Akibat trauma masa lalu, Chaby tumbuh menjadi gadis yang sangat manja. Ia hidup bergantung pada kakaknya sekaligus satu-satunya keluarga yang peduli padanya.
Di hari pertamanya sekolah, ia bertemu dengan Pika, gadis tomboi yang mengajaknya loncat pagar. Kesialan menimpanya, ia tidak tahu cara turun. Matanya berkaca-kaca menahan tangis. Disaat yang sama, muncul pria tampan bernama Decklan membantunya turun.
Decklan itu kakaknya Pika. Tapi pria itu sangat dingin, dan suka membentak. Tatapan mengintimidasinya selalu membuat Chaby menunduk takut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
"Kak Decklan ngapain?"
Pertanyaan polos itu keluar dari mulut Chaby.
Sejak tadi ia hanya membiarkan Decklan sibuk pada bagian kepalanya tapi lama-lama ia heran juga. Ia merasa seolah dirinya sedang jadi alat mainan cowok itu karena bosan.
"Cantikan begitu."
Perkataan cowok itu membuat Chaby tambah bingung. Ia melirik Pika meminta penjelasan.
"Maksudnya diikat gitu rambut lo lebih cantik." jelas Pika barulah Chaby mengerti. Ya ampun ia sudah seperti seorang penerjemah saja.
Chaby kembali menatap Decklan dengan senyum lebar membuat lelaki tampan itu salah tingkah. Ia berdeham menutupi rasa gugupnya.
"Liat ke depan." perintahnya datar karena Chaby terus menatapnya dengan mata hitam besar yang indah itu.
Gadis itu menurut saja masih dengan senyuman lebarnya. Ia mulai merasa nyaman di dekat cowok itu.
Suasana aula berubah tegang ketika ceramah yang dibawakan sang kepsek break sebentar dan di ganti dengan penampilan siswa-siswi dari club teater.
Mereka mengisi kekosongan itu dengan penampilan drama. Suara aula makin mencekam karena bunyi musik yang terkesan seram. Kenapa sih temanya harus horor.
Chaby berhenti meminum susu beruang yang barusan dia ambil dari tasnya.
Matanya lurus kedepan dan fokus menonton pertunjukkan menegangkan itu. Lampu tiba-tiba padam dan ruangan menjadi gelap gulita.
Ketika sesuatu yang menyeramkan tiba-tiba muncul di panggung, Chaby, Pika dan banyak cewek didalam aula itu kompak berteriak.
Pika dan Chaby sama-sama refleks memeluk Andra di sebelah mereka tapi hanya Chaby yang menutup matanya kuat-kuat. Ia takut melihat setan, tepatnya orang yang sengaja di dandani kayak setan itu yang muncul tiba-tiba.
Cukup lama mereka dalam posisi seperti itu sampai lampu kembali menyala. Pandangan Decklan turun ke Chaby.
Melihat gadis itu yang menempel memeluk Andra, tanpa sadar tangannya cepat-cepat meraih tubuh gadis itu dan membuat Chaby balik memeluknya.
Awalnya gadis itu ingin berontak karena berpikir setan di panggung tadi yang mau mengambilnya. Tapi Decklan berusaha membuatnya bungkam, menutupi mulut gadis itu dengan tangannya. Bisa-bisa nih cewek bikin heboh satu aula lagi.
Di paling sudut, Bara terkekeh melihat tontonan menarik itu.
Sepertinya Decklan mulai jatuh hati pada gadis itu, pikirnya. Ia merasa lucu melihat kejadian langka dan sifat kekanakan dari seorang Decklan.
Pandangannya berpindah ke Pika dan Andra. Pika masih setia memeluk lengan cowok itu.
Bara menggeleng-geleng kan kepalanya merasa dirinya hanya menjadi nyamuk diantara mereka.
Ketika pertunjukkan berakhir kepala sekolah kembali melanjutkan ceramah.
Decklan melepas Chaby dari pelukannya, dan Pika ikut melepaskan pelukannya dari Andra sambil tersenyum tidak enak ke cowok itu. Andra malah balas tersenyum lebar.
Pika memang sudah ia anggap kayak adik sendiri. Jadi apapun yang dilakukan gadis itu selama tidak membuatnya tersinggung, tidak apa-apa.
Hanya saja ia merasa lucu saat melihat kelakuan konyol Decklan tadi.
