Sofia Amara, wanita dewasa berusia 48 tahun yang hanya dipandang sebelah mata oleh suami dan anak-anaknya hanya karena dirinya seorang ibu rumah tangga.
Tepat di hari pernikahan dirinya dan Robin sang suami yang ke-22 tahun. Sofia menemukan fakta jika sang suami telah mendua selama puluhan tahun, bahkan anak-anaknya juga lebih memilih wanita selingkuhan sang ayah.
Tanpa berbalik lagi, Sofia akhirnya pergi dan membuktikan jika dirinya bisa sukses di usianya yang sudah senja.
Di saat Sofia mencoba bangkit, dirinya bertemu Riven Vex, CEO terkemuka. Seorang pria paruh baya yang merupakan masa lalu Sofia dan pertemuan itu membuka sebuah rahasia masa lalu.
Yuk silahkan baca! Yang tidak suka, tidak perlu memberikan rating buruk
INGAT! DOSA DITANGGUNG MASING-MASING JIKA MEMBERIKAN RATING BURUK TANPA ALASAN.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DAAP 29
Malam itu, suasana di meja makan keluarga Rahardian awalnya terasa biasa saja. Semua menikmati makan malam mereka, meski dalam diam.
Namun, Vanessa tampak bersemangat. Senyum tipis menghiasi wajahnya saat ia memikirkan cara untuk menghancurkan Sofia lebih dalam lagi.
Saat suasana mulai nyaman, Vanessa pun memulai serangannya.
"Tadi sore, saat aku pulang, aku melihat sesuatu yang menarik," katanya, meletakkan sendok dan garpunya.
Robin tetap makan tanpa minat, sedangkan Saskia hanya melirik sekilas.
Namun, Mikaila dan Reno—yang selalu penasaran dengan ibu sambungnya—menatap Vanessa dengan penuh perhatian.
"Apa itu, Ma?" tanya Mikaila.
Vanessa tersenyum seolah sedang menyimpan rahasia besar. "Aku melihat Sofia … bersama seorang gadis."
Robin masih tidak menunjukkan reaksi, begitu pula Saskia.
Namun, Mikaila dan Reno saling bertukar pandang. "Gadis? Siapa?"
"Aku tidak tahu," Vanessa mengangkat bahunya, lalu menambahkan senjata utamanya. "Tapi yang mengejutkan adalah… wajah gadis itu sangat mirip dengan Sofia."
Deg!
Suasana meja makan berubah tegang.
Robin yang sebelumnya tampak acuh kini menghentikan makannya. Wajahnya menegang, sedangkan Saskia juga tampak terkejut.
Vanessa, yang tidak menyadari perubahan sikap keduanya, melanjutkan dengan suara yang dibuat dramatis.
"Menurutku, gadis itu bukan sembarang orang. Aku yakin dia anak dari hubungan gelap Sofia dengan pria lain. Mungkin selama ini Sofia berselingkuh di belakang Mas Robin, dan mungkin itu juga, dia meminta cerai karena dia ingin kembali ke kekasih gelapnya itu."
Brak!
Robin tiba-tiba menggebrak meja, membuat semua orang tersentak.
Tatapan tajamnya menusuk langsung ke arah Vanessa, sesuatu yang belum pernah dilakukannya sebelumnya.
"Cukup, Vanessa!" bentaknya. "Berhenti bicara omong kosong!"
Vanessa terbelalak.
"Sayang, aku hanya mengatakan fakta—"
Robin menatapnya dengan dingin. "Aku tidak ingin mendengar hal seperti ini lagi. Jangan coba-coba ikut campur urusan Sofia!"
Saskia yang sejak tadi diam, akhirnya ikut bersuara. "Benar. Vanessa, tutup mulutmu!"
Kini giliran Vanessa yang terkejut.
Saskia … membelanya?
Kenapa? Bukankah Saskia membenci Sofia?
Sementara itu, Mikaila dan Reno yang awalnya terpengaruh oleh ucapan Vanessa kini malah semakin bingung. Mereka bisa melihat ada sesuatu yang disembunyikan oleh ayah dan nenek mereka.
"Sekali lagi, aku peringatkan jangan mencampuri urusan Sofia." Robin menekan suaranya.
"Mas! Tapi kenapa—"
Robin berdiri dari kursinya, wajahnya penuh emosi, lalu meninggalkan meja makan. Tanpa mendengar ucapan Vanessa.
Saskia pun ikut pergi tanpa mengucapkan sepatah kata lagi.
Hanya Vanessa yang masih duduk di sana, kebingungan dan marah. Baru kali ini Robin membentaknya setelah sekian lama.
Mikaila dan Reno saling bertatapan. "Ada apa dengan Papa dan Nenek?" gumam Reno, yang dijawab gelengan kepala oleh adiknya.
*****
Setelah Robin dan Saskia pergi, suasana di ruang makan menjadi sunyi.
Mikaila dan Reno masih duduk di tempatnya, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka.
Setelah beberapa saat, Mikaila akhirnya membuka suara.
"Mama Vanessa," panggilnya, menatap ibu sambungnya dengan ragu. "Apa yang tadi Mama katakan … itu benar?"
Vanessa tersenyum tipis, menyembunyikan rasa puasnya karena Mikaila mulai termakan omongannya.
"Tentu saja," jawabnya mantap. "Aku tidak mungkin salah. Gadis itu terlalu mirip dengan Sofia. Itu bukan kebetulan."
