"Kau adalah milikku, Kau ada di setiap hembusan nafasku. Ku bunuh siapapun yang berani menyentuhmu. Aku mencintaimu Anya" - Damian Andante Salvatore
"Yang kau sebut cinta itu adalah Penjara bagiku Dante. Bila bersamamu rasanya sesak bagiku. Aku membencimu Dante" - Azzevanya Laluna Hazal
Hallo guys, ini adalah novel pertama ku... maaf kalau banyak typo atau ceritanya kurang menarik ya... Terima kasih banyak😍😍😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sequoia_caca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Penembak Yang Sebenarnya
*Brummm brummm
Pukul 9 malam, Damian tiba di Base camp Klan Wolfgang Salvatore. Dia tidak langsung ke mansion ibunya, ada hal yang harus dia urus sebelum itu di Base Camp nya.
Orang lain tidak akan mengira bahwa itu adalah sebuah tempat yang dapat ditinggali atau dimasuki manusia, Karena tampak dari luar tempat itu terlihat seperti Goa yang berada tepat di bawah jurang. Namun, saat masuk kedalamnya sebuah ruangan yang sangat luas dengan beberapa pintu besar di tiap sisinya dan di kelilingi peralatan lengkap khusus seperti base camp angkatan militer. tampak dari dalam. Banyak senjata langka juga disana. Komputer canggih, tumpukan box berisi amunisi juga berjajar disana.
Para Anggota Klan yang berada disana yang sebelum nya sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing langsung menghentikan aktivitas mereka lalu Membungkuk hormat pada Damian.
"Lanjutkan lah. "
Damian melangkah masuk ke salah satu ruangan yang ada disana. Disana sudah ada Vasco yang berdiri menyambutnya.
"Ian, kau sudah sampai. Lama tidak bertemu"
Vasco memeluk Damian sebagai tanda persahabatan.
"Iya, lama tidak bertemu denganmu. "
Damian menyadari ada dua pasang mata yang melihat kearahnya, ternyata seorang pria dan seorang wanita sedang duduk terikat di sebuah kursi putar dengan penampilan Acak-acakan.
Sebenarnya dia memang ingin sekali langsung bertemu dengan Azze tapi saat dijalan tadi, Vasco menghubungi nya untuk segera ke Base camp.
"Siapa mereka? "
Vasco tertawa seperti seorang psikopat lalu berjalan mendekat ke arah pria itu. Pria yang terikat itu hanya bisa menangis ketakutan dengan mulut tersumpal kain.
"Tangkapan ku.. kau suka? "
"Apa gunanya menangkap Pria itu? "
Damian duduk di sebuah kursi yang ada disana sambil melipat kedua tangannya.
"Dia lumayan berguna, perkenalkan ini adalah pria yang menembakmu namanya Kris. Dia anak buah setia Johny. "
Damian kembali bangkit lalu berjalan ke arah tangkapan Vasco. Pria yang bernama Kris itu meronta sambil menangis tampak dari sorot matanya, Dia meraung minta dilepaskan.
"Menarik, biarkan dia bicara. "
Vasco membuka kain yang dipakai untuk menyumpal mulut Kris.
"Tuannn aku mohon lepaskan aku, aku janji tidak akan melakukan hal itu lagi. Ampunilah aku tuannnnn"
Kris memohon pada Damian agar dilepaskan.
"Kau suruhan Johny dan Kemal? Kalau begitu katakan apa yang sedang mereka rencanakan?."
Damian menarik kerah baju Kris, membuat Kris sangat ketakutan.
"Akuuu,, aku tidak tau tuannn... sebenarnya saat tragedi penembakan itu aku tidak sempat menembakmu... karena seseorang sudah menembakmu lebih dulu. Aku memang berniat menembakmu tetapi aku ,,, aku tidak sempat melakukannn itu. "
"BOHONG!! JELAS-JELAS SEBUAH REKAMAN CCTV YANG BERHASIL DIPULIHKAN DARI TEMPAT ITU, MENUNJUKKAN BAHWA HANYA KAU YANG ADA DISANA. DAN SETELAH TIGA TAHUN INSIDEN ITU KAU MASIH MENJADI ANAK BUAH SETIA JOHNY KAN. !!! "
Vasco memukul kepala Kris lumayan keras.
"Aaaaaa... ampuni aku tuannn... aku masih setia kepada Johny karena aku masih butuh pekerjaan itu. Akuuu... hanyaaa sekali melakukannya."
Damian menjambak rambut Kris, hingga kepala pria itu menengadah ke atas.
