Demi bakti ku kepada Ayah aku bersedia memenuhi keinginannya untuk menikah dengan lelaki pilihan Ayah ia juga alah satu orang kepercayaan Ayah, namun kini ia membawa mawar lain masuk kedalam rumah tangga kami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EVI NOR HASANAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Delapan
Sudah dua bulan semenjak pertemuan Ambar dan Seno di mall pada waktu itu.
Kini Seno tengah duduk dengan perasaan cemas di dalam ruangan itu terdapat istri dan anaknya, Clarissa tidak dapat melahirkan secara normal karena panggul nya sempit sehingga tidak memungkinkan untuk menjadi jalan lahiran anaknya.
Seno sudah setuju dengan jalan yang di ambil oleh rumah sakit.
Ceklek...
Terlihat dua perawat membawa box bayi keluar dari ruangan tersebut dan mendekatinya.
"Bapak bayinya perempuan selamat ya pak" ucap salah satu perawat.
Seno menatap bayi mungil yang terlelap itu dengan sendu, dalam hatinya selalu menginginkan anak dengan Ambar namun sepertinya takdir memilihkan ia harus memiliki anak dengan istri yang lain pikirnya.
Seno mengikuti perawat yang membawa box anaknya menuju keruangan bayi, ia akan mengadzani anak perempuannya itu.
Berita kelahiran Clarissa pun sampai ke telinga Ambar ia hanya tersenyum karena ia sudah tau siapa ayah biologis dari anak yang di kandung Clarissa.
"Pernikahan kurang lebih enam bulan sudah melahirkan? seperti kucing saja" ucap Mona.
Mona Alfa dan Ambar kini sedang menikmati sarapan pagi mereka, Ambar memutuskan akan mengambil alih perusahaan yang di pegang oleh mantan suaminya.
Tak.. Tak.. Tak...
Suara sepatu membuat ketiga orang yang sedang menikmati menu sarapan mereka pun kompak menoleh.
"Pas banget datangnya pas sarapan lu pasti belum makan" ucap Alfa mengejek.
Rendi hanya menyebik mendengar ejekan dari Alfa, ia datang pun karena ia di minta oleh Ambar membawa berkas perusahaan AC, karena Ambar tau perusahaan yang di pegangan oleh mantan suaminya sedang tidak baik-baik saja.
Rendi, Alfa, Mona dan Naya memang sudah akrab saat mereka mengadakan makan siang yang tidak di sengaja, itu pun mereka dalam misi yang sama.
Ambar juga sudah menceritakan tentang mereka, mereka adik-adik Ambar yang tidak akan di beda-bedakan.
Rendi mendekat lalu menarik kursi di sebelah Ambar yang memang masih kosong, Ambar pun menggerakkan secangkir kopi hitam yang memang sudah sengaja di buat oleh mbak Marni selaku Art di kediamannya saat ini.
Rendi pun menerima secangkir kopi dan segera menyeruputnya.
"Kak saham menurun sebagian besar pemegang saham memilih untuk mengambil kembali saham mereka di perusahaan AC, karena semenjak kakak pergi Seno seperti tak terkendali berangkat dan pulang semaunya. Dan lagi banyak tagihan yang harus di bayarkan oleh perusahaan kak seperti gaji karyawan karena berkas nya belum di tanda tangani oleh Seno" ucap Rendi serius.
"Sudah berapa lama?"
"Kurang lebih tiga bulan kak" ucap Rendi membuka berkas mengenai pengeluaran dana untuk menggaji karyawan.
Ambar menggelengkan kepalanya lalu ia mengambil bolpoin untuk menanda tangani berkas tersebut.
"Alfa tolong bantu Rendi, Rendi segera cairkan gaji karyawan dan berikan mereka cuti tiga hari setelah seminggu dari pembayaran gaji mereka, bilang pada mereka jika ini adalah permintaan maaf saya. Setelah membayarkan gaji tolong adakan rapat dewan direksi dan para pemegang saham, jangan lupa katakan pada mereka jika aku akan memegang kendali perusahaan AC bukan mas Seno lagi. ucap Ambar serius.
Alfa dan Rendi mengangguk paham, mereka melanjutkan sarapan yang tertunda dan setelah sarapan Alfa dan Rendi melanjutkan pekerjaan mereka seperti yang di minta oleh Ambar.
Ambar dan Mona mereka bersiap akan mengadakan rapat dewan direksi dan pemegang saham, meskipun hanya 10 persen Alfa, Rendi dan Mona juga mendapatkan hak untuk mengikuti rapat tersebut.
****
Seno yang mendapat kabar dari HRD jika akan di adakan rapat dewan direksi dan para pemegang saham pun terkejut apalagi jika pihak HRD mengatakan jika yang memimpin rapat adalah istrinya Ambar.
