"Ini surat pengunduran diri saya tuan." Laura menyodorkan sebuah amplop pada atasanya. "Kenapa Laura? Apa yang harus saya katakan jika tuan Jimmy datang?" Ucap kepala bagian yang menerima surat pengunduran diri dari Laura. wanita bernama Laura itu tersenyum, "Tidak perlu jelaskan apapun Tuan, di dalam surat itu sudah ada penjelasan kenapa saya resign." Setelah dua tahun lebih bekerja di perusahaan besar, dengan terpaksa Laura chow mengundurkan diri karena suatu hal yang tidak memungkinkan dirinya harus bertahan. Lalu bagaimana dengan atasanya yang bernama Jimmy itu saat tahu sekertaris yang selama ini dia andalkan tiba-tiba resign?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan pergi jauh dariku
Setelah melakukan ritual jungkit-jungkit kini Jimmy duduk di sofa sambil menunggu Laura keluar dari kamar mandi.
Waktu menunjang pukul sebelas malam, dan Jimmy memesankan makanan yang mungkin disukai wanita hamil itu.
Tidak hanya satu, Jimmy memesankan banyak makanan.
Ceklek
Laura keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan baltrobe karena ia tidak tahu akan memakai apa, rambutnya yang masih basah ia lilit dengan handuk.
Jimmy menatap Laura yang berjalan mendekatinya, tiba-tiba wanita itu berdiri didepannya sambil berkacak pinggang.
"Kenapa berdiri disitu, duduk dan makanlah bukankah semua ini menu makanan yang kamu simpan di galeri ponselmu." Ucap Jimmy sambil menatap Laura yang terlihat terkejut menatap makanan diatas meja yang begitu banyak.
"Kamu memeriksa ponsel ku, bukankah itu tindakan pencuri." ketus Laura dengan wajah garang.
Jimmy menyandarkan tubuhnya dibahu sofa dengan santai, ia menatap singa betinanya yang sangat garang.
"Pencuri apa yang kamu maksud, bukankah justru menguntungkan mu untuk mendapatkan makanan yang kamu inginkan." Kata Jimmy dengan santai.
Ia melirik kearah perut Laura, tiba-tiba hatinya menghangat, ia bangga dengan benihnya yang premium.
"Apa lihat-lihat!" Laura mendelikkan matanya saat menyadari arah tatapan Jimmy.
"Jangan galak-galak aku takut anak kita akan terguncang."
"Omong kosong," Laura menyilangkan kedua tangannya didada.
"Jimmy, jangan ikut campur ini urusan para wanita dan kamu-"
"Kita lihat nanti, lebih baik kamu mengisi tenagamu untuk ronde kedua, aku merindukan anakku."
"Jimmy!!"
*
*
Celine yang baru saja menyelesaikan pekerjanya kembali ke hotel tempatnya menginap.
Memeriksa ponselnya, beberapa hari ini sepertinya ia mengabaikan suaminya karena masalahnya dengan Laura.
Namun kini Celine sudah tampak lega saat Laura melakukan kesepakan, ia hanya tinggal menghitung seberapa banyak uang yang dimiliki. Meskipun yang dia miliki tidak ada apa-apanya dari milik Jimmy saat ia nanti memiliki bayi itu.
"Kenapa nomornya tidak bisa dihubungi," Beberapa kali Celine menghubungi nomor Jimmy, namun nomor suaminya itu justru tidak aktif.
Celine mengirim pesan pada sekertaris Jimmy, dan tak menunggu lama sekerataris Jimmy membalasnya.
"Tuan sedang melakukan perjalanan bisnis dengan orang penting, dan tuan berpesan agar saya menyampaikannya karena mungkin tuan akan sibuk."
Tidak menghubungi Jimmy lagi, Celine memilih untuk masuk kedalam kamar mandi.