"Sekali lagi, kalau kau tidak menjawab pertanyaan ku. Ku bakar kau hidup-hidup. Apa yang sedang direncanakan Johny dan Kemal Ozturk? "
"Huhuhu, aku benar-benar tidak tau tuannn... Aku hanya mendapat perintah yang menyangkut dengan mu hanya 3 tahun lalu itu. Aaakku... akuuu tidak berbohong... tuannn"
"BANGSAAATTTT... BAGAIMANA CARA KAMI PERCAYA PADA OMONG KOSONGMU!! "
Vasco kembali memukuk Kris, namun sekarang pukulan itu mendarat tepat di wajahnya. Hingga darah segar mengalir dari hidungnya.
"Akkkuuuu tidak berbohong tuannn aku tidak tau... aku mohon lepaskan aku tuann"
"Baiklah, lalu bagaimana aku bisa percaya bahwa kau tidak sempat menembakku.? "
"bbeeebegini tuan, Kaallau tidak salah.. Aku berusaha menembakmu dari arah belakang dan meleset, Tapi ternyata seseorang yang ntah menembak dari mana.. melesat kan peluru kearahmu dari samping.... Dan.. dan bukankah... Tuan punya rekamannn itu tuannn bisaa melihatnya sendiri.. "
Damian memberi kan kode pada Vasco untuk memutar kembali rekaman CCTV itu.
Ternyata yang dikatakan Kris benar adanya, ada peluru yang lebih cepat melesat dari arah samping kanan Damian. Tapi sayangnya si penembak tidak terlihat disana karena ada sebuah pohon besar yang menutupi nya.
"Ku akui kau memang benar. Tapi sekarang waktunya kau katakan padaku... apa hal yang sedang direncanakan Johny dan Kemal Ozturk? "
"aku sungguh aku benar-benar tidak tau tuannn... "
Vasco meraih sebuah botol berisi minyak tanah, lalu dia menyiram Kepala Kris dengan minyak tanah itu.
"Kau masih tidak mau menjawab hah? "
Vasco meraih korek api dari saku celananya, lalu bersiap menyalakan korek api itu untuk dilemparkan ke arah Kris.
"KAU MASIH TIDAK MAU BICARA... BAIKLAH"
Saat Vasco hampir saja melemparkan Korek api itu, Kris berteriak.
"tuuuunnngguuuu!!! tunggguuu tuann... aku aku tau sesuatu... aku hanya sempat mendengar... Tuan Johny akan merusak perdagangan senjata mu. Sebagai bentuk balas dendam atas usahanya yang kau hancurkan.. aku hanyaaa mendengar itu.... Huhuhuhu... ampuni aku tuann... "
"Informasi yang lumayan.... Lalu apa kau tau siapa yang selalu Kemal Ozturk kunjungi di tempat rehabilitasi.? "
"Untuk hal itu, aku tidak tau tuan... aku hanya bekerja untuk Johny tidak dengan Kemal Ozturk. "
"Apa perkataan mu bisa dipercaya? "
Damian berkata sambil memutar kursi Kris.
"Sungguhhh tuannnn... tidak ada yang kututupi lagi... sekarang aku mohon... lepaskan aku tuann... "
"Baiklah, biar Vasco yang mengurusnya. Karena aku ada urusan"
Vasco mengerutkan dahinya, dia berfikir tumben sekali Damian melepaskan seseorang begitu saja. Apalagi orang ini adalah orang yang hampir saja membunuhnya.
Damian berjalan untuk pergi meninggalkan ruangan itu, tapi langkahnya berhenti diambang pintu.
"Vasco.. Penggal kepalanya dan kirimkan pada Johny. "
Setelah mendengar perintah Damian, Ekspresi Vasco yang sebelumnya kesal berubah sumringah.
"Sudah kuduga... "
Vasco mengambil sebuah samurai yang tergantung disana lalu mendekati Kris yang bergetar ketakutan.
"Tidakkk... tidakkk tuannnn tidakkk... "
*Gelutukkk..
Vasco memenggal kepala Kris dengan satu kali melayangkan Samurai, Cipratan Darah segar mengenai seisi ruangan dan mengotori wajah Vasco.
"Sial!!! banyak sekali darahnya. "
Vasco meraih kepala Kris, lalu membungkusnya dengan karung. Setelah itu Vasco melangkah keluar ruangan itu dengan bersimbah darah.
"Loui kirimkan paket ini ke kediaman Johny Salvatore sekarang juga"
"Baik tuan"
Loui adalah salah satu anak buah Damian.
"Kemana Damian?, Dia pergi secepat itu untuk seorang wanita yang baru ia kenal. akkhhh Sial... Tiba-tiba aku lapar. Tapi sebelum itu aku harus membersihkan diri terlebih dahulu. Si Bangsat Kris itu punya darah yang bau... "
Vasco masuk kedalam toilet sambil menggerutu karena pakaiannya semua terkena cipratan darah Kris tadi.