Aydin terhenyak, dunianya seakan tiba-tiba runtuh saat seorang gadis yang bahkan dia tak tahu namanya, mengaku sedang hamil anaknya.
Semua ini berawal dari sebuah ketidak sengajaan 3 bulan yang lalu. Saat diacara pesta ulang tahun salah satu temannya, dia menghabiskan malam panas dengan seorang gadis antah brantah yang tidak dia kenal.
"Kenapa baru bilang sekarang, ini sudah 3 bulan," Aydin berdecak frustasi. Sebagai seorang dokter, dia sangat tahu resiko menggugurkan kandungan yang usianya sudah 3 bulan.
"Ya mana aku tahu kalau aku hamil," sahut gadis bernama Alula.
"Bodoh! Apa kau tak tahu jika apa yang kita lakukan malam itu, bisa menghasilkan janin?"
"Gak udah ngatain aku bodoh. Kalau Mas Dokter pinter, cepat cari solusi untuk masalah ini. Malu sama jas putihnya kalau gak bisa nyari solusi." Jawaban menyebalkan itu membuat Aydin makin fruatasi. Bisa-bisanya dia melakukan kesalahan dengan gadis ingusan yang otaknya kosong.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TENTANG SILVIA
Baik Jefri maupun Iren, keduanya hanya diam saja. Yang pasti, sama-sama bingung harus menjelaskan seperti apa pada Alula. Saat kejadian terburuk sepanjang hidup menimpa keluarga ini, Alula masih sangat kecil, masih berumur 4 tahun, itupun belum genap.
"Pah, siapa Silvia?" Alula kembali lagi bertanya. Air matanya terus bercucuran meski dia belum tahu secara pasti siapa Silvia. Namun tadi jelas dia mendengar Mama Iren menyebut kalau dia anak Silvia. Tak mendapat jawaban dari sang papa, Alula ganti menatap mamanya. "Apa Lula bukan anak, Mama?" Sama seperti papanya, Mama Iren juga hanya diam membisu. Hanya terlihat menyusut hidung dan menyeka air mata. "Kenapa semua diam? Kenapa gak ada yang mau jelasin sama Lula?" Alula makin terisak. Apa salah jika dia ingin tahu cerita yang sebenarnya.
"Silvia," Jefri menjeda sesaat ucapannya. "Ibu kandung kamu."
Lutut Alula sekatika terasa lemas. Meski dia sering menduga-duga jika Mama Iren bukan ibu kandungnya, namun tetap saja, fakta ini terasa menyakitkan baginya. Tak sanggup lagi berdiri, Alula berjalan kearah ranjang lalu duduk disisinya.
"Dimana dia sekarang? Dimana ibu kandung Alula, Silvia?" tanya Alula dengan suara bergetar.
"Dia.....Dia sudah meninggal 14 tahun yang lalu. Saat usiamu, belum genap 4 tahun." Jefri berusaha menguatkan diri untuk menceritakan rahasia yang sudah dia tutup selama bertahun-tahun. Mungkin memang sudah saatnya Alula tahu. Meskipun pahit, tapi tak mungkin dia terus menyimpan rahasia ini dari Alula.
"Kenapa aku tidak bisa mengingatnya sama sekali," gumam Alula. Usianya sudah hampir 4 tahun saat ibunya meninggal, tapi kenapa, Alula tak bisa mengingatnya. Bukankah itu kejadian besar? Dan Silvia, dia sama sekali tak bisa mengingat sosok tersebut.
"Kau tidak bisa mengingatnya karena masih kecil. Selain itu, kami juga tak pernah memberitahumu soal Silvia yang meninggal. Silvia hanya hadir sebentar dalam hidupnya, itu yang membuatmu tak terlalu kehilangan saat dia tidak ada. Dan orang yang selalu kau anggap ibu sejak kecil, adalah Mama Iren, bukan Silvia."
"Mengapa seperti itu?" tanya Alula bingung. "Apa jangan-jangan, ibuku hanya istri kedua? Atau jangan-jangan, dia hanya sel_" Alula tak kuasa melanjutkan kalimatnya. Tapi Jefri, dia faham apa yang dipikirkan Alula.
Jefri menggeleng, "Silvia istri pertama Papa. Setahun setelah kami menikah, kamu lahir. Namun saat kamu berusia 6 bulan, dia kabur dengan selingkuhannya. Pria berkebangsaan Jerman, klien di perusahaan tempat dia bekerja. Karir ibumu memang sangat bagus kala itu. Dia bekerja di salah satu perusahaan besar dimana klieannya bayak berasal dari luar negeri. Sedangkan Papa, ekonomi masih sulit karena baru merintis perusahaan."
Tangis Alula kian pecah. Tak menyangka jika ada ibu kandung yang tega meninggalkan suami dan putrinya yang baru berusia 6 bulan demi pria lain. Jefri, mendekati Alula, duduk disebelahnya sambil merangkul bahunya. Dia yakin jika kenyataan ini membuat Alula sangat terpukul. "Lalu, apakah ibuku kembali?"
"Sampai 2 tahun, tak ada kabar sama sekali dari ibumu. Sampai akhirnya, Nenek mengenalkan Papa dengan Mama Iren. Janda beranak satu yang baru 1 tahun ditinggal meninggal suaminya. Nenek memaksa Papa untuk menikah lagi karena kamu butuh figure seorang ibu. Sampai akhirnya, Papa menikah lagi dengan Mama Iren. Setelah menikah dengan Mama Iren, perusahaan rintisan Papa mulai berkembang pesat. Mungkin benar kata orang, selain usaha, doa istri juga sangat berperan dalam kesuksesan suami. Selian itu, Papa menghidupi Eliza yang merupakan anak yatim, membuat rezeki Papa makin lancar. Setahun menjalani kehidupan dengan penuh kebahagian prahara datang, Silvia kembali." Jefri menghlea nafas berat. Karena cerita yang selanjutnya, lebih berat lagi.
