"paman jelas-jelas kamu juga mencintai aku akan tetapi kenapa kamu tidak mau mengakuinya"
Alena jatuh cinta kepada paman angkatnya sejak dia masih kecil, akan tetapi paman selalu menganggap dia seorang gadis kecil yang sangat imut, apakah si dokter jenius itu akan tergerak hatinya untuk menerima Alena, ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AMIRA ARSHYLA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 25
pada hari Minggu.
terlihat Alena sedang berada di depan sebuah pusat perbelanjaan.
"wah...bagus sekali, pasti harganya sangat mahal...?"ujar Alena sambil melihat gaun yang sangat cantik terpajang di etalase sebuah toko pakaian.
"lagian aku mana punya kesempatan untuk memakainya, mendingan sekarang aku membeli kado untuk paman saja."ujar Alena dalam hatinya.
"Alena....?"tiba-tiba saja ada yang memanggil Alena dari arah belakang.
Alena kemudian langsung melihat ke arah belakang, dan mencari siapa yang memanggilnya.
terlihat seorang pria berjalan mendekatinya.
Alena melihat ke arah pria itu dengan tatapan mata yang terheran-heran.
"kamu siapa...?"ujar Alena.
"ternyata benar itu adalah kamu, aku adalah Adi...! apakah kamu sudah tidak ingat lagi kepadaku...?"ujar Adi sambil tersenyum lebar ke arah Alena.
"kamu Adi kakak sepupuku...?"ujar Alena sambil menatap Adi dari atas ke bawah.
"iya benar."ujar Adi sambil tersenyum lebar.
"ternyata ini kamu kak, aku hampir saja tidak mengenali kamu."ujar Alena sambil tersenyum.
"kenapa kamu bisa berada di kota ini...?"ujar Adi bertanya kepada Alena.
"aku pergi bekerja di sini."ujar Alena.
"apa...? Kamu sudah pergi bekerja...? ternyata waktu cepat sekali berlalu ya."ujar Adi.
"iya benar, kita berdua sudah lama sekali tidak pernah bertemu ya."ujar Alena sambil tersenyum.
"bagaimana...? apakah kamu sudah terbiasa dengan kehidupan di kota ini...? Kamu pasti belum makan Kan...? Ayo makan bersama, kita berdua bisa ngobrol-ngobrol santai sambil makan."ujar Adi sambil tersenyum lebar.
"ah...aku..aku."ujar Alena berusaha untuk mencari alasan.
"Alena ayolah, kita berdua sudah sangat lama tidak pernah bertemu, aku traktir kamu makan hot pot ya, di sana ada hot pot yang enak...!"ujar Adi sambil menggandeng tangan Alena.
"eh...baiklah."ujar Alena sambil berjalan mengikuti adi.
"tidak aku sangka, kak Adi bersikap begitu sungkan terhadapku, padahal ketika kami masih kecil dia suka sekali mem-bully aku, ternyata cowo akan bersikap dewasa seiring berjalannya waktu."ujar Alena dalam hatinya.
Tidak lama kemudian mereka berdua sudah sampai di depan rumah restoran hot pot.
"Alena ayo masuk."ujar Adi sambil tersenyum ke arah Alena.
"eh...iya ayo "ujar Alena sambil berjalan masuk ke dalam restoran tersebut.
Alena dan Adi kemudian duduk di kursi yang berada di dekat jendela.
Tidak lama kemudian, makanan meraka sudah tersedia diatas meja.
mereka berdua kemudian makan sambil bercerita.
"eh...? ternyata kakak sudah punya usaha sendiri ya...? Wah...kamu hebat juga ya kak "ujar Alena sambil tersenyum.
"iya benar, tapi itu hanyalah sebuah bisnis kecil, tapi cukuplah untuk menghidupi diri sendiri."ujar Adi.
"bagaimana dengan kehidupanmu di keluarga kaya itu...? Kenapa kamu bisa bekerja di sini...?"ujar Adi.
"mereka semua sangat baik kepadaku, mereka juga yang sudah menjagaku selama ini dan mereka juga yang sudah membiayai pendidikanku, kebaikan mereka akan aku ingat selamanya."ujar Alena sambil tersenyum.
Akan tetapi tiba-tiba saja raut wajah Alena berubah murung.
"Alena kamu kenapa ..?"ujar Adi sambil menatap wajah Alena yang murung.
" tapi waktu itu kamu kan pernah bilang kepadaku, bagaimana pun juga aku tidak memiliki ikatan darah atau pun keluarga terhadap mereka, bagaimana pun juga aku harus mengandalkan diriku sendiri."ujar Alena.
"benar yang kamu katakan itu benar...! Kita harus mengandalkan diri kita sendiri, karena kamu sudah mulai bekerja, maka kamu harus berusaha keras."ujar Adi.
"dulu kak tidak bisa berbuat apa-apa jadi tidak bisa membantumu, tapi sekarang aku sudah bekerja selama beberapa tahun juga, jika kamu butuh bantuan maka bicara saja tidak usah sungkan."ujar Adi.
"baiklah terima kasih kak."ujar Alena.
"walau pun ucapannya itu mungkin hanyalah sekedar basa-basi, tapi sepertinya kak Adi sudah benar-benar bisa bersikap dewasa."ujar Alena dalam hatinya.
