Dipaksa menikah dengan pria beristri membuat Delia berani berbuat nekad. Ia rela melakukan apa saja demi membatalkan pernikahan itu, termasuk menjadi istri sewaan seorang pria misterius.
Pria itu adalah Devanta Adijaya, seseorang yang cenderung tertutup bahkan Delia sendiri tidak tahu apa profesi suaminya.
Hingga suatu ketika Delia terjebak dalam sebuah masalah besar yang melibatkan Devanta. Apakah Delia bisa mengatasinya atau justru ini menjadi akhir dari cerita hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haraa Boo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan tamu
Delia sedang memainkan bunga kaktus yang ia letakkan di jendela sambil melihat rintik air hujan.
"Del kamu nggak bosen dari tadi cuma liatin jendela mulu, emang kamu lagi mikirin apa sih?" tanya Keyla.
"Mikirin hidup yang amat sangat membosankan," ucap Delia sambil menghembuskan napas jengah.
Delia lalu melirik Keyla dengan tatapan sengit. "Kenapa sih kita nggak boleh keluar, di luar ada apa, monster-kah, zombi, mayat hidup? Kenapa sih Devan sekolot itu?"
"Udah deh Del mending nurut aja. Coba kamu bilang sama aku kamu mau apa, biar aku beliin. Oh iya aku pengen banget makan pizza nih, gimana kalau kita pesen pizza aja."
Keyla mencoba mengalihkan pikiran Delia, namun cara itu sepertinya tidak juga mempan.
"Aku kangen bapak Key, masa ke rumah sakit juga nggak boleh."
Kini tatapan Delia berubah sendu, entah sudah berapa lama ia tidak menjenguk bapaknya.
"Tapi kan Del..."
"Ayo lah Key..." Delia sudah menggenggam tangan Keyla, berharap gadis itu mau membantunya keluar dari rumah.
Sebenarnya Keyla juga tidak tega jika melihat Delia merengek seperti itu, tapi ini juga demi kebaikan Delia sendiri. Dan Keyla bisa apa.
Tok..
Tok..
Tok..
"Iya masuk," seru Keyla.
"Non di luar ada tamu yang nyariin Non," ucap bibi yang hanya berdiri di depan pintu.
"Tamu.. Siapa?" jawab Delia sambil menyerngitkan dahinya.
Siapa yang mencari Delia sampai ke rumah Devan, sejauh ini satu-satunya keluarga Delia yang tahu hanyalah bapaknya. Apalagi sekarang Pak Jaya berada di rumah sakit dan tidak ada seorang pun yang tahu keberadaannya selain Delia sendiri. Lalu siapa?
"Siapa Key?" tanya Delia pada sahabatnya.
"Aku juga nggak tau," jawab Keyla dengan ekspresi bingung.
Mereka sama-sama turun ke bawah dengan penuh rasa penasaran. Namun sesampainya di bawah, Delia dikejutkan dengan kedatangan Liliana.
"Tante Liliana?" panggil Delia.
Wanita paruh baya itu menoleh begitu namanya disebut. Tak diduga Liliana langsung memeluk Delia dengan begitu senangnya.
"Apa kabar sayang, gimana keadaan kamu?" tanya Liliana penuh antusias.
Sementara Keyla sedari tadi hanya bisa bengong. Keyla tidak mengenal wanita itu namun kedekatan mereka membuat Keyla bertanya-tanya.
"Baik tante, tante gimana?"
"Tante juga baik. Dia siapa?" tanya Liliana, sejak tadi Liliana tampak memandang Keyla yang hanya berdiri di belakang Delia.
"Dia sahabat aku tante, namanya Keyla," jawab Delia sambil menarik Keyla untuk maju sejajar dengannya.
"Keyla tante," sapa Keyla malu-malu.
"Saya Tante Liliana," ucap Liliana sambil menjabat uluran tangan Keyla.
"Kalau gitu saya permisi ke belakang dulu ya tante."
Keyla yang canggung memutuskan untuk pergi dari sana, meninggalkan Delia dengan wanita yang nampak baik dan juga ramah itu.
"Beda banget sama Nyonya Margaret," gumam Keyla sambil berjalan.
"Tante kok tumben kesini, ada perlu apa?" tanya Delia usai mendaratkan bokongnya di sofa.
"Nggak.. tante cuma mampir kok, kebetulan tante habis belanja terus tante keinget kamu deh. Ini tadi tante beli kue Mochi, kamu suka nggak?"
"Tante kok repot-repot segala sih. Kebetulan Delia suka banget sama mochi tante. Dulu waktu kecil bapak sering banget beliin Delia Mochi. Kok tante bisa tau sih kalau Delia suka mochi?"
