“Menikahlah denganku, lahirkan keturunanku, dan aku akan membantumu.”
Penawaran dari Sagara dengan imbalan yang cukup fantastis membuat Lisa seakan mendapatkan angin segar di tengah tuntutan hutang yang menggunung. Namun, gadis itu tak memiliki cukup keberanian untuk mengambil tawaran itu karena Lisa tahu bahwa Sagara telah memiliki istri dan Lisa tidak ingin melukai perasaan istri Sagara.
Hingga akhirnya Lisa kembali dihadapkan pada kabar yang mengguncang pertahanannya.
Ia harus memilih antara menjadi istri kedua dan melahirkan keturunan Sagara dengan imbalan yang besar, atau mempertahankan harga diri dan masa depannya, tetapi ia harus kehilangan orang yang ia sayangi.
Lalu, bagaimana dengan keputusan Lisa? Dan apa sebenarnya yang buat Sagara akhirnya berpaling dari istrinya?
Yuk, ikuti terus kisah selengkapnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadya Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejujuran Sagara
Lisa dengan cermat membaca surat perjanjian yang sebelumnya dibawa oleh Sagara. Di sana tertulis salah satunya ialah Lisa akan menerima sejumlah uang yang disepakati sebelumnya dan bersedia menikah dan mengandung anak dari Sagara.
Hingga netranya tertuju pada dua poin di bagian paling akhir di mana di sana tertulis bahwa Lisa memiliki hak yang sama seperti Dewi selaku istri pertama Sagara. Lisa diperkenankan melakukan dan meminta apapun pada Sagara selagi hal itu tidak mengotori pernikahan mereka. Dan untuk poin ke dua, Lisa tidak diperkenankan menuntut perceraian dari Sagara dalam situasi apapun.
“I-ini apa maksudnya?” Lisa menunjuk pada dua poin yang tidak ia mengerti.
Sagara mendekatkan kursinya di sebelah Lisa kemudian membaca poin terakhir yang ada di dalamnya.
“Saya tidak akan membatasi apapun yang ingin kamu lakukan selagi masih di batas wajar. Kamu berhak meminta dan menerima apapun pada saya dan tidak berselingkuh. Yang terakhir, sudah jelas, bahwa tidak akan ada perceraian setelah pernikahan ini terjadi,” jelas Sagara.
“Ah~ dan untuk tambahannya, kamu tidak perlu merasa bersalah pada Dewi. Lakukan saja peranmu sebagai seorang istri yang baik dan jangan khawatir, saya akan selalu berdiri di belakangmu untuk membelamu,”
Harusnya Lisa bisa bernapas lega karena dari semua isi di dalamnya sama sekali tidak memberatkannya sama sekali, tetapi tidak ada perceraian setelahnya? Lisa tidak memahami maksud keinginan Sagara yang ia pikir hanya menginginkan dirinya sementara untuk hamil anaknya.
“Berarti kita akan terus menjadi suami istri? Bukannya saya dinikahi hanya untuk mengandung?”
“Tentu saja. Kamu harus menjadi istri dan ibu untuk anak-anak kita nanti,” jawab Sagara ringan.
Sejenak Lisa menghela napas pelan, rupanya pemikirannya salah besar mengenai Sagara. Entah pria itu benar-benar ingin bersama Lisa atau hanya ingin menjadikannya sandera, Lisa tidak tahu.
“Sebenarnya apa yang membuat anda memilih saya yang hanya orang miskin dan banyak hutang ini? Bukankah anda sudah memiliki istri yang sempurna di rumah?”
“Karena saya menyukai semua yang ada di diri kamu—”
Belum selesai Sagara menjawab, Lisa dengan spontan menyilangkan ke dua tangannya di depan dada dengan tatapan melotot ke arah Sagara karena pria itu turut memindai dirinya dari atas hingga ke bawah.
“Jangan mesum! Saya tertarik sama kamu karena kepribadianmu. Itu bukan kata orang lain, melainkan saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri dan itu cukup membuat saya tertarik menjadikanmu istri saya. Dan untuk Dewi, bisakah kamu tidak membahasnya?”
“Memangnya kenapa?”
Sagara menghela napasnya pelan. Ini memang aib rumah tangganya, tetapi pria tampan itu tidak ingin membuat Lisa semakin penasaran dan merasa rendah terhadap Dewi, sehingga ia memutuskan untuk berkata jujur pada gadis itu agar semuanya berjalan lancar seperti keinginannya.
“Sebelum saya menjawab, bisakah kamu menjawab pertanyaan saya terlebih dahulu? Menurut kamu, saya ini orangnya seperti apa? Apa saya kurang tampan? Apa kira-kira yang kurang dari diri saya?”
Lisa terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, “saya tidak tahu apa ini jawaban yang ingin anda dengar atau tidak, tapi menurut saya, selain tampan, anda cukup dermawan karena suka berbagi. Saya tidak bisa menilai anda secara asal karena saya belum sepenuhnya mengenal anda, tetapi sejauh ini anda terlihat baik meski kemarin sempat menyakiti hati saya, eh—” Lisa segera menutup mulutnya dengan cepat.
“Jawaban yang menarik, jadi saya tampan?”
