Jendral yang membawa kemenangan dalam perang, satu-satunya sword master kekaisaran itulah Duke Killian Fredrick, .
Namun, satu hal yang membuat dirinya gemetar. Hal yang tidak terjadi bahkan dalam perang berdarah sekalipun.
"Frederic, sudah saatnya mengakhiri segalanya." Itulah yang diucapkan Duchess Grisela Fredrik.
Tangan Killian mengepal, pernikahan yang terjadi di usia 9 tahun saat dirinya sakit-sakitan dan tidak memiliki kekuasaan di keluarganya. Dan sekarang setelah keadaan baik-baik saja, perceraian?
"Apa kamu fikir dapat keluar dari kekaisaran dengan mudah? Bukankah kamu berjanji untuk menemaniku selama-lamanya." Tanya Killian.
Hal yang membuat Grisela menarik tangannya. Wanita yang benar-benar mengetahui dirinya tidak akan hidup dalam waktu lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jalan
...Terkadang menatap senyumanmu, terkadang melihatmu menangis, memeluk mu hanya untuk menenangkan hatiku....
...Seperti sebuah fatamorgana, bagaimana aku tersenyum. Bagaimana kita tertawa, menebak bentuk awan....
...Tangan kecil mu, menunjuk ke arah dua ekor burung, apa yang kamu harapkan? Apa dapat terbang dengan bebas......
...Senyumanmu pudar, saat impianmu menjadi nyata, dalam tubuh yang mendingin....
...Senyumku pudar, mengetahui mimpimu adalah nyata....
...Bukankah memang begitu? Apa Grisela-ku, merasa bebas......
...Namun, aku tidak... senyumanmu hanya meninggalkan memori bagiku....
...Memori yang membuatku ingin mengikuti jejak mu....
...Tidak ada bunga Krisan, hanya mawar merah. Karena peri musim dinginku tidak akan pernah mati....
...Memory yang membuatku tersenyum, saat menghancurkan segalanya......
Duke Killian Fredrick.
🥀🥀🥀🥀
Udara di luar sana masih terasa begitu dingin. Perlahan Killian membuka matanya, wajah Grisela terlihat begitu dekat. Benar-benar dekat dengan wajahnya. Anak yang mendorong Grisela salah tingkah.
"Sakit!" Grisela memegangi pinggangnya.
"Kenapa tiba-tiba tidur di kamarku!" Teriak Killian, pura-pura tidak tahu.
"Jadi Killian belum memaafkanku?" Tanya Grisela antusias.
Tidak ada jawaban sesaat, Grisela terlihat begitu cantik. Begitu manis, peri musim dingin miliknya. Karena itu."Keluar! Aku ingin istirahat sendiri."
"Kalau begitu seharian ini aku akan bermain bersama Riel, setelah belajar dari paman Butler cara mengatur keuangan kastil." Ucap Grisela mengingat butler baru yang direkrut William. Sedangkan butler lama tengah mendapatkan hukuman, akibat memihak Duchess.
"Tunggu! Jangan bermain dengan Riel!" Killian menghentikannya.
"Kenapa?" Tanya Grisela tidak mengerti.
"Kenapa tidak boleh?" Grisela menyipitkan matanya."Jangan bilang kamu cemburu, dan mengalami fenomena cinta pertama." Lanjut Grisela tertawa.
Desa Killian hanya diam. Dirinya tidak mengetahui apa dan bagaimana perasaan dari orang yang menulis buku catatan. Tapi satu hal sama, memang sama.
'Dia begitu cantik saat tersenyum, seperti peri musim dingin. Jika keajaiban itu ada, maka Grisela adalah bagian dari keajaiban bagiku.'
Isi buku catatan yang diingat olehnya. Sama seperti saat ini kala dirinya menatap ke arah Grisela. Killian mengetahui dengan jelas, beberapa tulisan buram dalam buku tersebut, merupakan air mata sang penulis. Melakukan apapun hanya untuk menghidupkan istrinya kembali. Tapi cukup sulit menjaga tubuh agar tidak membusuk.
Waktu akan berlalu, bukan? Tapi rasa sakit itu tidak akan menghilang. Karena ada kenangan dalam setiap senyuman dan kebaikan hatinya.
"Cinta!? Bukannya kita teman?" Tanya Killian, menghela napas kemudian mendekat."Jangan-jangan Grisela menyukaiku?" Pertanyaan terakhir yang sukses membuat Grisela kabur sekuat tenaga.
"Siapa yang menyukaimu." Teriaknya kabur.
Teman? Anak berusia 9 tahun yang bahkan tidak mengetahui apa itu cinta. Apa dirinya sudah mencintai Grisela? Pertanyaan dalam diri Killian.
Perlahan wajahnya tersenyum, ada harga yang harus dibayar olehnya di masa depan. Tapi ini sepadan, karena dapat menjadi sayap pelindung dari Grisela-nya.
Sementara Grisela melarikan diri dengan kecepatan tinggi. Berbagai hal ada dalam benaknya. Menyesalkan dirinya sendiri, kenapa dengan mudah dapat terperangkap trik Killian.
"Nona...saya dengar dari pelayan, nona memanggil saya?" Dang butler yang baru direkrut berucap.
"Bolehkah aku belajar bagaimana caranya mengelola kastil dan wilayah?" Tanya Grisela menelan ludahnya.
"Tentu saja, itu adalah kewajiban calon Duchess masa depan." jawab sang butler penuh senyuman.
Bagus! Setelah pengaturan wilayah, dirinya akan mulai mempelajari bagaimana peradangan. Kemudian mengembangkan bunga perak, menjadi janda yang paling kaya di kekaisaran.
