Di balik suami yang sibuk mencari nafkah, ada istri tak tahu diri yang justru asyik selingkuh dengan alasan kesepian—kurang perhatian.
Sementara di balik istri patuh, ada suami tak tahu diri yang asyik selingkuh, dan mendapat dukungan penuh keluarganya, hanya karena selingkuhannya kaya raya!
Berawal dari Akbar mengaku diPHK hingga tak bisa memberi uang sepeser pun. Namun, Akbar justru jadi makin rapi, necis, bahkan wangi. Alih-alih mencari kerja seperti pamitnya, Arini justru menemukan Akbar ngamar bareng Killa—wanita seksi, dan tak lain istri Ardhan, bos Arini!
“Enggak usah bingung apalagi buang-buang energi, Rin. Kalau mereka saja bisa selingkuh, kenapa kita enggak? Ayo, kamu selingkuh sama saya. Saya bersumpah akan memperlakukan kamu seperti ratu, biar suami kamu nangis darah!” ucap Ardhan kepada Arini. Mereka sama-sama menyaksikan perselingkuhan pasangan mereka.
“Kenapa hanya selingkuh? Kenapa Pak Ardhan enggak langsung nikahin saya saja?” balas Arini sangat serius.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rositi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Bertukar Pasangan
Akbar menjadi orang yang membukakan pintu. Ia sudah berbusana lengkap meski hanya berupa kolor hitam sepaha yang dipadukan dengan kemeja lengan panjang warna biru tua.
Selain masih tampak berantakan, bukan hanya kepala yang awut-awutan karena pakaian juga lecek, Akbar juga masih berkeringat dan terlihat cukup kelelahan. Sedangkan keterkejutan Akbar karena yang ada di balik pintu mendadak berubah menjadi Ardhan, langsung digantikan dengan ketakutan.
Tanpa kata, bogem panas Ardhan langsung mendarat di pipi kiri sopir sang istri. Akbar sempat sempoyongan, tapi tak kuasa melakukan perlawanan. Apalagi di sana bukan hanya Ardhan selaku bos besar sekaligus suami Killa. Karena selain ada petugas hotel yang sempat ia dapati di CCTV sebagai pelaku pengetuk pintu, di sana juga ada lima orang polisi, dua petugas hotel lainnya dan keduanya laki-laki. Lima orang awak media dan dua di antaranya merupakan kameramen. Serta, seorang wanita berhijab yang sangat Akbar kenal. Arini.
Jantung Akbar mendadak berdetak lebih lemah, selain dunianya yang seolah berputar lebih lambat. Apalagi ketika Arini melangkah mendekatinya. Langkah yang memang sangat pelan, tapi tetap tak bisa Akbar hindari. Karena pada kenyataannya, tubuh Akbar mendadak membatu—kaku. Namun dalam sekejap, dan lagi-lagi masih tanpa kata, seorang Arini berhasil memiting Akbar, sebelum akhirnya memb antingnya.
HAH! Bukan hanya Akbar yang merasa sekujur tubuhnya seolah patah dan berakhir lepas. Hingga bagian tubuhnya seolah jadi terpisah-pisah. Karena semua yang ada di sana juga merasakannya. Bukan hanya ngeri, tapi juga ketakutan. Arini sungguh bukan wanita biasa. Atau malah, Arini baru saja menunjukkan kemarahan seorang istri, seorang wanita yang telanjur muak dikhianati.
Ulah Arini memb anting Akbar, benar-benar terjadi secepat kilat. Semua yang di sana dan hampir semuanya laki-laki, dibuat tercengang tak percaya. Petugas hotel yang wanita, refleks mundur bersembunyi tapi tetap mengintip dari balik punggung rekan kerja laki-lakinya.
Padahal jika melihat dari postur tubuh Arini yang terbilang kurus. Kekuatan Arini sungguh melebihi wariyem alias ban ci yang sedang marah dan memang akan sangat terpaksa.
Suasana di sana tetap dibiarkan hening. Semuanya kompak diam sesuai arahan. Bukan karena agar mereka menemukan bukti dan memang diliput oleh wartawan undangan Ardhan dan juga yang bekerja sama dengan pihak kepolisian. Melainkan diam juga menjadi permintaan dari pihak hotel. Agar mereka tak menganggu penghuni kamar yang lain.
Kemudian, yang langsung Arini lakukan ialah menerobos masuk. Ardhan yang awalnya sudah melakukannya lebih dulu dan tentu saja untuk mencari Killa, Arini lewati begitu saja. Sebab ulah Arini yang membant ing Akbar dan langsung membuat Akbar tak bisa berkata-kata, sukses membuat seorang Ardhan syok.
“Sayang, ... makannya nanti saja. Kita lanjut dulu yuk main di bak rendam. Airnya udah penuh nih, sudah aku taruh sabun rendam juga biar kita lebih rileks,” lembut suara Killa dari dalam.
Selain terdengar sangat manja, suara Killa juga sampai mende sah-de sah.
“Nah itu biang keroknya. Butuh obat gatel tuh orang. Harus kasih blenderan cabe sama garam yang banyak, biar mujarab mengurangi rasa gatal!” oceh Arini sambil buru-buru menuju sumber suara.
Baru memasuki ruang tempat tidur dan tak begitu jauh dari ruang keberadaan pintu, kedua mata Arini sudah disuguhi celana panjang bahan warna hitam milik sang suami terkapar di lantai, lengkap dengan ikat pinggang warna hitamnya. Menyaksikan itu, air mata Arini jatuh membasahi pipi. Dadanya bergemuruh parah dan jantungnya berdetak sangat cepat hingga menimbulkan sensasi pegal yang luar biasa.
