NovelToon NovelToon
Selepas Gulita

Selepas Gulita

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Poligami / Spiritual / Lari Saat Hamil / Berbaikan / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: idrianiiin

Akan selalu ada cahaya selepas kegelapan menyapa. Duka memang sudah menjadi kawan akrab manusia. Tak usah terlalu berfokus pada gelapnya, cukup lihat secercah cahaya yang bersinar di depan netra.

Hidup tak selalu mudah, tidak juga selamanya susah. Keduanya hadir secara bergantian, berputar, dan akan berhenti saat takdir memerintahkan.

Percayalah, selepas gulita datang akan ada setitik harapan dan sumber penerangan. Allah sudah menjanjikan, bersama kesulitan ada kemudahan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon idrianiiin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps. 22

...بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم...

..."Kalau jatuh cinta, jangan lupa pakai logika. Jangan hanya mengandalkan hati saja."...

...—🖤—...

SYAKI pasrah saat dirinya dijadikan sebagai samsak pelampiasan oleh Nayya. Dia ikhlas walau mungkin nanti badannya akan sakit-sakit, asal gajinya naik. Nayya tidak segalau dan sefrustrasi ini kala putus dengan Angga. Tapi, lihatlah bagaimana kacaunya dia sekarang?

"HTS tuh emang nggak akan pernah berhasil. Jago kalau ada yang HTS-an, jadian, terus sebar undangan," oceh Syaki saat Nayya melempar asal guling yang digunakan sebagai alat tempur untuk menyiksanya.

Nayya mendelik tajam. Tak suka dengan penuturan Syaki. Bukannya dihibur, ini malah disudutkan. Memang punya sahabat modelan Syaki itu tidak ada faedahnya.

"Kalau Zayyan ngomong dari awal, kalau dia udah ada calon. Gue pasti nggak akan baper. Lagian tuh orang baiknya sama semua orang, ya wajar kalau sebagai perempuan gue salah paham," raungnya seraya meraup wajah kasar.

"Emangnya lo pernah nanya sama dia? Dengerin gue yah, Nay, tipikal cowok kayak Zayyan tuh nggak akan ngomong kalau nggak ditanya. Salah lo juga kenapa nggak diselidiki dulu sebelum hati lo bener-bener kepincut," komentar Syaki.

"Kurang ajar, lo! Nyalahin gue lagi. Cerita sama lo tuh emang nggak pernah bener!"

Syaki meringis dan tanpa dosa malah menyomot camilan yang terhidang di meja. "Gue nggak maksud gitu, Nay. Sorry."

Nayya merampas makanan yang akan masuk ke dalam mulut Syaki. "Lo emang nggak ada kenyang-kenyangnya yah. Makan mulu!"

"Jangan pelit-pelit, lha, Nay. Sama temen sendiri perhitungannya minta ampun lo."

Syaki meminum cappuccino terlebih dahulu. "Gue mau ngomong serius sama lo."

"Apaan?" sambar Nayya judes.

"Gue kasihan sama bininya Zayyan. Dia tuh masih muda, cantik, bening pula, bonusnya shalihah. Tapi, nasib baik nggak berpihak sama dia. Divonis lumpuh pas sadar dari koma. Gila nggak tuh? Kalau gue ada di posisi itu. Gue udah gantung diri kali."

Nayya terdiam, menatap sekilas ke arah Syaki lantas merebahkan tubuhnya di sofa.

"Gue juga salut sama Zayyan, masih ada cowok modelan dia yang berani ambil langkah sejauh ini. Calon bininya koma, terus pas sadar kondisinya memiriskan, tapi malah langsung dinikahi. Gue nggak tahu, itu termasuk sebuah tindakan mulia, atau kebodohan dengan dalih cinta," tukas Syaki seraya geleng-geleng kepala.

"Bucin dia tuh pake iman dan akal. Nggak mungkin juga Zayyan mutusin hal besar yang akan mempertaruhkan masa depannya secara asal. Zayyan beda sama lo!" sahut Nayya sarkas.

"Mulut lo jahat banget dah, Nay. Gue tuh bukan tandingannya Zayyan. Jelas akan kalah jauh," terangnya sadar diri, tapi perkataan Nayya cukup menohok hati.

Syaki mengelus pundak sahabatnya. "Udah, Nay, lo jangan mikirin Zayyan mulu. Makin susah move on nanti."

"Gue telat ketemu Zayyan, kecolongan start."

"Kalaupun lo duluan yang ketemu Zayyan, nggak ada jaminan pasti kalau dia bisa jatuh cinta sama lo," sahut Syaki begitu enteng.

Nayya mendengkus kesal. "Gitu amat lo sama gue. Sahabat lo lagi galau, dihibur kek, disanjung-sanjung kek supaya mood-nya bagus. Lha, ini malah dinistakan."

"Gue orangnya jujur, Nay. Realistis aja, nggak usah banyak berandai-andai. Lagian sekarang Zayyan juga udah bahagia sama bininya. Lo, nggak mungkin, kan mau jadi istri kedua, atau mau jadi pelakor? Kayak nggak ada cowok lain aja!"

Syaki menatap Nayya sejenak lalu kembali berucap, "Lo tuh cantik, terkenal, bae juga walau dikit doang. Dengan modal itu lo pasti bisa dapetin laki yang emang pas buat lo. Bukan sesuai sama kemauan lo, tapi sesuai kebutuhan lo."

"Tapi gue nggak punya muka lagi kalau ketemu Zayyan. Gue malu, dua kali gue ajakin dia nikah. Eh, tahunya doi malah udah punya bini," ungkap Nayya dengan mata mulai berkaca-kaca.