Mengingat memang seharusnya dirinya meninggalkan tempat ini. Sebelum Killian berubah menjadi villain sejati.
***
Di tempat lain, lebih tepatnya hutan tempat rumah kecil itu berada. Gadis kecil cantik penuh semangat, itulah Sarah. Walaupun jiwa bisnisnya tentu masih ada.
Mengikuti langkah kakaknya yang tengah mencari jamur, buah-buahan serta tanaman obat. "Kakak kenapa mencari tanaman obat, jika tidak untuk kakak jual?"
Annete hanya tersenyum tidak mempedulikan kata-kata adiknya. Hingga menemukan kijang yang kesakitan akibat terkena panah pemburu.
Dengan cepat Annete mencabutnya. Menggunakan kekuatan sucinya untuk menyembuhkan rusa. Rusa kecil itu berlari sesekali menoleh ke belakang bagaikan berterimakasih.
"Kenapa kakak hanya mengobati hewan. Bukan mengobati manusia, jika mengobati manusia akan mendapatkan uang." Sang adik duduk di atas batu mentahan rasa tidak adil.
"Saintess sebelumnya, dia hidup mewah hingga usia tua. Mengobati para bangsawan, tapi para bangsawan itu menganggap, itulah kewajiban saintess. Saintess adalah pelayan Dewi, hanya pelayan yang mengagumi seorang Dewi. Karena itu saintess sebelumnya berpesan padaku sebelum kematiannya. Agar dapat hidup bebas, menyembuhkan yang pantas disembuhkan." Kalimat yang diucapkan Annete.
Memejamkan matanya sejenak, aliran kekuatan suci terbentuk di udara. Mengalir ke dalam kalung yang dipakai Annete.
"Apa yang kakak lakukan?" Tanya Sarah.
"Aku melihat saintess baru. Itu artinya kematianku semakin dekat." Jawab Annete, menyuapi adiknya dengan buah berry.
"Kakak! Jangan bilang begitu." Ucap Sarah tertunduk.
"Jangan khawatir, sejak lama aku menyimpan kekuatan suci sedikit demi sedikit di dalam kalung ini. Kamu dapat menggunakannya, untuk menyembuhkan orang atau melindungi diri sendiri." Annete tersenyum lembut memeluk tubuh adiknya. Senyuman menyungging di wajah Sarah, mungkin dirinya dapat bertahan hidup dengan mengobati orang setelah kematian kakaknya yang entah kapan.
"Kakak, aku ingin tau lebih banyak tentang saintess." Ucap Sarah antusias.
Annete masih tersenyum, kembali melangkah diikuti adiknya."Berjanjilah satu hal, saat aku mati nanti dan Sarah menggunakan kalung ini. Jangan pernah mengatakan kamu saintess, katakan penyembuh."
"Kenapa?" Kembali Sarah bertanya.
"Hanya boleh ada satu saintess di dunia ini. Itulah ketentuannya. Jika ada lebih dari satu orang yang mengaku saintess, sudah pasti salah satunya palsu. Aku tidak ingin adikku yang polos ini terkena masalah." Ucap Annete, meraih apel, kemudian meletakkannya ke dalam keranjang.
"Kakak pasti sudah bertemu dengannya bukan? Siapa saintess berikutnya yang akan mewarisi kekuatan kakak?" Tanya Sarah penasaran.
"Grisela, 11 tahun lagi, tepat saat hari kematianku. Kekuatan Grisela akan bangkit." Jawab Annete terus terang.
Sarah mendekat bertanya pada kakaknya."Jika saintess mati, apa kekuatan saintess berikutnya akan bangkit menggantikannya?"
"Benar! Begitulah siklusnya, saat kakak mati, itu adalah hari kebangkitan Grisela." Annete menghela napas.
"Aku tidak ingin kakak mati." Sarah memeluk erat kakaknya. Namun, matanya melirik ke arah kalung milik sang kakak.
Mengapa bukan dirinya saja yang mewarisi kemampuan saintess? Apa kekurangannya? Bukankah Grisela begitu serakah, sudah memiliki segalanya. Masih mewarisi kemampuan Annete.
Menghela napas, tidak ada yang dapat dilakukannya sementara ini. Setidaknya sementara ini...
"Aku ingin sup buatan kakak." Pinta Sarah.
"Nanti kita akan membuat sup jamur!" Annete tersenyum, kebahagiaan adiknya adalah segalanya. Annete yakin Sarah akan menggunakan kalung ini untuk tujuan baik. Bukan Annete yang memutuskan saintess berikutnya. Dirinya hanya dapat merasakannya, Grisela adalah penerusnya nanti.
Tapi ada yang aneh, terkadang Annete bermimpi seorang wanita dewasa yang mirip dengan Grisela, disiksa di depan umum. Dilempari batu, menerima teriakan sebagai saintess palsu. Hingga pada akhirnya dihukum pengg*l di hadapan semua rakyat dan bangsawan yang bersorak gembira atas kematiannya.
Tapi itu mungkin hanya mimpi, akan ada Sarah yang menemani dan melindungi Grisela bukan? Sarah akan menjadi saksi, bahwa Grisela adalah saintess berikutnya. Hingga tidak akan ada kesalahan pahaman seperti dalam mimpi Annete. Itulah yang ada dalam hati tulus seorang Annete.
makanya killian menghancurkan istana kerajaan.
lugunya annete sampai tdk mengetahui adiknya sendiri serakah sejak kecil dari pertama muncul digubuk bertemu grisella dan killian