"Nggak.. Kebetulan banget kalau kamu suka, jangan lupa dihabisin ya," jawab Liliana
Delia tersenyum bahagia saat membuka kotak kue yang berisi mochi dengan aneka warna dan toping. Tanpa menunggu lama Delia langsung mencoba mochi itu.
"Enak tante.. Ini mochi terenak yang pernah Delia makan," ucap Delia sambil mengunyah makanannya.
Liliana tersenyum lega. "Syukurlah kalau kamu suka, berarti kita punya selera yang sama."
Senyum Delia tampak lepas saat bersenda gurau dengan Liliana. Rasa bosan yang tadi sempat mengusiknya pun perlahan menghilang.
"Makasih banyak ya tante, berkat tante Delia jadi nggak bete lagi."
"Kok bete, memangnya kenapa?"
Wajah Delia kembali memberengut ketika ia harus mengingat kembali sikap Devan.
"Devan tante, masa Delia dilarang pergi kemana-mana, Delia bosen di rumah."
"Itu demi kebaikanmu, lagi pula kamu keluar mau cari apa, sekarang kan kalau mau belanja bisa tinggal pesen online. Atau mau tante yang pesenin?"
"Bukan gitu tante, Delia cuma pengen jalan-jalan, Delia juga pengen jenguk bapak."
Liliana terdiam sejenak sambil melamun, entah apa yang ada dipikirannya.
"Tante kok malah diem?"
"Itu.. Tante tiba-tiba kepikiran mau ajak kamu jalan, tapi kita harus ijin dulu sama Devan. Gimana?"
Mata Delia berbinar, akhirnya ada yang bisa membantunya untuk bisa keluar.
"Tapi kamu harus janji ya, harus selalu ada di sisi tante. Di luar itu bahaya lo Del," ucap Liliana memberi peringatan pada Delia.
Delia mengangguk dengan penuh semangat.
"Tante telfon Devan dulu ya?"
Liliana sudah menempelkan ponselnya di telinga. Lalu tak lama terdengar sahutan dari telepon.
"Van tante kebetulan lagi ada di rumah kamu nih. Boleh nggak kalau tante ajak Delia jalan-jalan?"
(....)
"Cuma sebentar kok, ke restoran aja."
(....)
"Nggak boleh ya kalau sekarang. Ya udah deh kapan-kapan lagi aja. Maaf yang Dev tante udah ganggu."
"Nggak boleh ya tante?" tanya Delia dengan raut kecewa.
"Untuk sekarang memang belum boleh, tapi nanti pasti dibolehin. Nggak papa ya?" ucap Liliana sambil mengusap punggung Delia.
Entah kenapa Delia begitu terbuka dengan Liliana, padahal Delia bukan tipe orang yang mudah akrab. Apa mungkin Delia merindukan sosok seorang ibu?
"Sepertinya tante nggak bisa disini lama-lama, udah ditungguin sama Tara. Nggak papa kan kalau tante pulang dulu?" ucap Liliana setelah membaca pesan singkat di gawainya.
"Nggak papa tante."
Sejujurnya Delia masih ingin berlama-lama dengan Liliana, namun ia siapa sampai berani untuk mencegahnya.
"Ya sudah tante pulang ya, kalau kamu butuh sesuatu kamu tinggal bilang sama tante, nggak perlu sungkan.. okay?"
Delia mengangguk, lalu mereka berpelukan sebentar sebelum Liliana benar-benar melangkahkan kaki keluar dari rumah Devan.
Delia mengantar kepergian Liliana sampai di depan. Tak lupa ia juga melambaikan tangannya saat mobil yang membawa Liliana mulai meninggalkan rumahnya.
Saat Delia hendak membalikkan badan, tiba-tiba Keyla sudah berdiri di belakangnya. Delia pun berjingkat kaget, reflek ia langsung memukul lengan Keyla.
"Astaga!! Kebiasaan kamu ya Key. Kenapa sih hobi banget ngagetin orang!" gerutu Delia sambil berjalan masuk.
Keyla mengejarnya, ia bahkan sudah mengikuti kemana pun Delia melangkah.
"Dia siapa sih Del, kok baik banget."
"Kepo!" jawab Delia ketus sambil mengambil sekotak mochi pemberian Liliana.
"Siapa? Tante-nya Devan ya, yang dari mamanya atau papanya. Tapi pasti dari papanya deh, kalau gen dari mamanya nggak mungkin."
Begitu Keyla sibuk dengan pikirannya, Delia sudah melangkah dengan cepat. Delia buru-buru masuk ke kamar.
"Delia..." teriak Keyla sambil mengejarnya.
BERSAMBUNG...
Bantu suport-nya dengan cara like, komen dan subscribe ya gays.
Terimakasih..
Bikin Devan salting terus sampe klepek-klepek sama Delia🥰🤭