SEMUA GARA-GARA PARIJI
Ini Novel harusnya horor, tapi kenapa malah komedi, saya yang nulis juga bingung, tapi pasti hororlah.
KOK dengan huruf yang terbalik, ya semua serba terbalik di dalam novel ini, tidak ada yang sesuai dengan semestinya, dan jangan berpikir dengan nalar, karena nggak akan masuk di otak kita.
Jangan dipikir dengan otak normal, karena akan bikin kram otak.
kebalikan adalah keasikan, ingat baliklah hidup kalian agar mengalami sesuatu yang luar biasa!
KOK,
Kalok dibilang time travel kok rasanya nggak jugak, tapi ada yang hilang dan bertambah di dalam diriku.
KOK gini rasanya, KOK aku ada disini, KOK aku diginiin, KOK aku harus ada di sini, KOK sakit gini, KOK KOK KOK KOK semua harus KOK.
Jangan takot, gitu kata orang yang aku temui, tapi KOK rasanya takot tapi enak dan menyenangkan..
Itulah KOK yang dibalik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Bashi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. HAROS SENYOM
Nggateli aku sama sekali nggak bisa tidor, masih terbayang tadi ketika aku dan Celenk di kuburan. Apalagi ketika mayat dosenku tiba-tiba membuka mata.
Dan sekarang aku ada di sebuah desa yang entah ini ada di tahun berapa dan di mana, dan aku juga nggak tau bagaimana aku dan Celenk tiba-tiba ada di desa yang aneh gini.
“Kamu nggak tidor ta Ji?”
“Gak iso Lenk, kondisi koyok gini mana bisa tidor cok”
“Terus apa yang harus kita lakukan Ji, apa kamu inget kamu jual kemana itu asbak itu Ji?”
“Tapi misalnya kamu udah dapatkan asbak itu, apa kamu harus temui si Wito atau Burhan itu lagi Ji?.... Oh iya Ji hihihih, aku kok jadi inget Burhan homok yang di sinetron hidayah itu ya, yang gituin anak kecil yang namanya Samsol” tambah Celenk
“Bukan hidayah Lenk, tapi sinetron taubat hihihih, kok sama kayak yang dilakukan Wito ya, terus WIto malah ganti nama jadi Burhan, ngerik cok”
“Lha iku Ji, tapi kalok yang di sinetron itu kan Burhane ngganteng Ji, nek sing ini Burhane ngilani cok”
“Kalok masalah asbak itu aku nggak tau Lenk, aku juga bingung nek misale aku udah dapat asbak kuntilanya, terus kalau harus kuserahkan ke Burhan jelas nggak mungkin jugak, aku bisa dibunuh dia Lenk”
“Wis dibahas besok aja sama Wildan Ji, percuma kalau kita berdua yang bahas, ya nggak akan ada titik terangnya”
*****
Aku terbangun ketika ada sinar matahari yang mengenai wajahku…. Kuperhatikan bagian atas rumah ini dengan seksama, ternyata nggak ada plafonya… langsung genteng aja, cuma nggak seluruhnya genteng, ada semacam daun keringnya juga.
Kulihat Celenk tidak ada di sebelahku, yang ada di sebelahku adalah kuntilaku yang masih lembek. Untung nggak ngatjenk, biasanya nek pagi hari kan kuntilaku ndangak.
Aku duduk bersila di tikar sambil kuatur kuntilla dengan membelitkan ke leherku kayak sebelumnya gitu.
“Huaaaahmmmm, udara desa ini segar sekali”
Aku berjalan ke jendela yang sudah terbuka lebar, jendela rumah ini sepertinya dibuka lebar oleh Wildan. Sehingga udara pagi bisa masuk ke dalam rumah dengan bebas.
“Kemana ya celenk”
Aku keluar rumah aja dulu ah, kepingin liat suasana desa. Eh tapi aku harus ganti baju dulu agar tidak mencolok.
Ketika kubuka lemari pakaian, ternyata di dalam lemari itu juga ada pakaian si Celenk, berarti dia udah ganti baju dan mungkin sedang jalan-jalan di sekitar desa sini.
