IG@THALINDALENA
"Aku mohon padamu!! Aku tidak bisa melanjutkan pernikahan ini!" pinta pengantin wanita kepada Lara yang dia tarik ke sebuah kamar hotel.
"Nona Sierra, bukankah Anda dan Tuan Lio sudah berpacaran cukup lama? Tapi kenapa sekarang Anda..." ucapan Lara terjeda ketika Sierra melepaskan cincin pertunangannya, lalu menyematkannya ke jari manis Lara dengan paksa.
Lara berusaha melepaskan cincin berlian itu, akan tetapi Sierra melarangnya.
"Cincinnya sangat pas dari jari manismu, tinggi, dan postur badan kita sama, bahkan kulit kita sama, jadi aku mohon gantikan aku sebagai pengantin wanita!" mohon Sierra seraya melepaskan gaun pengantinnya dengan cepat.
"Maaf, Nona, aku tidak bisa!" Lara mundur, dan ingin keluar dari kamar hotel itu, tapi langkahnya terhenti saat mendengar ancaman Sierra.
"Aku akan bunuh diri jika kau tidak mengikuti perintahku!!!!"
Lara terpaksa menjadi pengantin pengganti. Hidupnya hancur dan penuh derita setelah menikah dengan Achelio.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Lara menghela nafas panjang ketika melihat Spike duduk dengan tenang di dalam kandang, namun auranya sangat mengerikan seperti pemiliknya.
Kepala pelayan tidak berani mendekat, karena dia takut anjing.
"Selama Tuan Lio tidak ada, kau harus memandikan Spike setiap pagi dan sore. Dan berikan makan 3 kali sehari, jangan lupa beri vitamin juga," ucap Kepala pelayan kepada Lara.
"Iya, Bu. Aku paham."
"Hati-Hati, anjing itu sangat galak, dan bisa menggigit siapa saja." Kepala pelayan mengingatkan.
"Anda takut?" Lara menoleh pada kepala pelayan yang berdiri belakangnya.
Kepala pelayan tergelak, sambil menggelengkan kepalanya, "aku sama sekali tidak takut anjing, hanya saja aku alergi pada bulu dan air liurnya." Sangkal kepala pelayan dengan cepat. Bisa jatuh harga dirinya jika ketahuan takut pada anjing.
Lara menahan senyum, tahu kalau kepala pelayan itu berbohong, sorot matanya tidak bisa bohong.
Kepala pelayan buru-buru pergi dari sana, meninggalkan Lara sendirian di dekat kandang anjing.
"Ibu kepala pelayan. Kenapa kau tega membiarkan Lara mengurus anjing galak itu?" tegur seorang pelayan.
"Biarkan saja! Jangan pedulikan, lagi pula dia pantas mendapatkan pekerjaan ini! Palingan dia nanti di gigit Spike. Tidak perlu khawatir, lagi pula Spike sudah di vaksin," jawab Kepala pelayan dengan entengnya.
"Kejam sekali. Nanti kalau dia mati di gigit anjing bagaimana?" pelayan tersebut kesal kepada atasanya.
"Mati ya di makamkan! Begitu saja repot!" Kepala pelayan berkata penuh penekanan. "Lalu untuk apa kau berada di sini, cepat kerjakan tugasmu!"
Pelayan tersebut cemberut, lalu segera beranjak dari sana, tapi sebelum itu menatap Lara dari kejauhan yang masih berdiri di dekat kandang anjing, dia sangat khawatir pada wanita itu, walau bagaimana pun juga Lara adalah istri sah Tuan Besar. Kenapa di perlakukan keji seperti ini?
*
*
Ergghhhhh!
Spike menggeram, bersiap menyerang ketika kandang di buka Lara.
Lara berusaha untuk tetap tenang, meski jantungnya hampir lepas dari tempatnya karena ketakutan. Mendiang ibunya pernah mengatakan kalau segalak apapun seekor anjing akan jinak jika merasakan sebuah ketulusan.
"Spike, kau masih mengingatku? Jangan marah, aku tidak akan menyakitimu," ucap Lara dengan lembut, memandang Spike dengan kasih sayang.
Erghhh!!
GUK!
GUK!!!
"Arghh!" Lara menjerit kesakitan ketika tangannya di cakar oleh anjing galak itu. Luka cakaran cukup dalam, mengeluarkan darah yang tidak sedikit.
Lara cepat-cepat menutup kandang anjing itu lagi sebelum Spike kembali menyerangnya.
"Jahat sekali, padahal aku ingin berteman denganmu." Lara mendesis kesakitan sambil memegangi lengannya yang berdarah. Kedua matanya berkaca-kaca, sambil menatap Spike.
Spike terdiam, menatap tajam Lara, masih begitu waspada, menanggap Lara musuh.
Lara segera beranjak dari sana guna mengobati luka cakaran itu.
"Lara, kau terluka? Sudah aku duga kalau Spike akan berbuat seperti ini padamu. Kepala pelayan memang kejam!" pelayan tersebut panik saat melihat tangan Lara terluka cukup parah.
"Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku." Lara berlalu dari sana menuju kamarnya, mengobati lukanya sendiri.
"Sakit sekali." Lara bergumam sambil membalut lukanya dengan kain kasa. "Tapi, rasa sakit ini tidak sebanding dengan rasa sakit di hatiku," lanjutnya, meneteskan air mata.
"Tidak boleh menyerah. Aku harus kuat menjalani semua ini. Paling tidak sampai aku mempunyai cukup uang untuk kembali ke New York."
lope lope sekeboon dech😘
Biar mulutnya tuh di jaga dan bisa menghargai orang lain