Suami Yang Ku Benci
Suami Yang Ku Benci (1)
" Assalamu'alaikum, Ayah, Buna. Dadah," sepasang anak berseragam TK itu melambaikan tangan dari dalam mobil.
" Wa'alaikumsalam." jawab sepasang orang tua yang tampak harmonis. Tangan sang suami terus bertengger di pinggang sang istri.
" Dadah. Hati-hati!," teriak sang Bunda pada kedua anak kembarnya.
Pemandangan yang sangat indah itu langsung berubah tatkala mobil yang membawa sepasang anak kembar tadi sudah keluar dari rumah megah mereka.
" Lepas!! Mereka sudah tidak ada," ketus sang istri. Wajahnya berubah datar.
" Say...."
" Jangan pernah memanggilku seperti itu jika tidak di depan orang atau anak-anak. Aku mu@k," tatapan tajam penuh permusuhan dilayangkan Saphira pada suaminya.
" Ok. Maaf," lirih Kaivan pasrah.
Ini sudah masuk tiga bulan pernikahan mereka. Namun, hubungan ia dan istrinya masih jalan di tempat. Kebencian itu seolah tak pernah sirna sedikit pun.
" Apa kamu tidak lelah terus bersandiwara?," tanya Kaivan.
Sudut bibir Saphira terangkat. "Tidak. Bukankah ini yang kamu mau?. Orang tua yang lengkap untuk anak-anak?," tanya Saphira mengangkat kedua alisnya.
" Tapi, bukan dengan bersandiwara," lirihnya.
" Jadi, kamu ingin aku tidak bersandiwara lagi? Menunjukkan sikapku pada mereka bahwa aku benar-benar membencimu? Kalau itu yang kamu mau aku tak masalah," jawabnya panjang lebar.
" Bukan seperti itu maksudku," sangkal Kaivan.
" Kalau begitu, terima saja apa yang aku lakukan."
" Apa kamu tidak merasakan sedikitpun perasaan padaku? Selama tiga bulan hidup di bawah atap yang sama. Tidur di atas ranjang yang sama. Bahkan berbagi peluh di bawah selimut yang sama?,"
Kiavan pikir, sang istri akan luluh seiring berjalannya waktu. Tapi, sudah tiga bulan berlalu namun, semua tidak ada kemajuan.
Saphira memandang Kaivan dengan tangan bersedekap.
" Sudah ku bilang, aku hanya menjalankan tugasku sebagai istrimu. Hanya itu." diam sejenak. " Soal perasaan, sama sekali tidak ada. Aku telah mati rasa. Hatiku mati dan itu pun karena ulahmu kalau kau lupa,"
Deg
Jantung Kivan berdegup kencang. Hatinya terasa tertusuk benda tajam. Kata-kata itu tetap menikam hatinya padahal sering sang istri ungkapkan.
" Dan soal hubungan di atas ranjang, itu hanya sebatas kebutuhan biologis. Kita sama-sama menikmatinya. Namun, aku tidak pernah menggunakan perasaan didalamnya. Aku hanya menjalankan perananku dengan baik sebagai istri yang kamu beli," tegas Saphira dengan wajah datarnya. Tidak ada ekspresi apapun.
" Jangan katakan itu lagi. Aku sudah bilang, aku tidak pernah bermaksud membelimu...."
" Tapi, kenyataannya begitu. Saat aku menolak lamaran mu, kau datangi ayahku. Kau tawarkan harta padanya. Kau menukarku dengan sejumlah uang bukan?," Saphira memotong ucapan Kaivan.
" Tapi,...."
" Sudahlah. Kita jalani saja seperti biasa. Demi kebahagiaan anak-anak aku bertahan,"
Saphira meninggalkan Kaivan begitu saja. Kaivan masih mematung menatap kepergian istrinya.
" Aku hanya ingin bertanggung jawab atas apa yang aku lakukan di masa lalu. Kenapa semua malah jadi seperti ini?," lirihnya.
Pernikahan yang ia dambakan untuk bisa membahagiakan kedua anaknya nyatanya tidak sesuai harapan.
Ia pikir, dengan melihat betapa bahagianya kedua anak mereka, hati istrinya lambat laun akan tersentuh dan mulai menerima keberadaan dirinya sebagai suami.
Nyatanya tidak. Sampai detik ini, senyum itu, kata-kata manis itu dan semua tindakan yang membuat kedua anak mereka bahagia hanyalah sandiwara yang dilakukan istrinya.
" Aku tidak tahu jika caraku mendapatkanmu malah membuat pernikahan kita menjadi rumit seperti ini," Kaivan mengusap wajahnya frustasi.