"hei...Alena aku serius Lo, Alena dulu aku masih kecil dan belum tahu apa-apa, tidak mengerti apa yang baik dan buruk, jika aku pernah berbuat yang tidak baik kepadamu maka Jagan masukkan ke dalam hati ya, sebenarnya kakak tidak enak hati kepadamu, tapi melihatmu yang terlihat sangat baik maka perasanku jadi sangat tenang, aku harus berterima kasih kepada seluruh keluarga yang sudah menjagamu selama ini."ujar Adi sambil menundukkan kepalanya.
"terima kasih kakak...! kamu berbicara seperti itu saja aku sudah merasa sangat senang, sungguh."ujar Alena sambil menatap wajah Adi.
"baiklah kalau begitu, kamu sudah selesai belum."ujar Adi sambil tersenyum lebar ke arah Alena.
"sudah."ujar Alena sambil meneguk air putih yang berada di hadapannya.
"Baiklah kalau begitu, aku akan pergi membayarnya, kamu tunggu di sini dulu."ujar Adi sambil berdiri dari tempat duduknya.
"oke...!"ujar Alena sambil tersenyum lebar.
Tidka lama kemudian terlihat Adi berjalan mendekati Alena.
"Alena ayo kita pulang."ujar Adi.
Alena kemudian langsung berjalan mengikuti adi keluar dari dalam restoran tersebut.
"kamu sekarang tinggal di mana...? ayo aku antarkan kamu pulang."ujar Adi.
"ah... terima kasih kak, tapi aku masih ingin berbelanja dan berkeliling sebentar."ujar Alena sambil tersenyum.
"baiklah kalau begitu, sampai jumpa lagi, hati-hati ya."ujar Adi sambil berjalan meninggalkan Alena.
"Bahakan kak Adi juga bilang jika dia ingin berterima kasih kepada paman, aku malah tidak tahu diri dan memblokir nomor telepon paman,aku sungguh-sungguh wanita yang kejam."ujar Alena dalam hatinya.
"sudahlah, sebaiknya aku mencari kado untuk paman."ujar Alena sambil berjalan mendekati sebuah toko pakaian.
Tidak lama kemudian.
"wah...!"ujar Alena sambil melihat sebuah mantel yang berada di hadapannya.
"keren banget mantel ini."ujar Alena sambil terus menatap mantel tersebut.
Alena kemudian langsung masuk ke dalam toko pakaian itu untuk melihat mantel nya dari dekat.
"wah...ternyata harganya sangat mahal."ujar Alena dalam hatinya.
"tapi kalau paman yang memakai mantel ini pasti dia akan terlihat sangat tampan, kalau begitu aku akan beli mantel ini, Masalah duit aku akan mencarinya lagi."ujar Alena sambil mengambil mantel tersebut.
"sekalian aku bisa diet juga, karena uangku sudah menipis."ujar Alena dalam hatinya.
"kak, bisa tolong antarkan mantel ini menggunakan jasa kurir...?"ujar Alena kepada kasir.
"bisa nona."ujar kasir itu ramah.
"baiklah kalau begitu, antarkan mantel ini ke alamat yang aku tulis ini ya "ujar Alena sambil menyerahkan sebuah kertas kepada kasir tersebut.
"baiklah."ujar kasir itu sambil tersenyum ramah.
setelah itu Alena kemudian langsung membayar mantel tersebut.
malam harinya.
"besok pasti paman sudah menerima kado yang aku berikan, lebih baik aku nelepon dia dulu agar dia tahu."ujar Alena sambil meraih ponselnya yang berada di atas meja.
"aku sudah lama sekali tidak berbicara dengan paman, tenanglah Alena rileks...!"ujar Alena.
Fiuh...!
Alena menghela nafas panjang.
Alena kemudian langsung menelpon Narendra.
Tidak lama kemudian Telpon Alena di angkat oleh seseorang.
"paman...!"ujar Alena.
Akan tetapi yang mengangkat telponnya adalah seorang wanita.
"eh...? Ini benar nomor paman kok."ujar Alena sambil menatap ke arah layar ponselnya.
"ini Alena ya...?"ujar suara di seberang telpon.
"iya, kamu siapa...?"ujar Alena.
"aku adalah Anna."ujar suara di seberang telpon.
"kenapa kamu yang menjawab telpon paman...?"ujar Alena.
" Narendra sedang mandi, dia tidak bisa mengangkat telponnya."ujar Anna sambil tersenyum lebar.
"man...mandi...!"ujar Alena sambil mengigit bibirnya.
"jadi, apakah ada pesan yang akan aku sampaikan kepada naren, atau kamu akan Menelpon dia lagi nanti."ujar Anna.
"tidak perlu, nanti aku akan menelpon paman dan aku akan berbicara kepadanya sendiri...!"ujar Alena.
"hei...kenapa...? Kamu sedang marah ya...? apakah kamu pikir Narendra akan suka dengan gadis kecil yang pertumbuhannya lambat seperti kamu."ujar Anna.
Alena terkejut mendengar ucapan Anna tersebut.
"biar pun seperti itu, pamanku juga tidak akan pernah suka sama kamu...!"ujar Alena sambil mematikan sambungan teleponnya.