Sebuah pernikahan dari kedua konglomerat terpengaruh di negara Willow. Keluarga Edvane yang menjadi keluarga terkaya kedua di negara itu, mempunyai seorang putri pertama yang bernama Rachel Edvane. Dia gadis sederhana, suka menyembunyikan identitasnya agar bisa berbaur dengan masyarakat kalangan bawah, Cantik, Mandiri, dan seorang atlet beladiri professional namun karena masa lalu yang buruk, dia tidak pernah mempercayai pria lain lagi samapi dia dipaksa oleh ayah nya (Rommy Edvane) untuk menikah dengan Putra pertama keluarga Asher yang dimana keluarga paling kaya dan paling terpengaruh di negara Willow. Namanya Ayres Asher, di depan keluarganya Ayres seorang anak yang sangat berbakti, baik hati serta sangat tampan. Namun nyatanya, diluar itu dia adalah pria nakal, playboy dan suka foya-foya dan gila perempuan, Rachel yang mengetahui sifat Ayres tidak tinggal diam. Rachel memutuskan untuk tetap menikah namun diam-diam memberi syarat-syarat tertentu pada pernikahan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5. TMPP
Ku lepaskan kuncian ku, dia pun merenggangkan otot bisep nya yang belum terbentuk sempurna.
“Aaa, Apa kau akan membunuhku kak? Aaa, tega sekali.. Kau ini kakak macam apa? Aduh, Sensitive sekali. pantas saja di Selingkuhi hahaha…” setelah berkata begitu, dia langsung lari menjauhi ku.
“Hey! Awas kamu ya! Selalu saja mengolok-olok ku” ucap ku kesal.
Dia sempat berbalik dan menjulurkan lidah nya padaku.
“Wleee… hahaha..” setelah itu dia lari dengan cepat lagi.
Aku hanya melihatnya dengan tajam. Mimpi apa aku dulu bisa mempunyai adik seperti dia, kadang mengejek, kadang normal, bahkan kadang menyebalkan. Usia nya sudah menginjak 18 tahun namun dia masih kekanak-kanakan. Aku menggelengkan kepalaku lalu lanjut berjalan ke kamar ku.
Satu jam kemudian,
karena hari ini ku tak mengajar, aku hanya mempunyai jadwal latihan nanti sore. Namun aku tak tahan jika tak melakukan apapun. Akhirnya ku isi waktu luang ku dengan membaca dan sedikit melakukan latihan kecil seperti bermain hola hope. Pikiran ku sama sekali tidak jernih memikirkan perjodohan ini.
Kenapa wanita harus sekali menikah? Aku bisa hidup sendiri tanpa pria. Bagiku pria itu sama, mereka tidak akan mudah begitu saja menyerahkan dirinya untuk mencintai kita. Aku yakin semua pria itu pasti serakah. Mereka menganggap dirinya raja, namun seringkali mereka lupa memuliakan pasangannya malahan mereka menyakiti perasaan pasangannya. Pernikahan ini seperti bom untukku. Walaupun aku berhak menolaknya, tapi bagaimana dengan orang tua ku? Perasaan ku campur aduk, di satu sisi lain ada prinsip ku yang ku pegang kuat semenjak dulu. Di sisi lain, ada mama dan papa serta harapan nya padaku. Ku memutar otak bagaimana caranya agar pernikahan ini di batalkan. Namun setelah ku pikirkan lagi, sepertinya itu tidak mungkin. Jika di batalkan, orang tua ku lah yang akan mendapatkan malu, secara, keluarga Asher itu keluarga terkaya nomer 1 di Willow. Namun apakah aku harus menyerahkan saja semua prinsip yang ku pikirkan dengan matang dan sudah ku jalankan sedari dulu?
“Aku harus melihat dulu bagaimana orang itu. bagaimana juga sifat asli orang itu. jika dia baik seperti yang mama bicarakan, aku akan mencoba berbicara jujur padanya kalau aku tak tertarik padanya. Ya seperti itu saja, aku percaya dia pasti juga punya kekasih yang sangat dia cintai bukan? Hmm, ya begitu saja. pasti dia mengerti bukan?” Gerutu ku.
Sampai akhirnya pukul 2 siang, ku bersiap-siap untuk berangkat ke dojo, tempat favorit ku. Aku mandi dan mempersiapkan semuanya di tas ransel ku. secara bersamaan, pintu terketuk.
“Siapa? Ada apa?” Ucap ku dengan sedikit keras.
“Ammy nona. Saya membawa makan siang nona..” Jawab nya.
“Masuk lah!”
“Nona? Tuan dan Nyonya belum kembali. Beliau mengatakan agar anda tetap di rumah nona.” Ucap Ammy masuk dan ku dengar suara suara nampan di letakan di meja tempat ku membaca.
“Kenapa? tadi mereka bilang ku boleh pergi kok, masa mereka berubah pikiran?.” Jawabku sambil memasukan peralatan yang selalu ku bawa ke dalam tas ku.
