan dia hanya menganggapnya sebagai adik perempuan...
Khalifa mengerti bahwa Hilal masih belum melupakan mantan istrinya yang telah meninggal, mencoba untuk paham, akan tetapi masalah selalu datang silih berganti.
Bagaimana Khalifa melewati pernikahannya dengan ditemani seorang suami yang masih belum bisa melepaskan masa lalunya?
Sanggupkah Khalifa dengan tekat awalnya untuk tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
...~Happy Reading~...
“Kita doakan, semoga tidak terjadi apa apa dengan Aca. Abi yakin, dia pasti baik baik saja. Sudahlah, jangan menangis ya?” Abi Mike semakin mengeratkan pelukan nya pada Khalifa, membuat wanita itu bisa merasa sedikit lebih tenang.
“Tapi Khalifa mau lihat Aca, Abi. Khalifa takut ... Khalifa—ssshhh ... “ ucapan Khalifa terhenti saat tiba tiba ia kembali merasakan nyeri di area perut bawah nya.
Abi Mike yang merasakan adanya keanehan pada putri nya segera melepaskan pelukan nya, “Kamu gapapa? Kamu sedang sakit Sayang, jangan pikirkan apapun lagi. Lebih baik kamu istirahat, ayo.”
“Abi ... bagaimana dengan Aca?” Mata Khalifa kembali berkaca kaca, menatap wajah ayah nya dengan tatapan memohon namun juga menahan rasa sakit.
“Dia akan baik baik saja. Sudah ada Hilal dan Arman di sana, kamu istirahat dulu. Ayo,”
Dengan terpaksa, akhirnya Khalifa mendengarkan perintah ayah nya. Karena memang tubuh nya yang sedang tidak baik baik saja. Setelah tiba di kamar, Khalifa meminta ayah nya untuk meninggalkan nya.
Khalifa mengambil air wudhu, lalu memakai mukena nya dan bersujud mendoakan anak nya yang kini tengah berada di rumah sakit. Khalifa sangat berharap bahwa keadaan Aca tidak terlalu parah.
Sambil menangis, membayangkan kembali perdebatan nya dengan Aca beberapa saat yang lalu, membuat dada nya kembali terasa sesak. Entah bagaimana lagi cara Khalifa untuk tetap bertahan.
Ia sudah mencoba sekuat yang ia bisa, tapi ternyata bahagia yang ia kira sudah tiba setelah malam itu, nyatanya sirna dalam sekejap.
Setelah beberapa saat, kini perasaan Khalifa sudah merasa lebih tenang. Ia pun memutuskan untuk segera pulang ke rumah suami nya, karena tidak ingin masalah terus berlanjut. Khalifa berencana untuk memajang kembali foto mendiang istri dari suami nya, walau sebenarnya cukup berat tapi mengingat kembali perkataan Aca, ia tidak mau semakin menyakiti anak tersebut.
Meskipun Aca lahir bukan dari rahim nya, akan tetapi ia begitu menyayangi nya. Dan memang benar, selama beberapa waktu ini, Khalifa merasa sedikit aneh dengan perubahan sikap Aca yang tidak seperti biasa. Anak itu lebih sering diam dan terlihat murung menyendiri.
Khalifa memang tidak begitu peka, sampai ia tidak mencari tahu penyebab perubahan sikap putri nya. Dan setelah mendengar curhatan anak nya tadi, kini ia baru tahu penyebab nya. Sakit, tapi ia berusaha untuk memahami nya, walau sangat sulit.
“Assalamualaikum ... “ ucap Khalifa saat memasuki rumah, namun tidak ada jawaban sama sekali.
Rumah terlihat begitu sepi. Khalifa paham, mungkin memang semua keluarga nya menyusul ke rumah sakit untuk menemani Aca. Lagi lagi, Khalifa hanya bisa menghela napas nya dengan begitu berat.
“Khal, kok kamu disini?” Pertanyaan yang datang dari kakak ipar nya, seketika membuat langkah kaki Khalifa yang hendak menaiki tangga terhenti.
Khalifa segera menoleh dan menatap wajah kakak ipar nya yang ternyata habis membuat susu untuk anak anak nya, “Mba Mila di rumah?”
“Memang nya mau dimana lagi Fa? Anak anak sudah tidur, lagi juga Abah sama Umi udah ikut ke sana. Udah terlalu rame,” jawab nya, “Kamu sendiri kenapa gak ikut? Bukannya Aca juga anak kamu? Kamu gak khawatir gitu? Kenapa bisa santai di rumah sedangkan Aca sekarang lagi di rumah sakit.”
“M—maksud mba apa?” Khalifa menatap lekat wajah kakak ipar nya, “Mba, maaf sebelumnya ada yang mau Khalifa sampaikan sama mba Mila.” Imbuh Khalifa lalu menarik napas nya dengan begitu dalam.
Ia masih penasaran dengan siapa yang sudah mulai meracuni otak Aca sehingga putri nya bisa berfikir sejauh itu tentang rasa sayang yang memang dirinya berikan kepada Aca dan harus di bagi kepada Kirana sedangkan Khalifa tidak mengenal Kirana.
Khalifa sangat yakin, bahwa tidak akan mungkin Aca memiliki sejauh itu tanpa adanya sebuah sumbu kompor yang yang menjadi perantara.
...~To be continue .......
terimakasih untuk tulisan indah mu thor