NovelToon NovelToon
Bangkitnya Arwah Penari Ronggeng

Bangkitnya Arwah Penari Ronggeng

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Hantu
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: JK Amelia

Novel ini merupakan lanjutan dari "susuk nyironggeng"

"Ampun Sari jangan,"Juragan Karta berlari keluar dari kamar,sedangkan perempuan yang bersama nya mengigil ketakutan,terlihat sosok penari ronggeng melayang mengejar Juragan Karta.
Sudah 10 tahun sejak peristiwa pembakaran yang menyebabkan kematian seorang penari ronggeng,kini desa itu sudah maju dan berganti nama menjadi desa sukamulya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JK Amelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Acara bongkar Bumi

Malam itu suasana di Balai desa sudah ramai beberapa tamu undangan sudah datang dan duduk dikursi masing-masing.

Terlihat Kang Azam datang beserta Dewi,Bapak dan Rani anaknya,mereka disambut Ica.

"Ya Allah Teteh kapan datang,"Ica memeluk Dewi dan kemudian ia beralih ke Rani anaknya,"ini Rani ya,udah besar ya."Ica berjongkok dan menatap maharani,"cantik seperti Ibunya."

"Tante juga cantik, pintar nari lagi."

"Pintar sekali anakmu Dewi,aku juga pengen punya anak tapi Allah belum ngasih,"Ica terlihat sedih.

Dewi yang baru mau bicara sudah keduluan sama Rani.

"Sabar ya Tante,nanti juga Allah ngasih,"Maharani memeluk dan mengelus punggung Ica.

Ica takjub menatap Dewi,"siapa yang ngajarin dia Dewi,pikirannya seperti orang dewasa."

"Aku sendiri juga tidak tahu,aku juga kadang bingung,"kata Dewi.

"Ayo duduk,Kang Azam gimana kabarnya,"Ica menyalami Kang Azam.

"Baik Ca,gimana sanggarnya,aku lihat sekarang bertambah maju," tanya kang Azam.

"Alhamdulillah kang,sekarang sering dipanggil sampai jauh,sampai keluar daerah juga,"sahut Ica.

"Wah,hebat sekali Ca,"sahut kang Azam.

"Ayo sini aku sudah sediakan tempat untuk kalian,"mereka dibawa ke tempat tamu undangan didepan.

Disebelah terlihat pak komar mantan kades dan Mumun,juga menantunya yang sekarang menjadi kades bernama Gugun, mereka semua bersalaman dan saling menyapa.

Tibalah acara yang dinanti,setelah pak kades memberikan sambutan,kang Jejen membuka acara satu persatu para penari mulai menunjukkan kebolehannya,Maharani terlihat sangat menikmati acara itu,tapi ketika ia menoleh kesebelah kanan,diantara penonton yang berdiri,dia melihat seorang perempuan berpakaian penari tersenyum padanya,perempuan itu melambaikan tangan dan mengajak Rani menghampiri nya.

Rani balas melambai dan tersenyum,"Bu,kok penari itu enggak naik kepanggung ya,enggak kayak yang lain,dia malah berdiri disana dan melambaikan tangan sama Rani."

Dewi terkejut begitu juga dengan Kang Azam,mereka melihat kearah yang ditunjuk Rani,tapi mereka tidak melihat ada orang berpakaian penari diantara penonton.

"Dimana Neng,Ibu enggak lihat apa-apa,"Dewi melihat kesana kemari mencari tapi tetap tidak ada.

"Itu loh Bu,disana dia tersenyum dan melambai kearah Rani,"Rani menunjuk ketengah-tengah kerumunan warga yang sedang menonton.

Kang Azam dan Dewi coba menajamkan mata mereka kembali berusaha mencari,tapi tetap dia tidak melihat apapun,hanya barisan orang yang sedang menonton dan tidak ada perempuan memakai baju penari.

"Kang,aku takut,apa mata batin nya terbuka lagi?"Terlihat kecemasan diwajah Dewi.

"Entahlah,nanti coba tanya Imran,kenapa ia bisa melihat makhluk halus lagi,padahal dulu waktu ke kyai Basir,kita udah menutupnya.

"Rani,itu tariannya bagus,ayo coba lihat,apa Rani bisa menari seperti itu?"Dewi mencoba mengalihkan perhatian Maharani.

Maharani mengalihkan pandangan kearah panggung,dan ia kembali menunjuk ke arah panggung,"nah,itu orangnya Bu."

"Oh iya,coba Rani hitung berapa jumlah penari disana?"Dewi coba meyakinkan dirinya kalau apa yang dikatakan Rani tidak bohong.

"Ada empat Bu,"sahut Maharani,padahal disana cuma ada 3 penari.

