Karya ini hanya imajinasi Author, Jangan dibaca kalau tidak suka. Silahkan Like kalau suka. Karena perbedaan itu selalu ada 🤭❤️
Perjodohan tiba-tiba antara Dimas dan Andini membuat mereka bermusuhan. Dimas, yang dikenal dosen galak seantero kampus membuat Andini pusing memikirkan masa depannya yang harus memiliki status pernikahan.
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Star123, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Dini masih duduk bersama Davina di ruang keluarga. Davina masih asyik dengan film favoritnya sambil nyemil brownies buat Mama Dian.
"Itu mantan Pak Dimas ya, Vin" tanya Dini ragu-ragu masih memperhatikan Citra yang duduk diruang tamu. Curi-curi pandang gitu.
"Iya, Kak. Kak Dini cemburu ya?" tebak Davina menggoda kakak iparnya.
"Uh, Gak. Siapa yang bilang Kak Dini cemburu" ucap Dini sambil mengibas wajahnya yang tiba-tiba panas.
Davina cekikikan melihat tingkah laku kakak iparnya. Bilang Cemburu aja susah! Batin davina.
"Heum, lagi ada kerjaan di Indonesia kah Cit?" tanya Mama Dian sambil menaruh minuman dimeja. "Ayo, Silahkan diminum"
"Makasih, Tan. Citra mau nyari kerjaan di indonesia aja sekarang ini, Tan. Enak dinegara sendiri. Oh, iya tan. Dimas gimana kabarnya? Baik kan"
"Alhamdulillah, Baik Cit. Bulan lalu Dimas sudah ...." Belum selesai Mama Dian bicara, sebuah salam terdengar.
"Assalamualaikum" sapa seseorang yang baru saja masuk tanpa membuka pintu karena sejak tadi pintu sudah terbuka.
Semua orang yang berada diruangan menoleh ke sumber suara.
"Walaikumsalam, Hai, Dim" Citra berdiri dan langsung memeluk pinggang Dimas.. "Kangen"
"Citra" ucap Dimas kaget. Dimas tidak langsung melepas pelukan Citra namun melihat Dini terlebih dahulu yang tidak jauh dari mereka, ada rasa bersalah namun ada rasa yang ingin mencari tahu. Dini yang diperhatiin Dimas langsung membuang muka.
"Kak Dini ke kamar dulu ya, Vin" pamit Dini tanpa meminta persetujuan Davina langsung pergi ke kamar.
"Eh, Kak" panggil Davina namun tidak dihiraukan Dini. Dini tetap berjalan meninggalkan mereka.
"Ah, baru ketemu langsung peluk-pelukan" Dini melempar tasnya ditempat tidur.
Beda halnya di ruang tamu, Dimas langsung melepaskan diri dari pelukan Citra.
"Maaf, tolong lain kali jangan main peluk" kata Dimas. Citra shock mendengar kalimat yang diucapkan Dimas. Dulu ketika pacaran, setiap mereka bertemu mereka akan pelukan dulu tapi kenapa sekarang tidak boleh.
"Kenapa, Dim?" tanya Citra bingung.
"Kamu lihat wanita yang baru saja pergi?" ucap Dimas, Citra mengangguk. "Dia Istriku"
"Ha? Istri? Kamu lagi bercanda kan, Dim" seru Citra tertawa. Selama ini, teman-teman kuliah mereka berdua tidak ada yang memberi info jika Dimas sudah menikah dan tidak mungkin jika Dimas menikah tidak ada satupun teman yang tidak diundang.
"Aku sedang tidak bercanda. Jika kamu tidak percaya kamu bisa tanya Mama atau Davina. Aku permisi dulu" Dimas segera pergi menuju kamar. Citra menatap punggung Dimas yang perlahan menjauh. Setelah sosok Dimas tidak terlihat lagi, Citra langsung memalingkan wajahnya ke Mama dian.
"Tan, apa benar yang diucapkan Dimas?" tanya Citra takut-takut.
Mama Dian mengangguk. "Iya, Cit. Dimas sudah menikah bulan lalu".
"Ha... Ha.. Ha... Kalian semua membohongiku" Citra tertawa namun hatinya sedih. Tanpa pamit, Citra langsung pergi keluar dari rumah kediaman niratama menuju mobilnya.
Sesampainya dimobil, Citra memukul setir berulang kali. Ditatapnya rumah itu dengan perasaan hancur. Hatinya sakit.
Dimas sudah berada didepan pintu kamar. Dengan hati-hati, Dimas membuka pintu kamar dan masuk. Dilihatnya Dini sedang berdiri di balkon.
"Bagaimana perasaannya ketemu mantan pacar?" tanya Dini dengan nada kesal. Dini tahu yang barusan masuk pasti Dimas, kalau orang lain pasti ketuk pintu dulu.
"Pasti senang dong". Dini yang bertanya namun Dini juga yang menjawab, tidak memberi kesempatan Dimas yang menjawab. Dimas langsung menaruh tasnya ditempat tas dan menghampiri Dini.
"Apa kamu sedang cemburu?" tanya Dimas sambil menatap mata Dini.
"Saya cemburu sama bapak? Ngasal" Dini langsung membalikkan badan namun belum sempurna sudah ditahan Dimas. Tanpa aba-aba, Dimas meraih tengkuk leher Dini dan ...
Cup.
Dimas mengecup bibir Dini, ada sengatan yang menjalar ditubuh masing-masing. Dini yang mendapat serangan tiba-tiba jelas shock, tidak berkutik.
"Jika kamu berbohong lagi, Saya bisa melakukan yang lebih dari ini" ucap Dimas sambil melepaskan tangannya perlahan.
Dirasa Dini sudah bisa menjaga keseimbangan, Dimas segera membalikkan badan dan pergi ke kamar mandi. Ditengah jalan, Dimas menyentuh bibirnya.
"Manis" ucap Dimas sambil tersenyum.
Bagaimana dengan Dini? Dini menggila, tertawa tidak jelas. Seperti kebersamaan mereka sebulan ini menumbuhkan benih-benih cinta.