Apa arti hidup bagi Ashkar...
Sepanjang perjalanan di kehidupan ini, tidak ada hal baik terjadi...
Seakan dunia tidak pernah menerima dirinya...
Keadilan tidak pernah datang untuk menyelamatkan...
Dan orang-orang hanya menganggap bahwa hidupnya adalah kesalahan...
Memang apa yang salah dengan hidup sebagai seorang pengangguran...
Hingga kematian datang dan iblis memberi penawaran...
"Bantu kami mengalahkan para pahlawan...."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shina Yuzuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sang Adik
Setelah Ashkar dan Ron menyelesaikan jatah makan siang mereka, kini keduanya hanya menikmati waktu istirahat dengan duduk malas di bawah pohon.
"Ron, kenapa kau tinggal di asrama, bukankah lebih nyaman untuk berada di rumah."
"Aku tidak ingin menyusahkan kak Rug lagi, dia sudah melakukan banyak hal untukku sejak kecil, sekarang aku harus bisa hidup sendiri."
"Itu terdengar hebat." Ashkar benar-benar memuji Ron.
"Kau tidak bisa mengatakannya sebagai sesuatu yang luar biasa." balas Ron.
sebenarnya bukan hal spesial di dalam kehidupan ras iblis, titik balik tanda kedewasaan para iblis ketika mereka telah memasuki usia 14 tahun. Para iblis muda itu harus bisa bekerja dan tidak lagi bergantung kepada keluarganya.
Hal kedewasaan ini juga termasuk dalam mencari pasangan dan melakukan aktivitas berkembang biak.
Beberapa saat kemudian...
Insting Ashkar merasakan sensasi bahwa ada yang sedang mengawasi dari kejauhan.
Menoleh ke kiri dan kanan namun tidak dia temukan sosok mencurigakan, hingga saat Ashkar mengarahkan kembali ke tengah lapangan, tempat dimana iblis pemburu sedang berkumpul.
Disaat itu lah, dia sadar bahwa ada satu sosok iblis betina muda yang menatap ke arahnya sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman.
"Ron, apa hanya perasaan ku saja, atau memang gadis itu melihat ke arah kita." ucap Ashkar.
Ron masih mengabaikan ucapan Ashkar dengan menikmati sejuk hembusan angin...."Hmmm siapa yang kau maksud ?."
"Itu .... Lihat dia berjalan mendekat." Ashkar sedikit khawatir.
"Tidak akan ada yang mau merepotkan diri untuk menyapa kita..."
"Tapi ..." Ashkar sejenak terdiam.
Sosok iblis muda pun sudah berdiri di hadapan Ashkar, atau lebih tepatnya, dia melihat ke arah Ron.
Ashkar secara sadar dan tanpa paksaan sama sekali mengakui, jika sosok gadis iblis muda yang hanya berdiri diam tampak begitu menawan oleh daya tariknya sendiri. Rambut pendek sedikit lusuh dan raut wajah lembut namun bertatapan keras.
Meski dibalik tatapan mata gadis itu sekarang, ada sesuatu yang membuat dia kesal. Ashkar tidak merasa telah melakukan hal aneh terhadapnya.
Tanpa ragu-ragu dengan satu kaki mendorong Ron hingga jatuh .... "Kenapa kau masih malas-malasan disini."
"Apa yang kau lakukan kepada saudara mu sendiri, ini menyakitkan." Keluh Ron atas perilaku tersebut.
Ashkar sadar, bahwa gadis iblis itu adalah Reu, saudara perempuan Ron setelah mendengar panggilan mereka.
"Ya, ya, ya, aku minta maaf." Ucapan Reu tidak terdengar tulus... "Jadi ?, Bagaimana dengan pekerjaan mu."
"Aku baru selesai makan siang dan sekarang aku sedang beristirahat, tolong biarkan perut ini mencernanya terlebih dahulu." keluh Ron.
"Terserah kau saja. Tapi ingat, jika kau bermalas-malasan dan nanti kekurangan uang lagi, jangan harap aku akan meminjamkan mu." Tegas Reu dengan ancaman keras.
"Eeehhhh, bagaimana mungkin kau begitu kejam kepada kakakmu ini."
"Kau sendiri yang mengatakan jika ingin hidup mandiri dan tidak bergantung kepada kak Rug, jadi kau juga harus bisa mengurangi pemborosan mu."
"Soal itu... Aku akan coba mengusahakannya." Ragu-ragu Ron menjawab.
Sekali lagi, hembusan nafas berat seakan semua kekecewaan terhadap Ron menumpuk menjadi satu dipaksa keluar meski terasa melelahkan.
Ashkar yang sejak awal hanya diam selagi melihat keakraban mereka berdua, kini secara khusus mendapat perhatian dari Reu.
Merasa bingung dan tidak tahu isi pikiran Reu, Ashkar bertanya..."Apa ?, Apa aku juga akan disalahkan karena berisitirahat ?."
"Siapa kau ?, Aku baru pertama kali melihat mu ?." Tanya Reu dengan nada tidak senang.
"Itu wajar, aku tidak menganggap kalau aku ini terkenal dan juga aku pun baru datang ke desa Ers kemarin." Jawab Ashkar.
