Seorang anak kecil yang kuat dan tangguh sehingga menjadi sukses diusia dewasa, mampu melawan kerasnya kehidupan dunia.
Diusianya yang memasuki belasan tahun ia harus diuji dengan lingkungan yang toxic sehingga menjadikan dia perempuan tangguh dan harus mampu menjalani kerasnya hidup.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
"Bagaimana persiapan buka puasanya?" tanya pakde Joy pada bi Yati dan nenek Putri.
"Sudah beres. Untuk undangan sudah aman Mas?" tanya balik bi Yati.
"Aman mi Ti, semua penduduk desa ke undang semua tapi khusus laki², kalau perempuan paling hanya guru² saja."
"Kenapa Mas?" tanyanya heran. Pasalnya semua penduduk mau diundang baik laki² maupun perempuan.
"Jangan sampai stok makanan kurang Ti, halaman juga kurang luas, kalau ibu² juga diundang pasti ngajak anak." jelas pakde Joy.
"Benar juga Mas, kenapa aku gak kepikiran ya? Stok makanan untuk berapa orang ya di belakang ma?"
"Ada 200 an Ti, tapi itu hanya yg dibungkus, kalau yang dimakan disini kan prasmanan Ti."
"Cocok ma, aku gak kepikiran. Semoga cukup makanannya, khususnya es buahnya itu untuk buka puasa."
"Aamiin. Insya Allah cukup." ucap nenek yakin.
"Wati kemana ma?" tanya pakde Joy.
"Bikinkan susu Naysa, haus kayaknya."
"Biar mi. Kalau Reni kemana?"
"Gak tau kemana itu anak, mungkin sama temannya, atau sama Tika dikamar."
"Dia apa ngundang temannya?"
"Gak tau Mas, sudah gak pernah sekolah kok karena libur."
"Oh, mungkin hanya teman ngajinya. Aku ngundang pak Boy, guru di SD tempat Felix sekolah dia teman lamaku itu." jelas pakde Joy.
"Iya biar lah Mas, semoga dia datang."
"Iya. Mungkin sama anaknya dia datang." lalu mereka berpencar untuk melakukan aktivitasnya masing².
***
Flashback On
"Hay Boy, apa kabar? Lama tidak jumpa." ucap pakde Joy saat bertamu di rumah pak Boy disiang hari.
"Hay. Iya lama tidak jumpa padahal hanya tetangga desa saja. Saya kabar baik, ya begini jadi guru. Kamu sukses Joy jadi pebisnis."
"Kamu berlebihan Boy, saya hanya wirausaha kecil²an, kamu sudah jadi abdi negara, guru disegani siswa, bayarannya tetap tiap bulan."
"Kamu lebih banyak bayarannya, kapanpun kerja, tidur, kamu bosnya. Hebat Joy!" puji pak Boy. Mereka saling memuji dengan kelebihan masing². "Sekarang tinggal di syukuri Joy, anak² sudah ada, makin besar, pasti butuh biaya sekolah. Masa depan anak² yang dipikirkan sekarang Joy. Anakmu kelas berapa Joy?" jelasnya sekaligus bertanya.
"Kelas 2 SD, itu Felix. Kamu ajarkan? Bagaimana Felix di sekolah?"
"Oh Felix, iya dia kelas 2 SD kayaknya. Eh, bukan saya ngajar kelas 2 SD, beda gurunya!" ucapnya.
"Saya kira kami yang ajar olah raga Boy."
"Dia itu gak nakal kok, hanya malas menulis, pernah saya masuk dikelasnya. Wali kelasnya juga pernah cerita di kantor kalau atas nama Felix susah disuruh nulis, kalau istirahat dia duluan keluar, anak kamu pintar Joy hanya butuh bimbingan lagi, orang tuanya terlalu sibuk." ucap Boy jujur.
"Iya Boy. Apalagi anak satu satunya susahnya diatur." cerita sambil geleng² kepala dengan tingkah anaknya.
"Nambah anak lagi Joy. Anakku sudah dua." ucapnya sendu.
"Iya bagus lah anakmu dua, yang kembar itukan?"
"Bukan Joy, yang kembar itu satunya hilang dan gak ketemu sampai sekarang. Apa mungkin sudah meninggal atau masih hidup kami gak tau Joy." matanya berkaca² mengingat anak gadisnya, masih kecil sudah hilang.
"Sabar Boy. Bagaimana ceritanya kok bisa hilang Boy?" tanya pakde Joy penasaran.