Reno mengernyit. "Jadi, maksud Mama Vanessa … Mama berselingkuh selama ini?"
Vanessa berpura-pura menghela napas panjang, seolah sangat kecewa.
"Aku tidak ingin mengatakan itu, tapi … bukti di depan mata," katanya. "Sofia minta cerai bukan karena dia ingin bebas, tapi karena dia ingin kembali pada pria itu. Mungkin pria itu adalah ayah dari gadis yang kalian lihat."
Mikaila tiba-tiba teringat sesuatu. "Sebentar .…" katanya perlahan. "Aku … aku juga pernah melihat gadis itu!"
Vanessa dan Reno serempak menatap Mikaila.
"Kapan?" tanya Reno penasaran.
Mikaila mengerutkan kening, mencoba mengingat. "Saat itu … Mama Sofia pura-pura pingsan di depan toko kain. Aku tidak terlalu memperhatikan, tapi gadis itu yang menolongnya bersama dengan seorang pemuda.
Vanessa terlihat semakin puas.
"Lihat? Bukankah itu semakin jelas?" katanya, menyebarkan racunnya lebih dalam. "Kalau gadis itu bukan anaknya lalu kenapa dia rela membawa Sofia ke rumah sakit?"
Reno mengepalkan tangan. "Jadi … Mama memang berselingkuh .…"
Mikaila menggigit bibirnya. "Dan dia meninggalkan kita karena dia sudah punya keluarga baru .…"
Kini, rasa sakit hati mereka terhadap Sofia semakin dalam. Mereka merasa dikhianati.
Mereka tidak tahu bahwa semua ini hanyalah permainan Vanessa.
Di sisi lain, Vanessa masih penasaran dengan reaksi Robin dan Saskia tadi.
"Mengapa mereka begitu defensif?" pikirnya dalam hati
Vanessa tahu ada sesuatu yang disembunyikan Robin dan Saskia. Dan dia akan mencari tahu apa itu.
"Jika ada rahasia yang belum terungkap… Aku pasti akan menemukannya. Tunggu Sofia! Kau akan hancur," batin Vanessa.
Vanessa tersenyum licik.
****
Di dalam kamar Saskia, suasana dipenuhi kecemasan.
Saskia mondar-mandir gelisah, langkahnya tidak karuan. Wajahnya pucat, pikirannya terus berputar.
Sementara itu, Robin duduk di tepi ranjang, mengusap wajahnya dengan gusar.
"Jangan-jangan .…" suara Saskia bergetar, "yang dilihat Vanessa itu adalah … anaknya orang itu."
Robin mengangkat kepalanya, matanya yang penuh kecemasan bertemu dengan tatapan ibunya.
"Tapi bagaimana … bagaimana mereka bisa bertemu?" lanjut Saskia dengan nada panik.
Robin menggertakkan giginya. "Aku tidak tahu, Bu. Tapi ini … tidak boleh dibiarkan!"
Saskia mengusap dahinya, merasa kepalanya berdenyut keras.
"Kita sudah menutupi ini selama bertahun-tahun .…" bisiknya. "Kalau sampai Sofia tahu … kalau sampai semuanya terbongkar .…"
Robin mengepalkan tangannya erat.
"Tidak boleh!" katanya tegas. "Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!"
Mereka berdua terdiam, masing-masing tenggelam dalam ketakutan akan rahasia yang telah mereka sembunyikan selama ini.
Namun, di luar kamar mereka, Vanessa berdiri diam, menempelkan telinganya ke pintu.
Senyum sinis tersungging di wajahnya. Namun, Vanessa tidak bisa mendengar apapun karena kamar Saskia kedap suara.
"Sial! Apa yang mereka bicarakan?" pikirnya.
Kini, rasa penasaran Vanessa semakin membesar. Dan dia akan melakukan apa pun untuk menggali kebenaran itu.
Tiba-tiba Vanessa terlonjak kaget ketika pintu kamar Saskia terbuka tanpa aba-aba.
Robin berdiri di ambang pintu, matanya menyipit curiga. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya dengan suara dingin.
Vanessa segera menguasai ekspresinya, lalu tersenyum manis. "Aku … baru saja ingin mengetuk pintu dan mencarimu sayang."
Robin masih menatapnya tajam, seolah mencoba mencari kebohongan di wajah istrinya.
Saskia, yang berdiri di belakang Robin, juga menatap Vanessa dengan penuh selidik.
"Kau mencari Robin untuk apa?" tanya Saskia, suaranya terdengar waspada.
Vanessa tetap tersenyum, meskipun dalam hatinya ia merasa tegang. Dia tidak ingin ketahuan bahwa dia telah menguping.
"Aku hanya ingin memastikan suamiku baik-baik saja," katanya lembut. "Tadi saat makan malam, kau terlihat sangat marah, Sayang."
Robin menghela napas panjang, tampak lelah. "Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin istirahat."
Vanessa berpura-pura mengangguk mengerti, meski dalam hatinya kecurigaannya semakin bertambah.
"Apa sebenarnya yang mereka sembunyikan?" pikirnya.
Robin lalu berjalan melewatinya, tak lagi ingin berbicara. Saskia juga tak berkata apa-apa lagi, hanya memandangi menantunya dengan tatapan yang sulit diartikan sebelum menutup pintu kamar.
Saat Vanessa sendirian di koridor, senyumnya berubah menjadi licik.
Justru si kembar lah yg nembuka tabir ini semua
Toh cpt atw lambat serapat apapun menyimpan rahasia pasti suatu saat akan terbuka jg