Demi kebahagiaan sang kakak dan masa depan anaknya, Andrea rela melepaskan suami serta buah hatinya dan pergi sejauh mungkin tanpa sepengetahuan mereka. Berharap dengan kepergiannya Gerard dan Lucy akan kembali rujuk, namun rupanya itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya karena bayi lelaki yang ia tinggalkan itu kini tumbuh menjadi anak pembangkang yang merepotkan semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~08
"Baiklah nanti ku hubungi lagi saat di kamar,"
Dokter Steve pun segera mengakhiri panggilan teleponnya dengan Andrea mengingat saat ini ia sedang berbincang dengan Gerard, ia tidak mungkin mengabaikan orang penting seperti pria itu begitu saja.
"Maaf tuan Gerard tadi kekasih saya menghubungi, maklum kami sama-sama berprofesi sebagai dokter dan jarang sekali memiliki waktu luang bersama jadi jika ada kesempatan kami saling menghubungi." Terangnya setelah kembali bergabung dengan Gerard dan juga Henry.
"Seorang dokter?"
Gerard nampak mengernyit mendengarnya, sebelumnya ia mendengar suara wanita yang sangat mirip dengan Andrea namun sepertinya hanya kebetulan semata karena kekasih dari pria itu adalah seorang dokter.
Di matanya Andrea adalah sosok gadis yang kurang serius dengan hidupnya, wanita itu lebih suka bersenang-senang daripada belajar. Padahal ia dan keluarganya menawarkan pendidikan kepadanya setelah pulih dari melahirkan namun wanita itu lebih memilih untuk pergi.
Ia yakin kini wanita itu hanya menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang di jalanan dan tak memikirkan anaknya karena hingga lima tahun ini sedikit pun tak ada kabar tentangnya. Mungkinkah ia telah meletakkan hatinya pada orang yang salah?
"Tabiat seseorang itu sulit di hilangkan Ge, sejak kecil istrimu itu hidup di jalanan dan kemungkinan dia lebih suka seperti itu. Hidup bebas tanpa terikat oleh sebuah hubungan," ucap sang ibu kala itu yang membuatnya semakin frustrasi memikirkan kepergian wanita itu.
Kini setelah berbincang sejenak dengan dokter Steve, Gerard pun memutuskan untuk pulang. Perasaannya selalu memburuk jika kembali mengingat wanita masa lalunya tersebut dan kini pria itu nampak menghabiskan waktunya di sebuah tempat gym langganannya.
Keringat terlihat bercucuran di punggungnya seiring dengan beban yang semakin berat ia gunakan, meskipun ia pria dewasa dan usianya tak muda lagi tapi ia merasa sangat fit dan kuat saat ini. Istrinya tak bisa menganggapnya remeh begitu saja, ya Gerard benar-benar merasa tersinggung dengan perkataan Andrea beberapa tahun lalu jika wanita itu tak cocok menikah dengan pria dewasa sepertinya. Sejak saat itu ia kembali rajin pergi ke tempat gym dan akan ia buktikan jika ia bukan pria tua seperti kata wanita itu.
Mungkin saja saat ini mantan istrinya itu telah bersama pria lain yang lebih muda tapi ia janji akan membuatnya menyesal ketika melihatnya nanti.
"Tuan, sudah cukup. Anda telah melebihi batas latihan biasanya." Ucap seorang trainer yang biasa memandunya saat fitnes.
Terkadang Gerard memang suka lupa waktu ketika suasana hatinya sedang buruk, seperti saat ini gara-gara mendengar suara yang mirip dengan mantan istrinya itu emosinya pun kembali meluap. Perlahan ia sudah melupakan wanita itu dan membiasakan diri untuk hidup tanpanya dengan baik-baik saja.
Setelah membersihkan dirinya Gerard pun kembali ke rumahnya dan di lihatnya keluarganya sedang menunggunya untuk makan malam bersama.
"Baru pulang sayang? Kami sedang menunggumu makan malam," ucap nyonya Merry ketika putranya itu baru datang.
Terlihat kedua orang tuanya, Lucy maupun Jiro telah duduk di meja makan sembari menunggu pelayan yang sedang menyiapkan makan malam.