Tentu Arini masih ingat, bahwa subuh hari ini, dirinya rela bangun pagi-pagi untuk menyeterika pakaian yang akan dipakai suami. Dengan harapan, memakai pakaian rapi akan membuat sang suami lebih cepat mendapatkan pekerjaan. Terlebih penampilan rapi bahkan menarik, kerap menjadi kriteria penerimaan karyawan.
“Namun ternyata, ... kamu justru selalu memakai semua yang aku siapkan sepenuh hati. Aku bahkan sampai langsung memakaikannya untukmu. Semua itu kamu gunakan untuk memuaskan istri orang, Mas! Baj ingan memang kamu!” batin Arini yang segera memungut celana sang suami yang masih dihiasi ikat pinggang.
Selain celana Akbar, di sana juga ada kemeja lengan panjang milik Killa berikut celana pendeknya. Semua itu terkapar tak berjauhan. Sementara ketika Arini masuk ke dalam kamar mandi, Arini disambut senyum manja amat sangat manis dari Killa yang memang sangat cantik bahkan sek soy.
Akan tetapi, kemanjaan sekaligus sikap manis Killa berubah menjadi panik. Walau Killa juga mendadak galak dan tak segan mengusir Arini. Akan tetapi, selain malah jadi mempercepat langkah, Arini justru tak segan menghantam wajah Killa sekuat tenaga menggunakan celana Killa.
Adanya ikat pinggang di celana Akbar dan mengenai wajah Killa, membuat Killa kesakitan. Killa mengeluh, dan makin mema ki Arini. Selain itu, Killa juga sibuk mengusir Arini yang belum ia ketahui siapa.
“Pergi! Sepertinya kamu bukan petugas hotel!”
Dalam sekejap, Arini yang tetap diam menjamb ak rambut panjang Killa yang awut-awutan. Tanpa pikir panjang, Arini menengge lamkan wajah bahkan kepala Killa ke bak rendam.
Hidup dan mati Killa seolah sudah ada di pelupuk mata. Sebab Killa yang sudah tidak memakai apa-apa, jadi tidak bisa bernapas.
“Rasakan! Tak berdarah, tapi nyaris membuat nyawaku melayang! Itulah yang aku rasakan setelah kamu mengambil suamiku dariku!” tegas Arini yang lagi-lagi membuat gebrakan. Ia sengaja memasukkan tubuh Killa ke bak rendam.
Celana da la m dan juga b r a merah milik Killa ada di wastafel sebelah Arini. Arini meliriknya sinis kemudian menunggu Killa keluar dari air.
“Hah!” Killa ngos-ngosan sambil menyibak rambut panjangnya yang menutupi wajah. “Kamu pikir kamu siapa, berani-beraninya melakukan ini?!”
“Aku? Kamu tanya siapa aku? Aku adalah wanita yang akan menikahi suami kamu!” tegas Arini. “Kau selingkuh dengan suamiku, ... kupastikan suami kamu akan meratukan aku!”
Sadar Killa akan menertawakannya, dengan cepat Arini berkata, “Tidak usah banyak gaya. Karena cabe-cabean saja ada harganya. Kenapa kamu mu ra han sekali? An jing saja lihat punyamu pasti jiji k. Makanya suami kamu ogah lama-lama sama kamu, kan? Karena memang hanya laki-laki sampa h seperti Akbar yang mau kepadamu!”
“Terima kasih banyak karena udah mau menampung sam pah seperti suamiku. Tunggu kabar terbaruku dengan suami kamu!” tegas Arini yang kemudian memilih pergi dari sana.
Namun, belum juga benar-benar keluar, Ardhan justru masuk ke dalam kamar mandi.
“Mura han banget kamu yah!” tegas Ardhan benar-benar murka.
Tatapan Ardhan memang fokus ke Killa khususnya kedua mata Killa. Namun, tangan kanannya refleks meraih kemudian menggenggam pergelangan tangan kiri Arini.
“Kamu lihat apa yang akan terjadi nanti. Bukan hanya apa yang akan terjadi kepadamu dan sopirmu. Melainkan juga apa yang akan terjadi kepadaku, dan Arini istri sopirmu. Karena detik ini juga, kita bertukar pasangan!" tegas Ardhan yang dengan sengaja mengeluarkan cepuk hati warna merah. Ia mengeluarkan cincin berlian putih dari sana, kemudian memakaikannya ke jari manis tangan kanan Arini.
Walau sudah menikah, di jemari tangan Arini tak ada satu pun perhiasan. Bahkan walau itu cincin emas yang menjadi tanda pengikat pernikahan. Di jemari tangan Arini benar-benar tidak ada.
“I—ni ... mungkin ini bagian dari balas dendam Pak Ardhan,” batin Arini berusaha menjiwai sandiwaranya. Sebab Arini yakin, Ardhan hanya sedang bersandiwara.
(Ramaikan. Sudah 3 hari aku nggak tidur. Alhamdullilah ini akhirnya aku ngantuk. Mau tidur dulu. Lanjut siang ya ❤️)
ga sadar baca nya, pikirjudul yg ini udh tamat.. ya wiss lah aku tunggu aja..kelanjutannya.
ya ampun PD amat grandong Akbar mw dikasih usaha sm ortu Kunti kill2 yg ad ortu Kunti kill2 mikir beribu² kali buat lakukan itu 😏😏😏 eee Kunti mes² kena karma lg 🤭🫣🫣
Semangat trs buat kak Rositi