"Ayo Kang,kita pulang saja,ini sudah enggak bener,"Sebelum acara selesai,Dewi dan kang Azam pun pamit pulang karena mereka khawatir dengan keadaan Rani.

Mereka menyusuri jalanan desa yang sepi,udara dingin mulai menyelimuti desa.

"Rani,jaketnya kancingin sayang,udaranya udah dingin."Ujar Dewi.

"Iya,Bu,"Maharani mengancingi jaketnya satu persatu,tapi ketika ia melihat kesamping di antara pepohonan matanya melotot dan tubuhnya mengigil.

Kang Azam berhenti dan berbisik pada Dewi,"pindahkan Rani ditengah dan dipeluk tutup matanya,ia sepertinya melihat sesuatu,Dewi kita berdoa yah,Akang merasa kok merinding,"Kang azam mengangkat tubuh Maharani dan dipindahkan ketengah.

"Iya Kang,"Dewi menutup tubuh Maharani dengan jaketnya,ia memeluk dan menutupi kepalanya agar tidak bisa melihat apapun.

Kang Azam mempercepat laju motornya,ia berusaha fokus ke jalan dan berharap cepat sampai dirumah,tanpa mereka sadari ada sepasang mata merah besar yang terus memeperhatikan mereka.

Malam kian larut,suara-suara lolongan anjing dikejauhan mulai terdengar,ada empat warga yang meronda sudah bersiap-siap dan mereka sudah ada dipos ronda ada yang sedang bermain catur,membakar singkong sambil membuat kopi mereka adalah,Kang Ikin,Kang Nano,kang Jaya,dan kang Rusin.

"Eh kalian merasakan tidak,kok sepertinya malam ini sangat dingin tidak seperti biasanya ya,"kata Kang Nano yang sedang membakar singkong dan menyeduh kopi.

"Iya ya,padahal biasanya juga dingin tapi enggak seperti ini,ini sih kayak gimana gitu,"kata kang Ikin yang sedang bermain catur bersama kang Jaya sedangkan kang Rusin sedang menyeduh kopi.

Suara lolongan anjing saling bersahutan dari kejauhan,membuat mereka saling padang.

"Kok,suara lolongan anjing nya seperti melihat hantu yah,"kata Kang Nano yang sedang membakar singkong,ia segera naik ke pos ronda,Kang Nano memang terkenal penakut.

"Alah,dasar penakut kamu,badan aja gede,nyali ciut,"sahut Kang Jaya yang sedang bermain catur, padahal hati nya juga ketar ketir.

"Kamu tuh sok berani,sok aya jurig lumpat sia (ada setan nanti kamu lari),"kata Kang Nano yang ketakutan.

"Hah,aku lari,enggaklah sok mana jurig na (setannya),sini datang aku enggak takut,"sahut Kang Jaya sambil terus bermain catur.

"Hihihihi....."

"jurig (setan),"Kang Jaya terkejut,ia mundur dan memeluk temannya.

"Hahahaha...."katanya enggak takut,hihihihi...,"kata Kang Rusin sambil berbisik meledeknya, mereka tertawa terbahak-bahak melihat kang Jaya ketakutan.

"Udah,mending kita ngopi,"Kang Rusin menuangkan kopi kegelas dan mengambil singkong yang masih didalam bara.

"Hik hik hik....,"terdengar suara tangisan perempuan, suaranya begitu lirih.

"Wah,ini udah enggak lucu, bercandanya keterlaluan,udah ah,"Kang Jaya kesal merasa terus diledekin.

"Loh,apa maksudnya,saya diam saja Kang,"sahut kang Rusin.

"Hik hik hik......"

"Tolong tolong......"

"Tuh,denger bukan aku,enak aja,"kata kang Rusin, sambil melihat sekelilingnya.

"Ayo kita periksa,"ajak kang Ikin.

"Ayo,tapi samaan ya,"sahut kang Nano.

Mereka berempat pun turun dan memeriksa sekitar,terlihat dibawah sebuah pohon ada seorang perempuan menangis.

"Eh,itu lihat ada yang menangis di bawah pohon,"kata kang Rusin menunjuk keseberang jalan.

"Ayo kita samperin kesana,"kata yang lain.

"Takut kang,masa tengah malam begini ada perempuan sendirian,jangan-jangan, kuntilanak,"kata Kang Nano.

"Udah kita samaan,siapa tahu ia berantem dengan suaminya lalu pergi,"ujar kang Jaya.

"Benar juga,"sahut yang lain.

Akhirnya mereka menghampiri sosok perempuan yang sedang membelakangi mereka sambil menangis.

