Judul Novel SEKAR
Sekar sangat penasaran, siapakah orang tua kandungnya, kenapa dia dibesarkan oleh keluarga Wawan. Dikeluarga Wawan Sekar sudah terbiasa menerima cacian, makian bahkan pukulan, segala hinaan dan KDRT sudah menjadi makanannya setiap hari, namun Sekar tetap bertahan, dia ingin tahu siapa orang tua kandungnya, kenapa dia dibuang
Sekar dijemput Cyndi untuk diajak bekerja di Jakarta, dia curiga bahwa kedua orang tua angkatnya menjualnya untuk dijadikan wanita panggilan. Sekar tidak berdaya menolaknya, disamping dia berhutang budi kepada keluarga Wawan dia juga diancam. Tapi Sekar agak merasa tenang, semalam dia bermimpi bertemu Kakek Buyutnya yang bernama Arya, Kakek Arya memberi sebuah Cincin dan Kalung ajaib, benda-benda tersebutlah yang akan membantu Sekar dikemudian hari
Bagaimana kisah Sekar selanjutnya, nasib apakah yang akan menimpanya, Adakah orang yang akan menolong Sekar keluar dari sindikat penculiknya. ikuti kisah Sekar yang mengharukan dan menegangkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nek Antin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB XXVIII Sidang Kasus Dirga
Tak jauh berbeda keadaan Marta dengan keadaan Dirga.
Dirga disidangkan sehari setelah Marta mendapat keputusan, dipersidangan Dirga juga melihat Seno beserta keluarganya, di belakangnya ada Burhan beserta anak buahnya.
Ada perasaan takut dan malu melihat Seno, dia hanya bisa menunduk tidak berani memandang Seno.
Sidang berjalan dengan lancar dan cepat, karena bukti dan saksi sangat kuat, sehingga hakim memutuskan Dirga bersalah dan mendapat hukuman lima belas tahun penjara.
Seperti Marta, Dirga juga didampingi seorang pengacara yang membelanya, tapi pengacara tersebut tidak bisa berbuat apa-apa karena Dirga terbukti melakukan KDRT hampir merengut nyawa istri sahnya.
Sedang penggelapan uang perusahaan juga lengkap bukti-bukti yang dikumpulkan Wahyu, Dirga sebagai manager pemasaran, memesan barang fiktif, dan menaikkan harga-harga pembelian barang baku perusahaan Seno.
Dan yang lebih berat, dia merupakan otak usaha pembunuhan, sehingga pengacaranya tidak bisa meminta keringanan hukumannya, dia mendapat hukuman lima belas tahun penjara.
Dirga langsung lemas mendengar keputusan hakim, Ratna dan Dina yang datang mendampinginya berusaha untuk menghiburnya.
“Ratna maafkan Mas, Mas tidak bisa mendampingi Kamu dan Dina lagi, Mas dihukum lima belas tahun, maafkan Mas….” Dirga menangis tersedu-sedu diperlukan Ratna.
“Sabar ya Mas, semua sudah terjadi, kita memang jahat dan tidak tahu diri, tapi Allah Maha Besar, Allah menegur kita dengan hukuman ini, tapi Mas masih punya waktu untuk memperbaiki semua kesalahan Mas, berbuat baiklah di penjara, dan dekatkan lah diri Mas ke Allah, semoga Allah mengampuni dosa kita.”
Seno dan keluarganya menghampiri Dirga yang sedang menangis.
“Selamat menempuh kehidupan baru di penjara, semoga Kamu dan Marta membusuk di dalamnya.”
“Bang Dika, Kak Sandra, Anugerah, Sekar, maafkan Saya, Saya sudah jahat sama kalian.”
“Kami tidak menerima maaf darimu, kamu benar-benar sudah jahat sama keluargaku, anak-anakku sengsara gara-gara Kamu, sekarang rasakan kehidupan di penjara.”
“Kak Sandra Saya benar-benar menyesal, mohon beri kesempatan Kak saya tidak akan mengulangi lagi.”
“Tak akan pernah, mampus, mampus kamu di penjara.” Jawab Seno emosi.
Kemudian Seno beserta rombongannya meninggalkan ruang sidang. Mereka sudah tidak ada basa-basi lagi terhadap Dirga dan Marta, Sandra sudah memutuskan tali persaudaraan antara dia dengan Marta.
Dirga kembali dibawa ke kantor polisi untuk menyelesaikan adminitrasi kepindahannya, dan mengambil barang-barangnya, baru dipindahkan ke penjara.
Dirga satu sel dengan pembunuh dan perampok, tampang mereka seram-seram, badan besar, berotot dan matanya melotot melihat kedatangannya.
Sel yang ditempati Dirga terdiri dari empat orang tahanan termasuk dirinya.
Dirga sangat takut sekali, dia ingat cerita temannya, kalau di penjara itu tahanan baru sering di bully sama tahanan yang lama, yang badannya kuat.
Juga kata istrinya Marta yang senang melihat sinetron, jika ceritanya menyangkut tahanan di penjara pasti isinya penyiksaan tahanan baru.
“Saya harus bagaimana kalau sudah begini, matanya orang itu merah, melotot lagi orang yang badannya agak besar, tapi ototnya sangat kuat,” batin Dirga.
Di dalam sel Dirga duduk di pojokan, diam tidak berani bergerak, tiba-tiba ada salah satu tahanan yang mendekati dan menepuk pundaknya.
Dirga sangat kaget, tanpa sadar dia berteriak ketakutan.
