Mungkin ada banyak sekali gadis seusianya yang sudah menikah, begitulah yang ada dibenak Rumi saat ini. Apalagi adiknya terus saja bertanya kapan gerangan ia akan dilamar oleh sang kekasih yang sudah menjalin hubungan bersama dengan dirinya selama lima tahun lamanya.
Namun ternyata, bukan pernikahan yang Rumi dapatkan melainkan sebuah pengkhianatan yang membuatnya semakin terpuruk dan terus meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan. Di masa patah hatinya ini, sang Ibu malah ingin menjodohkannya dengan seorang pria yang ternyata adalah anak dari salah satu temannya.
Tristan, pewaris tunggal yang harus menyandang status sebagai seorang duda diusianya yang terbilang masih duda. Dialah orang yang dipilihkan langsung oleh Ibunya Rumi. Lantas bagaimana? Apakah Rumi akan menerimanya atau malah memberontak dan menolak perjodohan tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30
Gemerlap lampu yang menggantung di atas sana adalah pemandangan pertama yang Rumi temukan begitu dirinya memasuki sebuah gedung pencakar langit di tengah kota ini.
Tempat ini seolah memang sudah dipersiapkan dengan begitu matang untuk menyambut kedatangan para tamu agar mereka semua bisa lebih menikmati pesta yang akan berlangsung malam ini.
"Wih gila betul ini perusahaan, pantesan banyak yang berlomba-lomba mau jadi karyawan di sini." Kekaguman Rumi pada interior yang ada terdistraksi oleh suara Rafka yang ternyata sedang merasakan hal yang sama sepertinya.
"Kamu nggak mau masuk ke sini juga kah?" Kini Rafka memusatkan kedua netranya hanya kepada sang kakak, namun ia tidak langsung menjawab pertanyaan itu.
"Ya mau lah Mba, cuma waktu itu aku udah keduluan diterima sama kantor yang sekarang sih. Jadinya nggak sempat ngajuin lamaran ke sini." Wah, Rumi baru mengetahui tentang fakta yang satu ini. Sampai-sampai gadis itu nampak terkejut di tempatnya berdiri.
"Temennya Bunda sekaligus calon mertuanya Mba, yang mana satu?" Sebuah cubitan tentu saja langsung Rafka dapatkan setelah mempertanyakan suatu hal yang membuat Rumi kesal.
"Kalian ini loh, bisa-bisanya di tempat pesta kaya gini malah ribut." Untunglah ada Nirma yang segera melerai keduanya dengan cara berdiri di tengah-tengah.
"Adek loh Bun, ngeselin banget dia tuh. Harusnya ditinggal aja sendirian dianya di rumah." Bukannya merasa kesal atau marah, Rafka justru tengah sibuk menjulurkan lidahnya seolah tengah meledek Rumi.
"Nirma!" Sang empu nama kontan celingukan untuk mencari darimana gerangan suara itu berasal. Cukup sulit karena di sini sangat ramai.
"Aku kira kamu lupa sama pestanya." Lisa segera memeluk tubuh sahabatnya itu lalu saling cipika cipiki khas para wanita ketika bertemu.
Lisa juga tidak lupa untuk menyambut suaminya Nirma yang turut hadir untuk memenuhi undangan malam ini. Ingatkan? Lisa meminta pada Nirma untuk membawa semua anggota keluarganya turut serta.
"Woah ini ya anak lanangmu, Nir?" Tahu kalau dirinya sedang menjadi pusat perhatian, Rafka lantas meraih tangan kanan Lisa untuk kemudian ia salam sehingga membuat wanita itu tersenyum dengan sangat lebar.
"Saya Rafka, tante." Akhirnya Lisa bisa juga bertemu dengan si bungsunya Nirma yang katanya juga sudah ingin sekali menikah dalam waktu dekat ini.
"Ayo, suamiku lagi ada di depan sana. Lagi ngobrol sama Tristan." Entah kenapa saat Lisa menyebutkan nama Tristan, matanya malah menatap ke arah Rumi yang nampak kebingungan.
Rombongan keluarga Nirma yang dipimpin oleh Lisa di depan sana berhasil menjadi pusat perhatian banyak orang. Bagaimana tidak? Sang empu acara sendiri lah yang memandu mereka untuk pergi bertemu dengan Hansel dan Tristan.
"Miss Rumi!" Mereka memang belum sepenuhnya tiba, namun Rumi sudah bisa mendengar pekikan yang terdengar begitu riang dari si lucu Joyie yang berada dalam gendongan Tristan.
"Daddy, Joyie ingin turun. Tolong turunkan Joyie sekarang." Rengekan itu berhasil meluruhkan Tristan sehingga ia membiarkan sang putri berlari dan menubruk kakinya Rumi dengan cukup keras.
"Eiy kok begitu sih? Bahaya, sayang. Nanti hidungnya Joyie bisa kenapa-kenapa loh." Yang pertama kali Rumi lakukan adalah berjongkok lalu memperhatikan setiap sudut wajah Joyie dengan begitu teliti untuk mencari tahu apakah ada yang terluka atau tudak.