"Kamu pernah dengar kabar beberapa tahun lalu ada rumah kebarakan di desaku? Nah itu dia rumahku yang ke bakar Joy, lebih tepatnya rumah mertuaku yang kami tempati. Saat kejadian itu kami panik, berlari keluar menyelamatkan diri, ternyata masih ada Reni di dalam rumah. Saat api tengah menyala besar baru kami sadar ternyata Reni tertinggal, kalau dia kebakar tapi kami tidak menemukan jasadnya, atau ada yang menculiknya atau menyelamatkannya, kami benar² kehilangan jejak Joy." ucapnya sedih, dia tahan agar air matanya tidak menetes.
"Ya Allah Boy. Maaf saya gak tau sama sekali, saya pernah dengar ada kebakaran tapi gak tau persis kalau itu rumah mertua kamu! Semoga kalau anak kamu masih hidup segera ditemukan, dan kalau memang sudah meninggal kamu yang sabar, semoga menjadi jalan menuju syurga Boy. Aamiin." Turut bersedih atas musibah yang dialami temannya.
"Iya Joy, kami mencoba untuk ikhlas. Oya kamu punya kemenakan namanya Reni? Karena saya lihat datanya yang masukkan dia ke sekolah itu Yati. Bagaimana ceritanya itu?"
"Iya Boy. Dia itu Reni anaknya adik saya yang di Tenggara, Reni ikut saya kesini lalu saya sekolahkan supaya ibunya datang menyusul kalau lebaran. Dia namanya sama dengan nama anak kamu Boy, jangan bilang kamu curiga itu anak kamu?" curiga pakde Joy pada pak Boy.
"Iya Joy, jangan sampai Reni hanya anak pungut dan anak kandung saya. Roni sayang sama adiknya, saat ketemu Reni kemenakan kamu dia langsung rindu adiknya, katanya mirip dengan adik kandungnya." jelasnya.
"Itu anaknya Wati Boy, kamu kenalkan adik saya cewek ada dua? Satu Wati dan satu lagi Yati!" hanya dijawab anggukan oleh pakde Joy.
"Begini saja Boy, nanti sore saya undang kamu sekeluarga untuk hadir ke acara buka puasa bersama, nanti kamu bisa ketemu adik saya Wati untuk menanyakan langsung tentang Reni. Bagaimana?" tanya pakde Joy serta memberikan solusinya.
"Boleh, nanti diusahakan. Mungkin berdua saja saya datang dengan Roni, tapi nanti lah saya usahakan semua ikut kesana." jawabnya semangat.
"Ok, kalau begitu saya pamit Boy, yang sabar teman." seraya bersalaman dan berdiri dari kursinya untuk melangkah keluar rumah.
"Terima kasih Joy, ada hikmahNya juga kebingungan saya, kedatangan kamu menjawab pertanyaan² dibenak saya selama ini. Hati² ya!"
"Ok." lalu melangkah menaiki motornya menuju ke rumah yang lain.
Flashback Off
......................
"Sudah banyak tamu yang datang, siapa pembawa acaranya, sudah ada?" tanya nenek.
"Sudah ma, tenang saja!" jawab Bibi Yati.
Kegiatan sedang berlangsung, pembawa acara ada ustadz Yasir, yang mengaji atau qiraah ada ustadzah Husnul, dan pengisi acara atau penceramah ada ustadz Yayan. Setelah acara selesai maka waktunya berbuka puasa.
"Sungguh sangat pas prediksinya." gumam bu Wati.
"Iya Mb, sekarang saatnya berbuka puasa. Langsung makan nasi yang sudah lapar." ucap Bi Yati.
"Gampang kalau itu, nikmati yang segar dulu Ti." ujar bapak² tetangga.
"Iya pak. Sudah pas rasa es buahnya?"
"Kurang manis karena belum lihat senyum isteri." canda bapak² gokil. "Hahaha." tawa semua orang.
"Lihat senyumku saja pak." canda bibi Yati.
"Gak suka saya jadi perusak, diterkam suami kamu nanti saya Ti." canda balik. Berbuka puasa meriah ditemani canda tawa.
"Permisi, ibu Watinya ada?" seraya duduk disamping bi Yati, mama Tasya bertanya.
"Oh, Mb Wati di dalam Mb, ada apa ya?" tanyanya heran.
"Saya hanya mau ngobrol saja. Boleh saya ketemu?" tanyanya lagi.
"Boleh, tunggu Mb. Tika, mana bi Wati?"
"Di dalam bi, kenapa?"
"Tolong panggilkan, ada yang mau ketemu."
"Iya bi." seraya melangkah masuk rumah. "Kayak kenal disampingnya bi Yati tadi, bukankah itu isteri pak Boy? Ada apa mau ketemu bi Wati?" gumam Tika dalam hati. "Kemana bi Wati ya? Bi, bi Wati, bibi dimana?" panggilnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Happy reading ☆☆☆
Sudah dulu ya, author mengantuk! Jangan lupa readers like, komen, dan kirim nilainya ♡♡♡