"Neng lagi ngapain,kok malam-malam begini ada disini,"Kang Rusin memberanikan diri bertanya pada sosok perempuan didepan mereka.

Tidak ada jawaban,tapi perempuan itu berhenti menangis,ia bangun dan berbalik menatap keempat warga didepannya wajanya rusak meleleh dan penuh belatung.

"Tolong aku kang sakit,sakit,"sosok itu melayang,selendangnya berkibar ditimpa angin.

"Se se setannnn,"keempatnya kocar kacir berlari ketakutan,mereka sudah tidak memperdulikan kopi dan singkong bakar yang belum sempat mereka cicipi.

"Hihihihi..hihihi, mau kemana kalian,"sosok perempuan itu tertawa sangat kencang,kemudian tubuhnya melayang dan sudah berdiri didepan mereka.

"Mau pergi kemana kalian,kalian harus membayar perbuatan kalian,"sosok itu menatap keempat warga yang ketakutan.

"Sari!!Ampun Sari,ampun kami hanya diajak sahut keempat warga tersebut,"keempat orang itu semakin ketakutan begitu melihat sosok hantu didepannya.

"Hihihihi....,kalian meminta ampun,kenapa waktu itu aku meminta ampun kalian tetap membakar tubuhku,"mata Sari menatap tajam kearah mereka.

Mereka semakin ketakutan,begitu sosok Sari mendekati mereka, tubuh mereka sama sekali tidak bisa digerakkan.

"Tolong ampuni kami,kami hanya diajak oleh juragan Karta,kami tidak tahu apa-apa,"kata seorang warga.

"Hihihihi..,kalian harus merasakan apa yang aku rasakan,"Sari mengibaskan selendangnya,dan melilit selendang ke tubuh mereka lalu menghempaskan ke pohon.

"Brukhhh...."

"Akhhhh....,ampun Sari,ampun,maafkan kami,kami hanya ikut-ikutan,"ujar salah seorang dari mereka,mereka beringsut karena hempasan itu membuat tubuh mereka tidak bisa bergerak.

"Sudah terlambat,kini rasakan apa yang sudah aku rasakan,"Sari mengibaskan selendangnya kembali,dan keempat orang tersebut diangkat dan dilemparkan kedalam api yang sedang menyala dan tiba-tiba menjadi besar.

"Ampun Sari lepaskan kami,kami tidak bersalah,juragan Karta yang mengajak kami."

Teriakkan warga tidak digubris,ia hanya menatap keempat orang yang sedang terlalap api dengan wajah penuh dendam.

"Akhhhh.......,panas,panas,ampun."tubuh mereka yang tidak berdaya terlalap api.

"Hihihihi...,"sosok Sari tertawa lalu menghilang.

1
neng ade
Alhamdulillah.. pak Ustadz Salim dan Akhmad akhir nya sampai dengan selamat di rumah abah Harun..
MasWan
ceritanya kampung sedap malam berada dimana?
awal aku ngebayangin daerah karawang, kan daerah penari.
lalu kalau jalur tempuh tengah malam bisa nyampe Banten, berarti deket, antara Bogor atau Sukabumi.
ah jadi lieur kumaha othor wae lah hehehe
up
up
up
MasWan
jaga maharani dengan baik zam
MasWan
sari sari.. jurigh sia
Amelia: he eh si Sari mah jadi manusia sifat kawas jurig,ayena jd jurig kawas naon nya...
total 1 replies
MasWan
Alhamdulillah ada yg nyelametin ica
MasWan
boa² si imran jeung guru penolong na
MasWan
saha nya?
MasWan
heuh emak jeung anak sarua wae kelakuan teh... nyalawading
Amelia: teu aya walungan kang...ayana sumur...
MasWan: nya thor... lelepkeun we ka walungan hahahaha
total 3 replies
MasWan
geng sugeng... modyar kowe
MasWan
keburukan akan selalu terbongkar
MasWan
nya si euceu mah, bikin gaduh wae da
MasWan
huh dasar si nini lebih parah dari nyi ronggeng ini mah, nyi ronggeng versi manusia nya
MasWan
wah sudah dimulai dendam arwah nyai sari
MasWan
wah sdh 10 atau 11 tahun terlewati nih sejak kejadian sari meninggal
MasWan
eh, nenek ipak dan mbah jarwo sdh mendiang?
MasWan
waw ini kelanjutan nya ya... asyik
Arsy Rhesy
Luar biasa
tundra mahkota
susah nih
FiaNasa
susah klau ngajak orang penakut,,bukannya perjalanan lancar malah begini jadinya
neng ade
mereka sengaja mengganggu perjalanan ustadz Salim dan Akhmad agar. tak busa sampai ke rumah abah Harun
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!