Boleh dibaca selama puasa ya...
Orang bilang, berhubungan dengan pria atau wanita selain pasangan kita bisa membangkitkan lagi gairah seksual.
Dua tahun terasa hambar bagi hubungan Allasca dan Pingkan. Hingga, ide gila Pingkan membawa mereka ke sebuah villa dan melakukan pertukaran pasangan.
Open marriage, Allasca tak habis pikir dengan usulan ekstrem yang dicetuskan Istrinya. Meski menolak, Allasca dibuat tak berkutik setelah tahu jika partner pasangan terbukanya tidak lain dan tidak bukan adalah Viera; adik angkatnya.
ALLASCA RICK RAIN, pewaris tahta pertama Tuan Sky Rain. Menjadi CEO di usia muda bahkan terbilang sukses sedari masih belasan tahun usianya.
Perfect CEO, gelar yang disematkan padanya selama hampir satu dekade. Sayangnya, tak ada manusia yang sempurna, bukan?
Sebab di balik kesempurnaan yang dilihat orang-orang selama ini, ada cukup banyak permasalahan pelik yang tidak orang tahu.
Selain mengidap automysophobia, Allasca juga memiliki permasalahan less desire.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
APC 027
...Dimudahkan segala urusan rezekinya buat kalian yang lagi sakit atau ngurusin keluarga yg sakit, aamiin... Oya gaiss, demi kualitas konten, Om Langit akan diberhentikan sampai waktu yang Pasha sendiri tidak tahu kapan. Biasanya karakter yg melekat seperti Allasca ini tidak bisa diiringi dg karakter yg udah lama nggak Pasha sebut-sebut. Dan Feeling yg kurang kuat, akan mempengaruhi kualitas konten dari cerita itu sendiri. Oya, Typo Pasha meresahkan sejak Baby Raga ku rese bgt, jadi maafkan Pasha... Kadang lagi ngetik pun, Baby Raga malah naik ke kepala, wkwk......
...∆{/+--__--+}∆...
"Ini gaun buat Viera, ya Dadd?"
Viera tersenyum sumringah mendapatkan kotak besar dengan merek terkenal. Besok malam, acara pertunangan Viera dengan Muzzammil, dan hebatnya, Daddy Sky selalu sudah menyuguhkan gaun malam satu hari sebelum acara dilangsungkan.
"Hmm."
"Terima kasih, Daddy."
Viera merangsek mendekati Sky. Memeluk lengan sambil menjatuhkan kepala di pangkal lengan laki-laki itu seperti hari-hari saat Viera manja.
"Kalau Daddy bukan suami Mommy, mungkin Viera akan mengejar cinta Daddy."
Sky melirik istrinya. "Mommy mu akan mengingat kata-kata mu sampai tidur."
Viera tertawa, lantas bergantian memeluk Mommy Lala begitu manja. "Terima kasih sudah mau berbagi Daddy untuk Viera."
"Kadang Mommy menyesal ambil pelakor secara terang-terangan begini."
Lala tak menyangka, keberadaan Viera benar-benar akan semeriah ini, tempat berbagi cerita, tempat berkeluh kesah saat suami arogannya berulah, dan dari semua orang yang disebutnya anak, hanya Viera yang paling memahaminya.
Sekarang, Viera akan dinikahkan dengan laki-laki yang baik. Lala lega, karena setidaknya, Hudson sudah tidak bisa lagi mengganggu Viera kembali.
"Semoga pilihan kali ini tidak salah, Muzzammil akan membahagiakan mu."
"Aamiin." Viera lekas menatap kartu berwarna merah yang Sky sodorkan. "Apa ini?"
"Itu nomor wedding planner. Kau dan Muzzammil yang akan putuskan bagaimana konsep pernikahan kalian."
"Baiklah..." Viera sumringah saat meraihnya, lantas merentangkan kedua tangan seolah akan memeluk Daddy Sky. Dan, hal itu digagalkan oleh tarikan tangan Mommy Lala.
"Sudah cukup pelakor."
Viera terkikik, sungguh ekspresi wajah ibu angkatnya lucu. Dia lantas membawa kotak besar dari Sky untuk kemudian dibawa ke kamar dengan lift.
"Terima kasih, Dadd and Mom!"
Dalam lift, Viera sudah bisa membayangkan betapa gaun malamnya akan begitu cantik dipakainya besok malam. Kemarin, saat Viera mendatangi Muzzammil, Viera benar-benar tak pernah mengira jika laki-laki itu akan mau menerima dirinya sekaligus kekurangannya.