“Ampun Bang, ampun Bang…. “
“Kenapa lo?, saya belum mukul Kamu, Kamu sudah teriak ga jelas.”
“Ampun Bang, jangan pukul Saya, Saya tidak akan mengganggu Abang-abang di sini.”
“Kamu pikir teriakan Kamu itu tidak mengganggu Kami?”
“Ampun Bang Saya salah.”
“Saya ingatkan, Kamu di sini jangan macam-macam, jangan berisik, kalau Kamu mengganggu ketenangan Kami, tahu kamu akibatnya nanti.”
“Tidak Bang, tidak berani.”
Kemudian orang itu meninggalkan Dirga dan duduk bersama teman lainnya, matanya masih tetap melotot pada Dirga, Dirga merinding badannya melihat orang itu.
Hati Dirga sementara merasa lega.
“Selamat untuk hari ini, semoga mereka orang-orang baik.”
Dirga masih menganggap ketiga orang itu orang baik, dia lupa kalau mereka adalah para tahanan dengan kasus pembunuhan dan perampokan, mereka sangat kejam dan bengis terhadap korbannya.
Bertiga mereka telah merampok sebuah rumah dan membantai semua penghuninya, karena ketahuan ketika mereka masuk ke sebuah rumah dikawasan perumahan elit, sehingga mereka tertangkap.
Sebelum para penghuni dihabisi, mereka sempat teriak minta tolong, dan berdatangan lah warga yang berhasil menangkap ketiga perampok tersebut.
Warga perumahan tersebut dibantu dengan satpam perumahan untuk menangkap ketiga perampok tersebut.
Sementara di markas Seno, Sekar sedang diperkenalkan oleh penghuni markas, dan hari ini adalah serah terima Tiara sebagai ketua sindikat Teratai Putih kepada Sekar.
Mulai hari ini Sekar yang memimpin dan mengendalikan Teratai Putih, sedang Tiara sebagai wakilnya.
Sekar meminta pada Tiara untuk mengumpulkan anggotanya yang berjumlah tiga ratus orang untuk menerima pengarahan darinya.
“Tiara, tolong kumpulkan semua anggotamu dan kita adakan rapat.”
“Siap Nona, laksanakan.”
Para anggota Teratai Putih berkumpul di aula tempat biasa mereka dikumpulkan untuk menerima perintah dan arahan dari pimpinan mereka.
Teratai Putih juga terdiri dari empat divisi, markas mereka bergabung dengan markas Harimau Putih, dan masih di bawah ketua markas Harimau Putih.
Setelah berkumpul anggota Teratai Putih, Sekar memberi arahan dan perintah.
“Teman-teman, selamat pagi, perkenalkan Saya Sekar yang mulai hari akan menggambil alih pimpinan Teratai Putih, yang akan dibantu oleh wakil Saya Tiara.”
“Program utama kita adalah membantu tugas polisi membasmi perdagangan manusia, terutama perdagangan wanita yang akan dijadikan pelacur.”
“Kemarin tuan Seno sudah menugaskan kita untuk menyelamatkan penculikan dua puluh lima orang perempuan, mereka diculik oleh sebuah sindikat perdagangan manusia, dan akan dijual ke luar negeri.”
“Sindikat yang melakukan adalah Kalajengking Hitam, dibawah pimpinan Alek.”
“Seminggu lagi kita akan melakukan penyerangan di salah satu markas Alek, bersamaan dengan penggerebekan yang akan dilakukan oleh polisi.”
"Saat itu transaksi penjualan akan dilakukan oleh Alek dan pembeli dari luar negeri.
“Satu lagi, diantara dua puluh lima perempuan yang diculik, ada dua gadis yang berasal dari kampung Saya, tolong prioritaskan dulu kedua gadis tersebut, usahakan jangan ada yang terluka.”
“Siap Nona kami laksanakan.”
“Setelah ini, tolong Tiara Kamu kirimkan orang untuk mengawasi pergerakan Alek dan anak buahnya, jika ada perubahan kegiatan cepat laporkan kepada Kami.”
“Sedang yang lain menyiapkan diri dengan berlatih bela diri dan kemampuan bersenjata, jangan pernah anggap enteng musuh.”
“Siap Nona, kami akan bekerja dengan hati-hati.”
‘Ok, pertemuan kita sampai disini, selamat bekerja.”
Akhirnya mereka membubarkan diri, bersiap-siap untuk melakukan aktivitas yang diperintahkan Sekar.
“Wanda dan Kamu Vita, persiapkan dirimu untuk melakukan pengawasan terhadap markas Alek, seperti biasa kalian menyamar sebagai penjual nasi uduk, kebetulan sebelah markas Alek ada warung makan, kalian bantu-bantu disana sambil jualan nasi uduk andalan kalian, Saya sudah berkoordinasi dengan pemilik warung.”
“Tetap menyamar sebagai perempuan setengah baya.”
“Siap Nona Tiara, kami akan mempersiapkan diri.”
“Dan Kamu Rade, persiapkan kesepuluh anak buahmu untuk mengawal Wanda dan Vita, siapa tahu mereka butuh bantuan.”
“Siap Nona.”
“Di dekat warung tempat Wanda dan Vita kerja ada rumah kosong, Saya sudah menyewakannya untuk tempat tinggal kalian.”
“Laksanakan Nona.”
“Ok, arahan selesai, laksanakan tugas dengan baik, yang lain tetap waspada dan mempersiapkan diri.”
“Siap.” jawab mereka serentak.