Mawar Ni Utami gadis yatim piatu yang dua kali dipecat sebagai buruh. Dia yang hidup dalam kekurangan bersama Nenek nya yang sakit sakitan membuat semakin terpuruk keadaannya.
Namun suatu hari dia mendapatkan sebuah buku kuno dan dari buku itu dia mendapat petunjuk untuk bisa mengubah nasibnya..
Bagaimana kisah Mawar Ni? yukkk guys kita ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 26.
“Nek.. Yu... “ teriak Mawar Ni sambil turun dari sepeda nya.
“Yuk....” suara imut Bagas ikut ikut memanggil kakaknya..
“Kenapa pintu ditutup rapat ya.. ke mana mereka.” Gumam Mawar Ni sambil melangkah dan membiarkan karung dan golok masih terikat di boncengan sepeda nya. Sementara Rian dan Dito pun juga sudah mulai masuk ke halaman rumah kedua nya juga ikut khawatir melihat Mawar Ni yang tampak panik..
“Nek! Yu!” teriak Mawar Ni agak keras, sambil mencoba membuka pintu yang terbuat dari bambu itu, namun tidak bisa sebab terpalang dari dalam..
“Bentar Ni...” suara Nenek dari dalam..
KREETTT
“Di mana Ayu, Nek? Kenapa pintu ditutup rapat dan tidak menjemur padi? Matahari masih terik.” Ucap Mawar Ni saat tidak melihat sosok Ayu di dalam rumah .
“Ayuk mana?” ucap Bagas ikut ikut Mawar Ni
“Di belakang, di kebun belakang, aku jemur di belakang. Tadi banyak orang mau melihat dan mau mengambil padi yang kita jemur. Ayu sampai ketakutan.” Ucap Nenek dengan serius
“Aku tadi juga dihadang Nek dikira aku membawa padi lagi, mau diminta.” Ucap Mawar Ni sambil menurunkan tubuh mungil Bagas.
“Kamu sudah tidak dapat lagi padi itu? Benar sudah hilang tanaman tanaman padi itu?” tanya Nenek tampak kecewa.
“Iya Nek.. tapi aku dapat Buah cabe jamu, lada dan anggur.. besok kalau sudah kering bisa dijual cabe jamu dan lada. Kalau anggur dimakan kita saja.” Ucap Mawar Ni mau mengambil karungnya tapi sudah diambilkan oleh Rian dan Dito.
Tampak Bagas berjalan ke arah dapur seperti nya dia mencari Ayu, Kakaknya..
“Ayuk... ayukk... nak.. nak..” celoteh Bagas tampaknya mau pamer oleh oleh anggur yang dia bawa dari hutan..
“Kamu lihat padi nya sana Ni, sepertinya sudah kering, mungkin karena warna nya berkilau kilau jadi lebih cepat kering. Kalau terlalu kering jadi pecah pecah berasnya saat ditumbuk.” Ucap Nenek yang ikut melangkah di belakang Mawar Ni yang mengikuti langkah kaki Bagas ke dapur..
“Iya Nek, aku mau coba tumbuk padi itu, bagaimana rasa berasnya. Waktu di hutan harum banget baunya.” Ucap Mawar Ni..
“Biar Rian dan Dito yang mengemas madu ke dalam botol.” Ucap Mawar Ni lagi.
Mawar Ni dan Bagas pun lantas ke luar dari pintu belakang di dapur itu..
“Mbak Ni! Bagas!” teriak Ayu yang jongkok di atas terpal yang digunakan untuk menjemur padi, tangan mungilnya masih sibuk membalik balik padi..
“Mbak Ni ini sudah kering kata Nenek, kita simpan saja dari pada kalau orang lewat mau minta.” Teriak Ayu lagi sambil menatap Mawar Ni yang melangkah menggandeng tangan mungil Bagas.
“Iya Yu, sebagian akan aku tumbuk, nanti kita masak. Yang lain kita simpan dan akan aku tanam..” ucap Mawar Ni sambil mendekati Ayu, Bagas pun ikut berjalan mendekati kakaknya sambil terus berceloteh..
“Yu. Nak.. yu.. nak... nak..” celoteh Bagas sambil tangannya menunjuk ke arah rumah ..
“Apa yang enak Gas?” tanya Ayu pada Bagas
“Ditanam di mana Mbak Ni padi nya ? Apa mbak Ni punya sawah?” tanya Ayu tampak heran..
“Nanti aku pikirkan Yu. Sudah kamu masuk sana, aku bawa buah anggur dari hutan.” Ucap Mawar Ni..