"Jadi ?." Cara Reu melihat Ashkar benar-benar membuatnya tidak nyaman.
"Jadi apa ?."
"Alasanmu mengikuti Ron ?." perjelas Reu.
"Tuan Rug sendiri yang mengatakan kalau aku bisa mengandalkan Ron."
"Hmmm, begitu kah ?." Ashkar semakin tidak nyaman dengan tatapan sinis dari Reu.
"Kenapa aku merasa kau melihatku seperti sosok tidak berguna." Ucap Ashkar.
"Mau bagaimana lagi, dari sekian banyak iblis yang menganggap Ron sebagai teman, mereka hanya memanfaatkannya untuk hal-hal tidak berguna."
Siapa sangka, Reu cukup pengertian terhadap Ron, mengesampingkan sikapnya yang dingin dan kurang bersahabat, dia hanya tidak senang ketika ada iblis lain coba mencari keuntungan dari Ron.
"Jadi siapa nama mu ?."
"Kau bisa memanggilku Ash."
"Baiklah." Tidak ada jawaban lain, Reu berbalik arah dan kembali ke barisan para iblis pemburu.
"Sungguh, harga diriku sebagai seorang kakak tidak berguna dihadapannya." ungkap Ron.
"Aku pikir kau salah, Ron."
"Salah dibagian mana ?."
"Kau benar-benar tidak memiliki harga diri untuk menjadi seorang kakak." jawab Ashkar.
"Bukankah perkataan mu itu terlalu kejam."
"Aku hanya mengatakan kenyataannya."
Itu tidak sepenuhnya benar, Ron hanya bertindak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, tidak melebih-lebihkan atau mengurang-ngurangi dan tahu batasan.
Perilaku Ron menggambarkan bahwa dia hanya perlu berjuang untuk tidak membuat masalah kepada saudaranya.
kembali ke pekerjaan sebagai penebang pohon...
Ashkar kembali mengayunkan kapak berulang kali, berkali-kali, secara konsisten dan stabil. Sedikit demi sedikit mengikis kulit, semakin dalam hingga terlihat batang kayu merah tua yang jauh lebih keras dari bagian luar pohon besi.
Dentuman terdengar keras ketika mata kapak bertemu dengan batang kayu, namun itu tidak membuat tangan Ashkar berhenti untuk terus mengayunkan kapaknya.
Waktu yang terus berjalan maju, kini meredupkan langit menjadi kelabu, cahaya bintang malam pun mulai menampakkan diri, dan lonceng tanda akhir dari jam kerja telah berbunyi.
"Ash, sudah waktunya kita kembali." Ucap Ron dengan wajah kusam penuh keringat.
"Baiklah." Ashkar pun membersihkan sisa debu yang ada di badan.
Ron memperhatikan sekitar, dimana para iblis pekerjaan sudah meninggalkan posisi mereka langit yang perlahan menjadi gelap, suara binatang berteriak-teriak dari dalam hutan dan gemuruh angin saat menampar dedaunan.
Sebentar lagi, kehidupan malam bagi para binatang buas nokturnal akan dimulai.
Tidak sedikit iblis pekerja yang pulang larut menjadi korban keganasan binatang buas, salah satunya adalah An*jing hutan, mereka melakukan berburu dengan berkelompok sehingga sulit bagi iblis tanpa bekal ilmu sihir dan beladiri untuk melawan.
"Nah Ron..." Panggil Ashkar.
Ron sedikit terkejut..."Ada apa ?."
"Apa aku bisa mendapatkan kapak lain untuk bekerja besok ?."
Ron bingung...."Memang apa yang terjadi ?."
"Aku pikir kapak ini tidak bisa aku gunakan lagi."
Ashkar menunjukkan kapak yang ada di tangannya, dan itu membuat Ron semakin terkejut, dimana ujung mata kapak milik Ashkar kini telah rusak hanya untuk satu hari pekerjaan.
"Kenapa sampai begini ?." Ron bertanya dengan ekspresi rumit.
"Jika kau bertanya begitu aku sendiri tidak tahu, aku hanya mengayunkannya seperti biasa."
Itu bukan lagi seperti biasa, memang benar kapak para pekerja penebang pohon akan rusak atau pun tumpul seiring berlalunya waktu, namun tidak dalam satu dua hari digunakan.
Ron melihat ke arah pohon tempat Ashkar bekerja, terdapat sebuah cekungan tajam sudah merobek sepertiga batang pohon besi disana.
Dia tidak bisa membayangkan seberapa kuat Ashkar, karena dalam satu hari kerja itu sama dengan pekerjaannya dalam seminggu.
"Kau terlalu berlebihan."
"Apa benar begitu ?, Aku berpikir semakin kuat aku mengayunkan kapak ini, mungkin akan semakin cepat pula pekerjaan ku selesai."
Moto dalam hidup Ashkar sendiri adalah semakin cepat menyelesaikan pekerjaan maka semakin banyak waktu baginya bersantai.
"Baiklah, saat kita kembali ke desa, aku akan bertanya kepada mandor." Ucap Ron memberi sedikit bantuan.
"Itu akan membantu."
oiya kapan2 mampir di ceritaku ya..."Psikiater,psikopat dan Pengkhianatan" makasih...