Hati siapa yang tidak tersakiti bila mengetahui dirinya bukan anak kandung orang tua yang membesarkannya. Apalagi ia baru mengetahui, jika orang tua kandungnya menderita oleh keserakahan keluarga yang selama ini dianggap sebagai keluarganya sendiri.
Awalnya Rahayu menerima saja, karena merasa harus berbalas budi. Tetapi mengetahui mereka menyiksa orang tua kandungnya, Rahayu pun bertekad menghancurkan hidup keluarga yang membesarkannya karena sudah membohongi dirinya dan memberikan penderitaan kepada orang tua kandungnya.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Yuk, simak ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Bab 14
POV Author
"Ternyata mereka bukan orang tua kandung Ayu Kek, hiks... Ayu sedih...Ayu harus bagaimana Kek..?"
Rahayu tidak dapat menutupi kesedihannya. Padahal matanya masih sembab bekas menangis di kampus. Kini ia menangis lagi di gazebo, di hadapan si Kakek dan ajudan nya.
Si Kakek menghela napas panjang, menatap sendu gadis muda yang perlahan mencuri hatinya dan mulai di sayangi layaknya cucu sendiri. Ia tidak menyangka akan mendengar penuturan yang begitu memilukan dari gadis ayu yang rajin dan baik hati itu menurutnya.
"Tenangkan dirimu, cah Ayu. Lupakan dulu permasalahan ini. Kamu fokus saja pada kuliahmu. Benar atau tidaknya kabar itu, jangan terlalu di pikirkan. Kamu harus berhasil dulu. Jika benar, kamu bisa mencari orang tua kandungmu dan buat mereka bangga dengan keberhasilan mu. Jika kabar itu tidak benar, toh kamu juga sudah menjadi orang yang berhasil."
"Tapi Ayu tidak tenang Kek, hiks.. Sampai Ayu tahu kebenarannya. Benarkah Ayu bukan anak kandung mereka. Lalu bagaimana Ayu bisa menjadi anak mereka? Dan siapa orang tua kandung Ayu sebenarnya? Ayu mau tahu itu semua Kek... hiks..."
Si Kakek paham apa yang Rahayu rasakan.
"Sudah, nanti kita cari jalan keluarnya bersama. Kaku istirahat saja ya cah Ayu." Ujar si Kakek merasa kasihan.
"Iya Kek. Maaf Ayu sudah bikin repot karena masalah yang Ayu hadapi."
"Tidak apa-apa. Kamu boleh cerita ke Kakek, apa pun itu."
"Ayu permisi ke dalam ya Kek."
"Iya. Sana, istirahat saja ya."
Rahayu pun beranjak berdiri dan mulai melangkah meninggalkan si Kakek bersama ajudannya, Dirman.
"Kira-kira informan yang sering kita gunakan dulu masih mau terima job tidak ya, Man?"
"Saya coba hubungi dulu Pak."
Dirman pun mencoba menghubungi seseorang melalui handphonenya. Tidak lama kemudian panggilannya di angkat dan mereka pun membuat janji untuk bertemu.
"Beres Pak."
"Kamu atur seperti biasa ya Man. Mengenai Ayu, kamu sudah tahu kan ceritanya bagaimana?"
"Baik Pak. Sebagai informasi awal nanti saya berikan kepada Budi."
"Haah, semoga saja tidak ada hal buruk yang terjadi ya Man."
***
Sementara itu, di kediaman Adinata.
Wajah Arumi di tekuk seribu ketika duduk di ruang keluarga bersama Ayah dan Ibu kandungnya yang ia temui setelah sekian lama.
Arumi sendiri sudah mengetahui kalau dia bukan anak kandung ketika ia pernah mengalami kecelakaan dua tahun yang lalu dan membutuhkan transfusi darah. Dari sanalah diketahui kalau Arumi bukan anak kandung orang tua yang telah membesarkannya.
Warsih, ibu dari Adinata yang merupakan ayah kandungnya sekaligus neneknya saat itu berjuang mencari golongan darah yang di perlukan. Diam-diam warsih juga melakukan tes DNA terhadap Arumi untuk dijadikan bukti bahwa gadis itu adalah cucunya.
Sebagai orang yang mengasuh Arumi sejak kecil, Warsih pelan-pelan menceritakan siapa orang tuanya yang sebenarnya kepada gadis itu tanpa di ketahui orang tua yang membesarkannya. Warsih juga pelan-pelan mengenalkan Arumi kepada orang tua kandungnya meski mereka hanya melihatnya dari jauh.
Lama-lama Arumi perlahan bisa menerima keadaan itu dan bertekad untuk membahagiakan orang tuanya yang selama ini telah hidup susah.