"Hm, aku ganti pakaian dulu." Sahut pria itu lantas berlalu ke kamarnya dan tak berapa lama pria itu pun turun dengan pakaian rumahan, celana polo pendek dan juga kaos polos rumahan. Tubuhnya yang semakin kekar dan berisi pun nampak menambah ketampanannya, meskipun usianya sudah tak muda lagi yaitu 37 tahun tapi pria itu justru terlihat semakin dewasa dan juga menarik bahkan banyak wanita di luar sana tak segan mengejarnya secara terang-terangan.
Kini pria itu menghempaskan bobot tubuhnya di antara Lucy dan juga sang putra. "Makanlah kamu pasti lapar setelah fitnes," Lucy nampak meletakkan beberapa menu makanan ke atas piring pria itu.
"Terima kasih," sahut Gerard dengan senyuman tipisnya lalu pandangannya beralih ke arah putranya yang nampak makan dengan tak semangat.
"Ada apa sayang? Apa makanannya kurang enak?" Tanyanya karena tak biasanya putranya bersikap seperti itu, keceriaannya dan keaktifannya pun kini tiba-tiba hilang.
Jiro hanya menggeleng kecil dan Gerard pun nampak menatap kedua orang tuanya, mungkin mereka tahu penyebab putranya menjadi diam seperti ini mengingat sejak pulang dari kantornya menjelang sore tadi ia tinggalkan bocah itu bersama mereka di rumah.
"Tadi mama hanya sedikit marah kepadanya karena tiba-tiba saja membahas ibunya, jika ibunya baik tak mungkin meninggalkannya yang masih bayi merah. Jadi mama bilang lupakan ibumu kan sudah ada mama Lucy sebagai pengganti ibumu," ucap nyonya Merry menjelaskan.
Sebelumnya Jiro kembali bertanya kepada sang nenek kapan ibunya akan kembali. "Oma, oma tahu kapan ibu akan pulang?" Ucapnya sore itu ketika mendatangi neneknya yang sedang berada di dapur bersama para pembantunya untuk menyiapkan makan malam.
"Ibumu tidak akan pulang, dia yang mau pergi meninggalkan mu." Sahut wanita itu sembari mengawasi pekerjaan pembantunya, sebenarnya pertanyaan cucunya itu sering sekali di utarakan kepadanya terutama akhir-akhir ini.
Baginya Andrea benar-benar bukan seorang ibu yang baik karena memilih pergi meninggalkan anaknya yang masih bayi kala itu, mungkin sebelumnya ia memang kurang merestui wanita itu sebagai menantunya dan pernah menawarkannya untuk berpisah saja dengan putranya. Namun seiring berjalannya waktu ia merestui hubungan mereka apalagi saat mengetahui gadis itu juga anak kandung dari besannya sendiri.
Tapi entah apa alasan wanita itu tiba-tiba pergi begitu saja meninggalkan bayinya yang masih membutuhkannya, marah dan benci tentu saja ia rasakan waktu itu dan menganggap menantunya itu hanya bermain-main dengan sebuah komitmen.
"Bukankah mama sudah bilang, dia tidak pantas denganmu Ge. Usia kalian sangat jauh berbeda dan dia juga pasti menginginkan pasangan yang lebih muda sepertinya, jadi lebih baik kembalilah rujuk dengan Lucy. Karena mama yakin dia sudah banyak berubah dan yang paling penting dia sangat menyayangi putramu," ucap nyonya Merry kepada Gerard setelah kepergian Andrea waktu itu mengingat putranya tiada henti mencarinya dan sedikit mengabaikan bayinya.
Beruntung ada Lucy yang tak pernah lelah merawat cucunya tersebut di tengah kesibukannya sebagai seorang model ternama.
"Jadi benar kata oma jika ibu takkan pernah kembali?" Ucap Jiro kembali di tengah kunyahannya, wajahnya terlihat muram penuh dengan kesedihan. Padahal ia selalu berharap jika ibunya suatu saat akan datang menemuinya.
Mendengar itu pun Lucy, Gerard dan kedua orang tuanya nampak saling berpandangan. Sebenarnya baru kali ini bocah itu bertanya secara langsung saat mereka sedang berkumpul bersama, biasanya bocah itu akan diam-diam bertanya ketika sedang berdua dengan sang ayah atau bersama kakek atau neneknya saja.
tapi bagus sich.. semoga happy ending...walau banyak cerita menyedihkan di tengah cerita
kenapa ganggu jiro.... 😏 pikiran lelaki seperti Gerald terlalu sempit