"Tidak sakit kok, hidung Joyie juga baik-baik saja." Dengan tangan pendek nan gempal miliknya, Joyie lantas menunjuk ke arah hidungnya sendiri untuk membuktikan ucapannya pada Rumi.
"Pantesan Joyie enggak sabaran banget mau pakai gaunnya dari pagi tadi, ternyata karena sepasang sama Rumi ya?" Melihat pemandangan yang sangat menggemaskan ini membuat Lisa tidak tahan untuk lebih menggoda kedua perempuan yang berhasil membuat dirinya tersenyum dengan sangat lebar.
Iya, malam ini Rumi dan Joyie memakai pakaian yang serasi. Keduanya sama-sama memakai gaun dari salah satu brand kenamaan yang beberapa waktu lalu mereka beli bersama menggunakan kartu berwarna hitam milik Tristan.
Gaun itu berwarna putih dan ada sebuah pita dibagian pinggangnya, terlihat begitu simple tetapi juga elegan di saat yang bersamaan.
Dan mungkin saja orang lain akan berspekulasi kalau Rumi dan Joyie adalah pasangan Ibu dan anak yang sangat serasi dalam balutan gaun ini.
"Oma Nirma, halo!" Hati Nirma langsung melemah kala mendapatkan sapaan yang dilengkapi dengan senyuman yang luar biasa lebar dari Joyie.
"Uncle Rafka, halo!" Sekarang giliran Rafka pula yang mendapatkan sapaan tersebut, yang mana membuat pria muda itu sedikit terkejut.
Kiranya Joyie juga akan melakukan hal yang sama pada kepala keluarga mereka, namun ternyata tidak sama sekali. Gadis kecil itu malah terdiam beberapa saat sambil menatap penuh keraguan pada Rumi.
"Ayahnya Miss Rumi namanya Banyu, jadi Joyie panggilnya Opa Banyu ya sayang." Tak lama setelah Rumi memberitahukan hal itu, senyuman cerah Joyie kembali begitu saja.
"Opa Banyu, Halo!" Jangan tanyakan bagaimana keadaan Banyu saat ini, yang jelas pria itu sedang berusaha menahan gemas dengan cara menggigit pipi bagian dalamnya dengan kuat. Ini terlalu menggemaskan!
Sapaan yang Joyie berikan berakhir pada Banyu yang setelahnya malah asik sendiri memberikan usakan yang begitu lembut dipuncak kepala si gadis kecil.
Lalu kemudian Hansel dan Tristan ikut bergabung tak lama setelahnya. Mereka membicarakan banyak hal di sana, mulai dari Banyu yang memberikan ucapan selamat sampai membahas Tristan yang sebentar lagi akan segera menggantikan posisi sang Ayah.
"Cantik sekali Rumi." Pujian itu tentu saja membuat Rumi yang semula sedang fokus dengan obrolan langsung menegang begitu saja.
Tristan memang tidak mengatakannya dengan lantang di depan para orang tua dan juga adiknya, hanya dengan bisikan pelan saja. Namun tetap saja Rumi luar biasa malu saat mendengar pujian yang ditujukan hanya untuk dirinya itu.
"Saya sampai tidak bisa berpaling ke arah lainnya karena kamu terlalu cantik." Siapapun tolong Rumi agar ia bisa membungkam mulut Tristan saat ini juga!
Ternyata act of service yang selama ini Tristan tujukan padanya bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan pujian yang barusan saja ia berikan. Jangan bilang kalau semua love language dibabat habis oleh Tristan!
"Saya jadi penasaran, apakah sekarang ini kamu sudah mulai menaruh hati pada saya atau belum?" Hey! Pertanyaan yang satu ini tidak nyambung sama sekali loh wahai Bapak Tristan uang terhormat.
"Tidak perlu dijawab sekarang, nanti saja kalau kamu memang sudah siap untuk menjawabnya. Saya tidak masalah kalau harus menunggu sedikit lebih lama." Ini gila, Rumi benar-benar bisa gila kalau Tristan terus saja seperti ini pada dirinya.
Belum lagi suara Tristan yang terdengar sangat lembut saat berbicara dengan dirinya. Rumi tahu kalau Tristan tidak ingin main-main dengan dirinya atau hanya sekedar coba-coba saja, namun tetap saja Rumi bisa kewalahan sendiri dibuatnya.
"Iya kan, Mba Rumi?" Mulut Rumi yang semulanya sudah sedikit terbuka dan ingin memberikan tanggapan pada Tristan langsung bungkam begitu mendengar suara lainnya yang ternyata berasal dari Lisa.
Ada apa? Apanya yang iya? Rumi tak mengerti sama sekali karena sejak tadi ia hanya memperhatikan Tristan dan semua kalimatnya saja. Astaga ini sangat memalukan!
"Ya? Kenapa tante? Maaf tadi Rumi kurang fokus." Tolong ingatkan Rumi untuk memarahi Tristan setelah ini, karena rasa malu yang sedang ia tahan saat ini juga karena pria yang kini malah terkekeh di sebelahnya.
semangat berkarya kak🥰
kalau Kaka bersedia follow me ya ..
maka Kaka BS mendapat undangan dari kami. Terima kasih