“Tentu saja. Hanya orang gila dan bodoh yang mengatakan anda jelek. Dewi Bunga saja yang cantiknya sundul langit memilih anda menjadi suaminya, itu berarti anda memang tampan.” Lagi dan lagi, Lisa dengan cepat merespon ucapan Sagara.
“Kalau saya tampan, tidak mungkin saya diselingkuhi!” gumam Sagara. Namun, tetap terdengar oleh Lisa.
“Hah? Apa?” Lisa menggeleng, “anda membual, bukan?”
Mengembuskan napasnya pelan, Sagara mulai jujur pada Lisa.
“Inilah alasan saya memilih menikah lagi. Saya yang tidak pernah jatuh cinta, tetapi tiba-tiba dijodohkan oleh mama saya. Mama yang saat itu tertarik pada Dewi karena menjadi salah satu donatur dan relawan di sebuah panti asuhan berusaha membuat saya dan Dewi semakin dekat hingga kami akhirnya menikah.
Jujur saya awalnya hanya sekadar kagum dan tertarik karena dia mau berbagi sehingga saya berusaha untuk mencintainya dengan tulus. Namun, setelah perasaan itu mulai tumbuh, yang saya dapatkan hanyalah pengkhianatan. Kamu tahu, apa yang lebih membuat saya terluka? Ternyata dia tidak menginginkan benih saya tumbuh di rahimnya, dia sengaja menunda kehamilannya dengan cara apapun karena alasan pekerjaan.” Sagara tampak menjeda ucapannya. Napasnya tercekat, baru kali ini dirinya bisa meluapkan isi hatinya tanpa rasa canggung sekalipun.
“Padahal yang sebenarnya terjadi karena dia masih ingin menikmati masa kebersamaannya dengan selingkuhannya tanpa harus disibukkan dengan urusan anak. Dan apa kamu tahu siapa selingkuhannya?”
Lisa menggeleng.
“Dia Kelvin, lawan main dia di sinetron terbarunya. Kalau kamu teliti, dalam dua tahun ini mereka beberapa kali terlihat proyek bersama. Itu ternyata atas permintaan ke duanya. Mereka mengambil kesempatan itu untuk menjalin hubungan diam-diam di belakang saya. Dan dengan bodohnya, saya justru memfasilitasi keduanya.” Sagara tersenyum miris, menertawakan kebodohannya.
“Hah! Ke-kelvin? Bagaimana bisa? Cowok se green flag itu ternyata cuma topeng aja?”
“Terserah kamu, mau percaya atau tidak yang jelas saya sudah mengatakan dengan sejujur-jujurnya. Saya akui saya tidak sebaik kamu, saya memilih mendua alih-alih menyelesaikan permasalahan yang ada. Tapi di balik itu semua, satu alasan saya, saya hanya ingin mama saya mengetahui sendiri kelakuan menantu pilihannya.”
Lisa mengangguk paham. Entahlah, hatinya masih setengah percaya pada ucapan Sagara karena ia belum mengetahuinya secara langsung. Yang jelas, rasa bersalah terhadap Dewi kini mulai berkurang. Ia justru menyesalkan tindakan Dewi yang begitu bodohnya karena menduakan pria kaya raya dan tampan seperti Sagara.
Padahal si Sagara cakepnya kagak ngotak, sebelas dua belas, lah sama babang Ichang, masih aja diselingkuhi sama cowok yang tingkat ketampanannya berada di bawahnya. Sayang banget, buang berlian demi batu alam, batin Lisa, miris.
“Lalu, bagaimana dengan mama anda. Apa beliau mengetahui rencana pernikahan anda?”
“Belum, tetapi saya akan memberitahunya jika waktunya sudah tepat. Mungkin ketika kita akan menikah atau waktu kamu sudah hamil cucunya.” Sagara mengendikkan bahunya.
“Ternyata serumit itu, ya permasalahan orang kaya. Maaf karena sebelumnya saya sempat curiga dengan anda yang tiba-tiba mengajak saya menikah,”
“Tidak masalah, semua orang berhak berpendapat tentang hal apapun.” Sagara kembali menatap Lisa dengan tatapan yang berbeda. “Jangan berusaha kabur dari saya karena saya akan terus mengejar kamu bahkan sampai ke lubang semut sekalipun!”
Lisa menghela napasnya pelan, sepertinya setelah ini hidupnya akan lebih berwarna karena banyak tantangan.
***
Lisa memandangi salinan berkas yang ada di tangannya. Sesekali juga turut melirik pada pria yang tengah fokus pada kemudinya. Ya, setelah menandatangani perjanjian itu, Sagara segera mengantarkan Lisa ke rumah sakit karena hari sudah terlalu malam.
Awalnya Lisa menolak, tetapi Sagara tetap kukuh dan Lisa hanya bisa pasrah karena Sagara mengancam tidak akan memberikannya uang dengan cepat seperti yang dijanjikan.
“Sudah puas memandangi wajah tampan saya?”
Eh!
Lisa tampak gelagapan kemudian membuang muka ke arah lainnya, membuat Sagara tersenyum tipis.
***
gimana sih tanggapan kalian mengenai Lisa dan Sagara? komen komen dong...
Nad pengan tahu, nih, dari sudut pandang kalian. hihi😁😁
oh, iya....
Selamat berbuka bagi yang menjalankan ibadah puasa🍲