Flashback on
" Aku tidak tahu kamu akan melakukan hal licik seperti ini," Saphira tertawa hambar.
" Apa maksudmu?,"
" Bingung karena aku terus menolak lamaran mu membuatmu memanfaatkan keserakahan ayahku? Kau jadikan aku sebagai barang yang di jual belikan?,' amarah di dalam dada Saphira berkobar.
" Aku tidak pernah menganggapmu barang dagangan," Kaivan menolak keras tuduhan Saphira padanya.
" Lalu kau sebut apa tindakanmu yang menukarku dengan uang ratusan juta yang kamu berikan pada ayahku. Hanya agar dia mau menjadi wali nikah ku?,"
" Itu hanya pemberian. Aku tidak pernah bermaksud seperti itu,'
" Hahaha...." Saphira tertawa namun air matanya mengalir.
" Kau tahu, bagaimana hubunganku dengan ayahku saat dia tahu aku hamil di luar nikah? Dia membuangku. Dia mengusirku.
Lalu, tiba-tiba dia datang lagi dan mengatakan aku harus menikah dengan mu. Bahwa kamu laki-laki yang bertanggung jawab. Omong kosong macam apa ini?," tawanya semakin menyayat hati.
" Kau tahu sesakit apa di sini?" tunjuk Saphira pada dadanya. "Sangat sakit. Jika sakit hati yang aku rasakan bisa aku gambarkan. Mungkin ia sudah mengeluarkan darah begitu banyak.
Padahal aku berharap dia memelukku. Dia mendengar ceritaku bagaimana anak ini bisa ada dalam rahimku.."
" Maaf..."
" Jika kata maaf bisa mengembalikan semuanya seperti dulu, aku akan dengan senang hati memaafkan mu. Namun, itu mustahil kan?. Waktu yang telah berlalu tidak akan kembali,"
" Aku hanya berusaha agar bisa menikahimu,"
" Dengan membeliku?,"
" I,..."
" Kau tahu aku semakin benci padamu dan pada ayahku. Semua laki-laki sama saja. Kau dan dia benar-benar mematahkan hatiku.
Dia yang seharusnya jadi cinta pertama untuk putrinya malah menorehkan luka dengan menikahi janda tak berm0ral padahal tanah kubur ibuku masih basah.
Sejak itu semuanya berubah. Sikapnya jadi kasar. Bahkan ia lebih percaya wanita itu dan putri tirinya daripada aku yang anak kandungnya.
Lalu, aku bertemu denganmu. Laki-laki yang aku pikir baik karena menolong ku saat hampir dilec3hkan. Nyatanya? Kau pun menorehkan luka di hatiku. Kau sengaja mempermalukan ku didepan teman-teman kampus dengan mengatakan kamu risih atas sikapku. Padahal selama ini kamu tampak biasa saja saat aku memberikan perhatian kecil padamu.
Puncaknya saat kamu malah menyeret ku untuk meredakan panas di tubuhmu karena obat laknat itu. Bahkan di akhir kau malah menyebut wania lain. Semakin aku benci padamu,"
Kaivan bungkam. Ia sejujurnya tidak terlalu mengingat apa saja yang ia ucapkan. Obat itu menguasainya. Hingga ia benar-benar tak sadar atas apa yang ia lakukan.
" Maaf..."
" Hahaha. Berhenti minta maaf. Aku mu@k."
Beruntung keduanya ada di ruang privat di sebuah restoran. Sehingga pengunjung yang lain tidak terganggu.
Namun, sedetik kemudian tawa dan air mata itu mereda. Saphira menghapus sisa-sisa air matanya.
" Ok. Sepertinya aku memang harus melakukan ini," lirihnya dengan seringai yang menakutkan.
" Melakukan apa?," tanya Kaivan mulai harap-harap cemas.
" Aku terima menjadi istrimu. Tapi, dengan syarat."
" Syarat apa?,"
" Akan aku pikirkan nanti. Yang pasti aku bersedia menjadi istrimu. Istri yang kau beli. Kau bisa menguasai tubuhku. Namun, jangan harap kau bisa menguasai hatiku...."
Jlebb
Flashback end
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
wonder mom
smg g spt cerita yg lain. benci berujung cinta. krn rasa sakit spt yg dirasakan saphira g gampang utk sembuh. forgiven but not forgotten. perempuan adalah pengingat yg sangat baik. terutama utk sakit hati.
2024-07-06
1
yulithong
ini kaivan anaknya kenan anin kan kak...
2024-07-06
0
Aulia Finza
kok aku ikut ngerasa in sakitnya saphira ya😭😭😭
2024-07-06
0