"Jangan buka aib mu. Sejatinya tak ada nikmat yang dicabut dari laki-laki yang bisa menjaga pandangan dan raganya. Andaikan memang pasangannya berbohong sekalipun, dia tidak akan pernah tahu rasanya perawan atau tidak karena dia tidak akan pernah bisa membedakan rasa yang satu dengan yang lainnya, maka jangan cabut nikmat itu dengan kau mengatakan aib mu. Tapi, asal kau tahu, Viera, hal seperti ini, tidak akan membuat ku mundur, karena yang akan aku nikahi kamu, bukan status keperawanan mu. ."
Viera menghela napas mengingat kalimat indah yang Muzzammil uraikan. Malam ini, semoga menjadi awal dari proses Viera melupakan masa-masa yang telah berlalu.
Terbuka lift yang berdenting. Viera langsung melangkah masuk ke dalam kamarnya.
Di depan sana, ada pintu kaca yang Viera tekan dan segera terbuka. Viera langsung meletakkan kotak besarnya di atas ranjang, sebelum membukanya dengan antusias.
"Daddy!!" Viera meraba-raba sekitar begitu lampu di kamar mati mendadak. "Kenapa lampu di kamar bisa mati!! Hambra!!"
Viera yakin, adik bungsunya yang sering kali mengerjai dirinya. "Hambra, nyalakan lampunya!!" histerisnya.
Gugup, Viera berusaha meraba-raba udara hingga ke laci nakas, mungkin dia meletakkan ponselnya di sana. Atau, ah dia lupa!
"A...?" Viera memicing mata yang silau usai gelapnya diterangi nyala lampu. Namun, di saat yang sama, Allasca berdiri di depannya.
Viera tak berekspektasi bahwa Allasca yang akan datang. "Aa ngapain di sini?"
"Ini hanya gelap. Kenapa kau setakut itu?"
Viera takut? Yah, dia gusar saat lampu di kamarnya mati. Itulah kenapa Viera memakai lampu-lampu otomatis yang tidak akan mungkin mati total meski listrik dimatikan.
Anehnya, kenapa lampu di kamar bisa mati total saat listrik padam? Ah, sepertinya dia perlu mengganti lampu-lampu yang rusak.
"Pergilah." Viera mengusir Allasca. Sama seperti saat Alhambra masuk ke dalam kamarnya hanya untuk iseng menggodanya.
Viera harus memeriksa gaunnya. Namun, mata yang Viera pikir akan membulat oleh kekagumannya pada gaun, justru disentak tas merah muda yang cukup familiar baginya.
Tas di dalam kotak besar ini, bukankah tas yang dia bawa ke pesta pernikahan Akhkas dua tahun lalu di Kepulauan seribu?
Mata kecoklatan Viera semakin menjegil begitu ia merasakan tangan Allasca melingkar pelan sampai ke perutnya.
"Kau berhutang penjelasan padaku, katakan kenapa tas ini ada di kamar yang Pingkan pesan di tanggal 12 bulan 12?" bisik Allasca.
Viera menepis, dan Allasca tak pernah memberikan akses penolakan. Laki-laki itu memang melepas tubuh Viera, tapi tidak dengan tatapan menusuk yang berakhir bersirobok begitu dalam.
"Jawab aku, Viera."
"Mungkin tidak sengaja terbawa Aa."
Allasca terkekeh. "Aku tidak mungkin membawa-bawa tas perempuan, Viera."
Viera menelan saliva. Walau, satu sisi lainnya Viera berusaha tidak gugup. "Ya sudah lah, kenapa harus dibahas, aku sendiri lupa kenapa tas ini bisa hilang."
"Kau datang ke kamar itu malam itu." Allasca mencekal dua lengan Viera kuat-kuat hingga dibuatnya meringis wanita itu.
"Aa!"
"Jawab dulu pertanyaan ku, Viera!" Allasca mendesak dengan tatapan dan interogasinya.
"Pentingnya apa?!" tampik Viera. Nadanya mulai naik dan tak beraturan, Allasca bisa melihat betapa gugup lebih tampak dinamis dari pada pertahanan diri wanita itu.
"Aku mau tahu kenapa aku mengingat kejadian dua tahun lalu setelah kau mendesah di telinga ku?!"
Viera mendorong Allasca. Tekadnya berbicara, ia tidak akan membahas masa lalu yang sudah susah payah dilupakannya.
"Apa ini yang membuat aku jenuh dengan Pingkan hah? Wanita yang bersama ku di malam gelap itu, bukan dia, tapi, kamu!!"
jd penassran bayi nya pingkan anak siapa ya ? milik allasca apa milik hudson?