Sahabatnya itu benar-benar tidak tahu tempat banget. Main narik-narik sembarangan dan meluk-meluk Chaby begitu. Untung kepsek sama guru-guru yang lain tidak sempat lihat, hanya saja siswa-siswi yang duduk dibagian belakang mereka sudah terdengar heboh, mereka merasa seperti sedang menonton film romantis. Hanya Nana yang merasa tidak terima melihat adegan menyebalkan di matanya itu.
"Susu aku."
Suara Chaby berhasil membuat Pika, Decklan, Andra dan Bara melirik gadis itu.
Chaby baru sadar susu beruang yang sejak tadi dipegangnya sudah tidak ada. Padahal isinya masih banyak. Wajahnya berubah cemberut.
Begini nih kalau ia kehilangan sesuatu yang masih ia inginkan. Manjanya yang kebangetan itu mulai ia tunjukin.
Pika dan Andra kompak menengok ke bawah, melihat ke segala arah. Mencari-cari susu Chaby yang mungkin terlempar tak jauh dari situ.
Bara ikut-ikutan mencari.
Decklan?
Ia hanya mengamati perubahan wajah gadis itu dan mendesah pelan. Cowok itu mengusap pelan pipi Chaby dan mencari cara membujuknya. Lagian walau susunya ketemu, pasti sudah nggak bisa di minum lagi kan? Sudah kotor atau sudah habis terbuang.
"Udah-udah. Entar pulang beli lagi yah." bujuknya lembut, tangannya terangkat mengusap-usap bahu gadis itu. Chaby menatapnya masih dengan wajah ditekuk.
"Tapi..."
"Aku janji." janjinya. Kali ini tangannya berpindah mengusap-usap lembut puncak kepala Chaby, membuat banyak pasang mata yang melihat kejadian langsung itu berbisik-bisik.
Ucapan lembut itu pun membuat Pika, Andra dan Bara tertegun.
Mereka masih tidak percaya kalau yang ngomong didepan mereka barusan adalah seorang Decklan yang terkenal galak dan dingin itu.
Pika sangat heran melihat perubahan kakaknya didepan Chaby. Mimpi apa dia semalam?
Andra mengecek suhu tubuh Dekclan dengan menaruh tangannya di dahi pria itu.
"Lo yakin lo masih sahabat gue?" tanyanya keheranan.
Decklan menatapnya tajam.
Andra terkekeh. Begitupun Pika dan Bara. Sedang Chaby terus menekuk wajahnya sejak tadi. Ia masih menyayangkan susunya.
Pika menggeleng-geleng melihat kelakuan sahabatnya itu. Dasar anak manja.
Pandangannya berpindah ke Decklan yang tak mau mengalihkan pandangannya dari Chaby sedetik pun.
Ada rasa iri dihatinya saat melihat kakak kandungnya itu memperlakukan gadis lain lebih lembut dibanding dirinya. Tapi itu tidak berarti ia jadi membenci Chaby.
Dirinya hanya merasa iri karena gadis lemah yang penuh kekurangan seperti Chaby itu bisa mendapatkan begitu banyak kasih sayang.
Tuhan memang adil, pikirnya. Dengan semangat ia kemudian merangkul sahabatnya itu.
"By, lo mau nggak nginap di rumah gue lagi?" serunya ceria. Tapi tanpa sadar perkataannya itu membuat Chaby lupa pada susunya yang jatuh entah kemana itu.
Chaby menggeleng cepat.
"Nggak mau, entar kalo telat bangun di guyur pake air lagi sama Pika." tolaknya langsung saat mengingat ancaman Pika tadi pagi.
Skakmat
Pika merutuki dirinya sendiri. Ia ingat ancamannya tadi pagi saat gadis itu bangunnya kelamaan. Harusnya ia tidak melakukannya. Mengancam seorang gadis yang kelewat polos dan manja seperti Chaby ini bikin ribet juga ternyata. Semuanya dianggap beneran.
"Ya udah, gue janji deh nggak bakalan ancem-ancem lu lagi." balasnya dengan senyum lebar.
Chaby menatap gadis itu lama dengan raut wajah ragu.
"Beneran, suer." janji Pika penuh kesabaran.
"Kalo kak Danzel sama kak Galen ijinin tapi yah." kata Chaby akhirnya.
Pika mengangguk.
Sebenarnya bisa saja Chaby langsung setuju, tapi ia belum terbiasa. Gadis itu terlalu bergantung pada dua pria yang membesarkannya itu.
Biasanya dirinya selalu ditemani kak Danzel atau kak Galen supaya cepat tertidur. Mungkin itu yang membuatnya belum terbiasa tidur di rumah orang, karena dirinya masih sangat bergantung pada dua kakak yang selalu menemaninya siang dan malam itu.
😭😭😭😭😭😭