Untungnya pakaian yang ada di lemari ini besar ukuranya, jadi aku bisa gunakan untuk menyembunyikan kuntilaku dengan cara dililitkan ke pinggang seperti sarung gitu hehehe.
Kubuka pintu rumah, dan ternyata si Celenk dan Wildan sedang duduk di depan rumah. Beberapa perempuan lalu lalang berjalan melewati rumah Basuki atau WIldan.
“Lenk… YANCOK!,.......ups maaf saya salah kata…..! “
“Lenk….eh Hendrik, kamu kok nggak bangunin aku sih, tapi nggak papa kok Ndrik, yang penting kita dalam keadaan selamat lenk…eh Ndrik”
“Iya Fariji, tadi saya udah bangunin kamu Tak… eh Ji, tapi kamu kayaknya masih capek, yah jadi saya dan eh mas Wildan tinggalkan kamu di rumah saja …. Ji”
Aku lupa kalau nggak boleh berkata ngawur disini. Aku harus panggil Celenk dengan nama sebenarnya saja ah. Panggilan Celenk kayaknya kurang bagus, kayak mengolok gitu.
“Haiii pariji, yuk duduk disini, kita ngobrol tentang keindahan desa ini” Jawab Celenk dengan wajah yang tersenyum tapi senyum itu koyok sangat dipaksakan
Aku lho hapal celenk itu orang yang susah untuk senyum , kadang ketawa aja dia sangat jarang meskipun ada sesuatu yang lutjuk.
“Yanc.. eh astaga indah sekali ya Cel… eh Hendrik, alam disini sangat indah sekali. Selamat pagi mas Wildan”
“Pagi juga mas Fariji, gimana tidurnya semalam, nyenyak kan”
“Alhamdulillah nyenyak sekali mas Basuki…. eh mas Wildan, saya sampai lupa dimana saya sekarang mas”
“Ayo duduk bersama disini mas Fariji, kita habiskan pagi ini dengan menyapa masyarakat desa ini, sekalian agar kalian dikenal disini”
“Mas Pariji usahakan menyapa dan tersenyum ya. Sapa mereka dan senyum sewajarnya saja” bisik Wildan
Heheheh mangkane tadi si Celenk liat aku sambil wajahnya full senyum yang lebih mirip ke nyengir daripada senyum, ternyata itu suruhan dari Wildan… tapi nggak papa tak ikuti aja dia.
Di depan rumah Wildan ini ada semacam bangku panjang yang terbuat dari bambu yang diikat dan diatur sedemikian rupa sehingga bisa menjadi tempat duduk.
Aku ambil posisi di sebelah Celenk, sehingga posisi celenk sekarang diapit olehku dan Wildan. Kami menyapa tiap orang yang lewat di depan kami.
Mereka kayaknya bersama sama menuju ke arah sawah dan ladang, karena sebagian besar membawa peralatan yang digunakan untuk meladang.
Tapi ada yang aneh sih menurutku.
“Eh mas WIldan, ada yang mau saya tanyakan”
“Nanti saja mas Pariji, setelah ini…setelah keadaan disini sepi” jawab WIldan dengan wajah tersenyum dan tanpa melihat ke arahku sama sekali
Wildan hanya melihat ke arah jalan dan menyapa tiap perempuan yang lewat di depan kami. Kadang ada ibu-ibu yang berhenti di depan kami dan menanyakan siapa aku dan siapa Celenk.
Jawaban WIldan sama, kami berdua adalah saudara jauh yang mampir ke desa ini.
Semakin siang keadaan disini semakin sepi, kayaknya sebagian besar penduduk disini sudah pergi ke sawah atau ke ladang.
“Eh mas Pariji, saya tau apa yang jadi pertanyaan kamu. Kamu pasti tanya kenapa semua yang lewat di depan kita adalah perempuan kan”
“Eh iya mas.. Benar itu yang saya tanyakan mas”
seru ,...
mimpi yang sangat panjang ya ji.... mimpi yang nggak pernah bangun-bangun...
Hendrik dalam bahaya dong....
asal nebak hhhhh😁
operasi dimana bisa nyembul gede sana sini...???🤣