Dan karena fakta tersebut, Ardhana, seorang ayah yang telah membesarkan dirinya selama ini dengan penuh kasih sayang, serta kemewahan yang ada, mengalami serangan jantung dan meninggal tidak lama kemudian.
Lilik sang Ibu pun depresi dan jatuh sakit. Wanita itu lebih banyak melamun dan kehilangan semangat hidup di tinggal mati suami dan mengetahui fakta Arumi bukan anak kandung mereka.
"Kenapa wajahmu begitu sayang?" Tanya Marlina kepada Arumi.
"Rahayu itu sudah mulai curiga Bu. Tadi ketemu di kampus, dan dia menyeret Arumi ke tempat yang lebih sepi. Dia tanya, apa dia bukan anak kandung?"
"Hah?! Tahu dari mana anak itu?! Padahal Ayah dan Ibu masih tidak memberi tahu apa pun." Kata Marlina.
"Kamu yakin dia bertanya begitu?" Tanya Adinata memastikan.
"Iya Ayah. Tapi Arumi jawab saja, dia harusnya bisa menebak dari sikap Ayah dan Ibu. Habisnya Arumi kesal banget sama dia!"
"Tidak boleh. Dia tidak boleh tahu kebenarannya. Bisa-bisa dia menuntut kembali hak warisannya." Kata Adinata.
Arumi dan Marlina berubah tegang mendengar penuturan Adinata.
"Jangan sampai Rahayu tahu. Kalau begitu kita harus bersikap baik padanya kalau dia pulang." Ujar Marlina.
"Tapi Bu, ini tidak adil buat Arumi! Dia sudah terlalu lama menikmati kasih sayang Ibu dan Ayah. Sedangkan aku... Aku..."
"Sabar sayang. Kami hanya bersikap baik saat ada dia saja. Dan itu hanya pura-pura agar kita semua tetap aman." Kata Marlina berusaha menenangkan putrinya.
"Bagaimana kalau kita suruh dia pulang sabtu ini. Jadi kita ajak makan malam bersama. Hari minggu tentu tidak ada jadwal ke kampus kan?" Usul Adinata.
"Ibu setuju. Ibu akan masak makanan kesukaannya." Kata Marlina.
Namun Arumi yang mendengar rencana kedua orang tuanya itu merasa kesal karena Rahayu akan menerima lagi perlakukan baik kedua orang tuanya meski hanya pura-pura. Ia cemburu kepada Rahayu.
Mereka tidak tahu seseorang mulai bergerak di luar sana. Hanya menunggu waktu dan bukti-butik yang kuat maka mereka akan jatuh tanpa mereka sadari.
***
Kembali di rumah kediaman keluarga Pangestu.
Sugeng Prabu Pangestu nama dari seorang Kakek-kakek yang merupakan keturunan darah biru, namun tidak ingin terikat dengan tradisi keluarga besarnya. Ia memilih hidup layaknya orang biasa dan jalani kehidupan seperti kebanyakan orang lainnya.
Namun warisan dari para orang tua membawa nikmat hidup untuknya bahkan sampai ke generasi cucu-cucunya. Sugeng sendiri memiliki beberapa usaha yang kini dijalankan oleh anak dan menantu bahkan cucu tertuanya.
"Pak, saya mendapat laporan, Bapak terlalu perhatian sama pekerja baru itu. Apa tidak apa-apa?" Tanya Ratih, putri semata wayang Kakek Sugeng.
"Bapak tidak mungkin salah menilai orang. Dia anak yang baik dan rajin. Bapak mau menjadikannya orang yang berhasil dan nantinya bisa bekerja di salah satu usaha yang kita miliki. Dia punya bakat dan ketekunan. Kalau kamu mengenalnya lebih dalam, pasti kamu suka anak itu. "
"Terserah Bapak saja. Tapi jangan berlebihan memberi fasilitas loh Pak, nanti takutnya menimbulkan kecemburuan antar sesama pekerja di rumah ini."
"Kamu tenang saja Ratih. Bapak lebih tahu soal itu."
"Ya sudah, Ratih ke dalam dulu ya Pak."
"Hmm..."
Ratih pun beranjak dari duduknya dan melangkah ke menuju kamarnya. Kakek Sugeng sendiri masih menunggu kabar dari Dirman mengenai tugas informan yang katanya akan melaporkan hasil kerjanya setiap hari di mulai dari malam ini.
Lama menunggu kabar tak kunjung ada, Kakek Sugeng pun memutuskan untuk beristirahat di kamarnya.
Bersambung...
Jangan lupa like dan komen ya, terima kasih 🙏😊