“Asyiiiikkkkk... ooo itu yang enak ya Gas..” teriak Ayu lalu bangkit berdiri lalu menciumi pipi Bagas dan selanjutnya menggendong Bagas..
“Tak usah digendong Yu, jatuh nanti malah!” teriak Mawar Ni sambil meringkas padi padi itu. Dia membawa padi padi itu dalam terpal. Mawar Ni terus melangkah menuju ke samping dapur tempat alat penumbuk padi berada..
“Ni, makan dulu, itu Rian dan Dito sedang makan.” Ucap Nenek yang berdiri di depan pintu dapur..
“Aku nanti saja Nek, tolong suapi Bagas ya Nek..” ucap Mawar Ni yang sudah siap siap akan menumbuk padi hutan istimewa plus limited edition. Dia sangat penasaran dengan rasa padi nya..
“Aku suapi saja Nek, Bagas adikku. .” suara imut Ayu terdengar di telinga Mawar Ni..
“Iya sekarang makan dulu maem anggur nya nanti habis maem nasi..” suara nenek yang juga berada di dalam dapur..
“Aku sebenarnya pengen makan padi yang baru ditumbuk Mbak Ni, Nek...” suara Ayu lagi..
“Makan nasi yang ada dulu, sayang kalau tidak kemakan. Belum tentu juga nasi dari padi itu enak. Baru akan dicoba siapa tahu malah beracun.. besok buat makan ayam dulu. Kalau ayamnya tidak mati baru kita boleh makan itu padi yang baru ditumbuk Mbak Ni.” Suara Nenek lagi..
Mawar Ni terus menumbuk padi dia menumbuk kira kira lima kilo gram beratnya..
“Hmmm benar juga dikatakan Nenek, nanti dicoba dulu dikasih makan ke ayam dulu..” gumam Mawar Ni dalam hati..
Sesaat telinga Mawar Ni mendengar lagi suara imut Ayu..
“Kalau ayamnya terlihat mabok cepat cepat disembelih ya Nek, jangan sampai mati ayam nya Nek, sayang kalau tidak disembelih.. kalau sudah mati tidak boleh dimakan Nek.” Suara Ayu lagi..
Mawar Ni menumbuk padi sambil tersenyum mendengar suara Ayu dan Nenek nya. Bagas pun terdengar juga ikut berceloteh.. sedang Rian dan Dito tidak terdengar suaranya mungkin sedang menikmati makan siang nya di ruang depan..
Akan tetapi tiba tiba telinga Mawar Ni mendengar suara motor berhenti di depan rumahnya..
“Siapa ya? Kok seperti suara motor milik Dahlia. Tapi jam segini kan dia harusnya masih kerja..” gumam Mawar Ni di dalam hati sambil terus menumbuk padi. Suara Ayu dan Nenek yang tadi berbincang bincang pun mendadak terdiam saat terdengar suara motor berhenti di depan rumah.. Rupanya Nenek dan Ayu masih trauma dengan kedatangan orang orang yang akan meminta padi hutan istimewa..
Tidak lama kemudian...
“Ni....” suara seorang perempuan
“Benar Dahlia, ada apa dia mencari aku? Apa ada orang pabrik pesan madu.” Gumam Mawar Ni di dalam hati..
“Li, aku di sini di belakang di samping dapur! Kamu lewat saja dari samping rumah!” teriak Mawar Ni penuh semangat berharap ada orderan madu dari karyawan kantoran pabrik.
Dan tidak lama kemudian muncul sosok Dahlia yang berjalan dengan sangat cepat dari arah samping rumah.. wajah Dahlia terlihat sangat serius cenderung panik..
“Ni.. tolong aku Ni..” ucap Dahlia lirih saat sudah berada di dekat Mawar Ni.
“Ada apa Li? Apa ada yang mengejar ngejar kamu kok wajah mu tampak panik?” ucap Mawar Ni menghentikan tangannya yang menumbuk padi..
“Ni...” ucap Dahlia sambil menarik tangan Mawar Ni diajak berjalan menjauh dari dinding rumah..
“Apa sih Li..” ucap Mawar Ni sangat penasaran sepertinya Dahlia ingin membicarakan hal rahasia agar tidak didengar oleh Nenek.
“Ni, tolong pinjami aku uang, aku sangat butuh Ni, aku tahu kamu habis dapat uang banyak hasil jualan madu. Aku pinjam dua juta saja.. besok kalau gajian aku ganti.” Ucap Dahlia dengan suara lirih..