Ia sama sekali tidak di beritahukan oleh Ambar jika akan mengadakan rapat tersebut, dan lagi ia masih di rumah sakit mengurus Clarissa dan bayi mereka.
Seno memutuskan untuk menghubungi Ambar melalu ponselnya.
"Sayang mengapa mendadak sekali melakukan rapat dan tanpa sepengetahuan ku? Aku ini masih suami mu dengar itu aku harap kamu tidak melampaui batas Ambar!" ucap Seno geram.
"Maaf mas kita ini sudah bercerai dan satu bulan lagi masa iddah ku selesai, dan lagi perusahaan itu atas nama ku. Aku juga sudah pernah bilang pada mu jika aku menginginkan perusahaan itu apakah kamu siap memberikannya pada ku? Pada saat itu kamu bersedia mas" ucap Ambar tak kalah emosi.
"Tidak Ambar kita masih suami istri kapan aku menalak dan menceraikan mu?"
"Bukan kamu mas tapi aku yang memasukkan gugatan ke pengadilan soal ini tanyakan pada istrimu itu, sudah ya rapat akan segera di mulai"
Tut..
Ambar mematikan telepon nya sepihak, rapat akan segera di mulai tanpa adanya Seno pun rapat akan berjalan karena Seno tidak ada kaitannya dengan para pemegang saham.
Seno frustasi ia mengacak rambutnya setelah membanting ponselnya, Clarissa yang sendang beristirahat pun terkejut mendengar amukan Seno.
"Mas! Kami kenapa? Aku capek loh mau istirahat" ucap Clarissa menatap suaminya marah.
"Apakah ada surat untuk ku tiga bulan belakangan ini?"
"Surat apa mas? Ini zaman apa? Kenapa pakai surat segala?"
"Surat dari pengadilan? Apakah ada Clarissa!" ucap Seno geram ia mengepalkan tangannya.
"Ma maksud kamu apa mas? Aku nggak paham" ucap Clarissa tergugup.
Seno menatap Clarissa menyalang wajahnya memerah menahan amarah, dan matanya yang melotot membuat Clarissa ketakutan.
"Jawab Clarissa!" ucap Seno menekan kan nama Clarissa.
"I iya mas ada, aku nggak mau Ambar masih jadi istri kamu mas! Yang aku mau kamu hanya milik ku mas!" ucap Clarissa menangis merasakan sakit akibat cengkraman Seno di rahangnya.
"Ahhhhhh..... " Seo berteriak sekencang-kencangnya tak peduli jika ini di rumah sakit, ia hanya ingin melampiaskan segala amarah dan rasa kesalnya.
Bagaimana tidak kesal istri yang amat sangat di cintainya kini malah sudah mengajukan gugatan cerai yang dirinya sendiri tidak tahu menahu.
****
Setelah rapat selesai kini banyak yang berdiri di kubu Ambar mereka juga mengetahui dan menyukai sepak terjang Ambar sebagai wanita karir, dulunya Ambar sering memenangkan banyak tender dan proyek tak sedikit yang mengenal Ambar adalah sosok yang cantik, ramah, tegas serta keuletannya.
Maka dari itu tidak susah untuk Ambar mengambil hati kolega yang sudah mulai putus asa akan penyimpangan yang di lakukan oleh Seno.
Ambar, Rendi, Alfa dan Mona menuju ke kantin yang berada di bagian lantai bawah perusahaan mereka.
Hanya sekedar mengobrol dan memesan minuman guna menghilangkan ketegangan yang terjadi saat rapat.
"Kak kalau Seno menanyakan ini semua apakah kamu sudah memiliki jawaban?" tanya Rendi.
Ambar yang akan meminum minuman nya ia urungkan untuk menjawab pertanyaan Rendi.
"Dia sudah tanya saat rapat akan di mulai, dia mengatakan mengapa aku melakukan semuanya tanpa izin dari nya sebagai suami"
Byuuuurrr....
Alfa tak sengaja menyemburkan air minumnya tepat di wajah Rendi, Rendi langsung mengambil tisu dan segera mengelap wajahnya yang basah akibat semburan naga Alfa.
"Sory.. Soryy nggak sengaja sumpah" ucap Alfa cengengesan sembari membentuk jarinya seperti huruf V.
Rendi hanya diam saja tak menanggapi permintaan maaf Alfa.
Jam makan siang telah usai kini mereka semua kembali ke ruangan mereka masing-masing sedangkan Mona memutuskan untuk pulang saja.
Ambar mengecek berkas hasil kerja mantan suaminya itu, ia hanya menggelengkan kepala melihat berkas yang sama sekali tidak cocok atau lebih tepatnya tidak sesuai dengan kenyataan.
Ambar pun berpikir mengapa dulu Ayahnya mengizinkan Seno memegang kendali atas perusahaan atas namanya itu?
Tok.. Tok... Tok...