"Jangan nangis mulu dah, Nay. Kering nanti air mata lo. Lagian udah saatnya lo move on, nggak usah inget-inget masa lalu. Gue yakin sih kalau soal itu, Zayyan cuma anggap itu becandaan doang," tutur Syaki mencoba untuk membesarkan hati sang sahabat.

"Mana lusa Angga nikah lagi sama Shareefa, sahabat zaman sekolah gue dulu. Miris bener kisah percintaan gue," lirihnya.

Syaki meringis pelan. "Jodoh lo masih otw kali, tunggu aja. Nanti juga datang sendiri, shareloc coba siapa tahu bisa datang pake jalur express," candanya sedikit mencairkan suasana yang menegang sekaligus menyedihkan.

"Gue nggak ngebet nikah kayak lo yah. Gue cuma lagi meratapi kemalangan nasib gue!"

"Okeyy, kalau gitu sekarang mending lo istirahat. Gue juga mau balik ke kamar. Takut digerebek gue, nanti dipaksa nikahin lo lagi. Ogah!" katanya diakhiri dengan tawa yang cukup menggelegar.

Nayya menampol wajah Syaki dengan bantal. "Kayak nggak ada cowok lain aja. Gue juga ogah!"

Syaki menepuk-nepuk puncak kepala Nayya. "Lo harus istirahat, jangan begadang atau nangis semalaman. Tenang, nanti gue buka sayembara pencarian jodoh buat lo."

Nayya mengacungkan gelas kosong, bersiap untuk melempari Syaki yang langsung lari terbirit-birit.

Nayya meringsak naik ke atas ranjang. Dia menatap langit-langit kamar. "Move on, Nay. Move on!"

Suara ketukan pintu membuyarkan segala lamunan Nayya akan Zayyan. Dengan langkah malas dirinya membukakan pintu.

"Papa ngapain malam-malam ke kamar aku?"

Hartawan masuk ke dalam dan menggandeng sang putri untuk duduk di tepi ranjang. "Kenapa nggak kabarin Papa kalau kamu hampir jadi korban perampokan? Kamu bikin Papa jantungan, Nay," katanya langsung berhambur memeluk sang putri.

"Aman kok, Papa nggak usah khawatir. Papa tahu dari mana?" tanya Nayya setelah Hartawan melepas pelukannya.

"Zayyan."

Nayya menghela napas singkat. "Dia ngadu sama Papa?"

Hartawan menggeleng pelan. "Zayyan minta cuti, tapi pas Papa tanya alasannya apa nggak mau ngaku. Papa coba desak dia, akhirnya dia terus terang soal perampokan yang hampir kamu alami."

"Papa izinin Zayyan, kasihan dia. Mukanya babak belur, telapak tangan kanannya juga luka akibat tusukan pisau. Papa jangan persulit izinnya, jangan potong gaji, atau SP, karena bulan ini banyak banget cutinya," mohon Nayya seraya menggerakkan lengan sang ayah.

Hartawan mengelus penuh sayang puncak kepala sang putri. "Mana mungkin Papa setega itu sama Zayyan, lagi pula dia sudah menyelamatkan Putri Papa. Malah rencananya besok Papa mau ke sana, nengokin Zayyan sekaligus mengucapkan terima kasih."

"Bujuk Zayyan ke rumah sakit, aku takut luka di tangannya infeksi. Lukanya dalam dan besar, Pa."

"Khawatir banget kamu, Nay, perhatian juga. Suka yah sama Zayyan?"

"Ish, Papa tuh kalau ngomong jangan asal. Zayyan udah nikah, punya istri. Nggak mungkin Nayya suka sama suami orang!" kilahnya.

"Nikah? Istri? Zayyan masih bujangan, Nayya. Jangan nyebar gosip yang enggak-enggak yah."

"Nayya serius, Pa. Lagian buat apa juga aku bohong. Orang aku udah ketemu langsung sama istrinya."

Hartawan mengembuskan napas kecewa. "Gagal dong Papa punya mantu chef. Padahal udah cocok, niatnya Papa mau jodohin kalian berdua."

Nayya membulatkan mata tak percaya.

"Jodoh emang nggak ada yang tahu, Papa bisa berencana tapi Allah yang menentukan," imbuhnya dengan nada rendah.

"Kamu tahu kapan dan dari siapa?"

"Baru beberapa jam lalu, tepatnya setelah insiden perampokan. Zayyan yang cerita langsung sama aku, karena pada saat itu aku ngiranya kalau Zayyan boncengan sama pacar, mana pake acara gendong-gendongan lagi. Eh, tahunya itu Zalfa, istrinya Zayyan."

"Gendong-gendongan? Maksud kamu? Mana mungkin Zayyan berani kayak gitu, di tempat umum lagi," sahut Hartawan tak percaya.

Nayya mengangguk singkat. "Zalfa lumpuh, Pa, makanya Zayyan berani gendong Zalfa. Lagian mereka udah halal juga, nggak akan dosa, kan?"

"Lumpuh?" gumamnya menuntut penjelasan lebih.

"Sebatas pengetahuan aku, Zalfa itu pernah koma selama satu bulan. Bangun dari koma, dokter memvonis dia lumpuh, karena hal itulah membuat Zayyan berani mengambil langkah untuk menikahi Zalfa sepulangnya dari rumah sakit," terang Nayya diakhiri dengan helaan napas berat.

"Papa bingung harus bilang Masyaallah atau Subhanallah."

"Sama, Nayya juga bingung."

...🖤SEE YOU NEXT CHAPTER🖤...

1
Nur Hasanah
Biasa
Nur Hasanah
Kecewa
Sriza Juniarti
karma nanti naya..bucin abis🤣🤣
Sriza Juniarti
lanjuutt..s3mangat kk, terus berkarya
love sekebon🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!