“Nona, maaf tapi saya hanya menjalankan tugas dari nyonya dan tuan. Lebih baik nona patuhi perintah tuan dan nyonya. Silahkan nona, makan siang lebih dulu, sepertinya nona harus menunggu tuan dan nyonya kembali. Pernikahan nona akan segera di laksanakan, pastinya tuan dan nyonya tidak ingin nona pergi dulu untuk menghindari hal buruk yang mungkin terjadi.” Jelasnya cerewet padaku.
“Tali, Double Stik, Ankle Wrap, tongkat besi lipat, Medicine balls, Stun gun, pulpen, gunting.. mana gunting nya? Ammy? Tolong ambilkan gunting di meja ku ya.”
“Ini nona,” Dia mengambilkan gunting lalu di berikannya padaku.
“Terimakasih. Em, Ammy tenang saja, tidak akan ada yang berani menyakiti ku. Aku akan kembali sebelum jam 8 malam nanti. Kalau Mama dan Papa sudah kembali, kamu telpon aku saja.” Ucapku.
“Tapi nona..”
Ku tersenyum, “Tidak apa, kamu tenang saja” Ucapku menepuk pundaknya lalu ku berbalik ke lemari pakaian ku untuk mengambil jaket.
“Saya minta maaf nona,” Dia tiba-tiba lari keluar kamar ku lalu menutup pintu kamar ku.
“Ammy, Hey.. Buka! Ammy,” Aku mengebrak-gebrak pintu kamar ku.
“Maaf nona, saya melakukan ini demi kebaikan nona juga. Kita tidak tau kejadian apa yang akan terjadi di masa depan. Maaf nona..”
“Hey Ammy… Bukaaa… Kenapa begini? Hey!” Ku masih menggebrak pintu dan berharap dia membukanya.
Tak ada jawaban, ku menempelkan telingaku ke pintu dan aku tak bisa mendengar apapun dari luar. Sepertinya aku tadi mendengar papa memperbolehkan ku untuk beraktivitas seperti biasa? Kenapa dia berubah pikiran?
“Agggrrh, apa yang harus ku lakukan? Ku tak bisa kalau sehari tak melatih ototku.”
Tiba-tiba aku ada ide untuk kabur lewat atap. Aku pakai tas lalu ku lihat dulu situasi di bawah. Dari arah angka 9 jarum jam, Ammy tengah berbicara pada Fried, mungkin dia menyuruhnya untuk mengawasi ku. melihat itu, aku dapat menyimpulkan kalau Ammy tengah memberitahu semua penjaga agar mengawasi ku juga. Kalau seperti itu, hanya ada satu jalan agar aku bisa keluar yaitu lewat halaman belakang lalu ku harus memanjat pohon melewati pagar yang tinggi dan turun dari pagar itu.
“Oke, kamu bisa Rachel kamu bisa.. Semangat! Anggap saja kamu sedang latihan juga. Semangat!”
Aku keluar dari balkon lalu melompat ke atap dan perlahan berjalan tanpa ketauan dari mereka. Ku tau ada penjaga di Menara samping namun aku berhasil mengatasinya dengan bersembunyi di balik cerobong asap. Aku merunduk dan merangkak hingga sampailah ku di bagian belakang rumah. Aku keluarkan tali dan ku kaitkan di cerobong asap.
“Untung saja aku bawa tali 2 hehe. Asik juga berasa maling di rumah sendiri.” Ucap ku geli sendiri.
Aku turun dengan perlahan dengan tali yang telah ku kaitkan di cerobong asap itu. Setelah di bawah, aku sebenarnya ingin tali ku kembali namun sangat sulit jadi aku biarkan. Masih mengendap-endap, aku berhasil berada di bawah pohon dan dengan hati-hati, ku panjat pohon itu lalu setelah ku berhasil di atas, Aku melihat kearah menara itu lebih dulu, setahuku setiap sepuluh detik, teropong akan berpindah arahnya.
“1,2,3,4,5,6,7,8,9.10” Setelah ku berhitung, aku lompat ke atas tembok.
Namun apa daya ku, tiba—tiba saja alarm peringatan muncul. Ku tau bunyi alarm itu di peringatkan jika kalau ada seseorang yang menyelinap masuk ke dalam pekarangan rumah ini. Aku panik lalu ku melompat ke pohon yang ada di belakang tembok ini.
“Hey! Kamu! Berhenti dan serahkan diri kamu!” Ku mendengar suara para penjaga rumah ku berteriak dengan keras. Aku bisa menebak kalau para penjaga sedang berusaha memanjat pohon juga.
“Aww..” Rintih ku karena ku merasa tangan ku tertancap dahan yang runcing.
Aku kesakitan namun ku bisa menahan nya, ku turun dari pohon lalu ku berlari dengan kencang menjauhi rumah ku.
“Hahaha, aku berhasil.. yess… haha” entah kenapa aku gembira karena telah menaklukan rumah ku sendiri.
Bersambung …