Emir tahu apa yang harus dia lakukan, sehingga Celine tidak curiga karena selama ini Jimmy tidak pernah macam-macam kecuali saat dengan sekerataris dulu yaitu Laura. Emir pun menyuruh sekerataris Jimmy melakukan apa yang dia suruh, karena pasti Celine akan menghubunginya dan sekerataris Jimmy.
Kembali ke kediaman Jimmy...
"Kenapa makan mu banyak sekali." Jimmy menatap Laura yang sudah menghabiskan tiga menu makanan.
Laura menyipitkan matanya, "Kamu tidak melihat perutku yang besar, apa kamu tidak suka memberi makan pada anakmu." Desis Laura sinis.
Bukanya marah Jimmy justru tersenyum, "Tidak, aku akan memberikan apapun untuk anakku, termasuk memuluskan jalan lahirnya." Ucap Jimmy dengan senyum penuh arti.
"Mesum!" Ketus Laura menatap tajam Jimmy.
Jimmy tertawa, suaranya menggema didalam kamar itu.
"Laura kau tidak takut bersinggungan dengan Celine." Tanya Jimmy dengan wajah serius.
Laura yang sudah merasa kenyang mengusap bibirnya mengunakan tisu.
"Kenapa? Kau takut istrimu kehilangan semua uangnya?" Balas Laura sengit.
Ethan karena kesal mendengar ucapan Jimmy yang seperti membela istrinya, atau karena dirinya yang sedang hamil memiliki emosi yang tidak stabil.
"Ck, kau berpikir buruk tentang ayah anak mu itu." Keluh Jimmy masam.
Laura mengerucutkan bibirnya, "Dia istrimu, kau pantas mengkhawatirkannya."
Jimmy hanya bisa menghela napas, entah kenapa sifat Laura berbeda sekali dengan Laura yang menjadi sekertarisnya dulu. Laura yang dulu bertutur sopan dan lembut dan kini berubah seratus delapan puluh derajat seperti kak Ros.
"Aku tidak peduli apapun yang kamu lakukan padanya, yang aku khawatirkan keselamatan kamu dan bayi kita." Jimmy menatap wajah Laura lamat-lamat, wajah cantik wanita itu kini semakin terlihat cantik dan menggemaskan karena memiliki pipi yang lebih berisi.
"Yakin kau tidak kasihan jika melihat Istrimu miskin." ledek Laura.
Jimmy mendengus kesal, kenapa mulut wanita ini selalu menguji kesabaranya.
Jimmy berdiri dari duduknya dan ikut duduk disisi Laura.
"Sejak aku mengetahui kebohongannya, aku merasa semua yang aku lakukan hanya kebodohan ku saja." Jimmy mengusap perut Laura. "Terima kasih sudah membuatnya tubuh dengan baik," Katanya lagi sambil menatap wajah Laura.
Akhirnya Laura menceritakan rencananya untuk Celine, ia akan menguras harta Celine dan membawanya pergi. Laura akan menuruti kemauan Celine tapi ia sudah memikirkan semua rencananya dengan matang.
"Aku akan pergi ke suatu negara setelah aku melahirkan, hanya saja aku tidak akan memberikan anakku padanya, aku akan menukar bayiku dengan bayi lain, dan saat Celine menyadari itu, aku sudah pergi membawa bayiku dan hartanya." Ucap Laura dengan senyum mengembang.
"Kau menjadikan anak kita sebagai umpan, ibu macam apa kau ini." Kesal Jimmy setelah mendengar rencana Laura.
"Ck, kau tidak tahu biaya hidup sekarang mahal, aku hanya merampok sedikit harga dari ibu tiri dan ayahnya untuk kehidupannya kelak." Jawab Laura enteng.
"Omong kosong, kau melakukan hal yang berbahaya." Tiba-tiba Jimmy menarik tubuh Laura kedalam dekapannya.
"Aku sedang mengumpulkan bukti, aku sudah menyiapkan surat perceraian. Laura jangan pergi jauh dariku lagi." Gumam Jimmy sambil memeluk erat Laura.