Aku di kenal sebagai gadis tomboy di lingkunganku. Dengan penampilanku yang tidak ada feminimnya dan hobby ku layaknya seperti hobby para lelaki. Teman-teman ku juga kebanyakan lelaki. Aku tak banyak memiliki teman wanita. Hingga sering kali aku di anggap penyuka sesama jenis. Namun aku tidak perduli, semua itu hanya asumsi mereka, yang pasti aku wanita normal pada umumnya.
Dimana suatu hari aku bertemu dengan seorang wanita paruh baya, kami bertemu dalam suatu acara tanpa sengaja dan mengharuskan aku mengantarkannya untuk pulang. Dari pertemuan itu aku semakin dekat dengannya dan menganggap dia sebagai ibuku, apalagi aku tak lagi memiliki seorang ibu. Namun siapa sangka, dia berniat menjodohkan ku dengan putranya yang ternyata satu kampus dengan ku, dan kami beberapa kali bertemu namun tak banyak bicara.
Bagaimana kisah hidupku? yuk ikuti perjalanan hidupku.
Note: hanya karangan author ya, mohon dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Orang Ketiga
Hari-hari berlalu, dan aku semakin merasa bingung dengan semua perasaan ini. Setiap kali aku mencoba mengklarifikasi hatiku, semakin banyak yang muncul di luar dugaan. Ada satu hal yang tak bisa kuabaikan, dan itu adalah perasaan Maya.
Maya, yang sebenarnya hanya teman sekelas Galaksi, memang bukan sahabat dekatnya. Tetapi, setiap kali aku bertemu dengannya di kampus, ada sesuatu yang terasa aneh. Aku sering menangkap pandangannya yang tajam, seolah-olah dia tidak suka dengan kedekatanku dengan Galaksi. Bahkan, baru-baru ini, dia datang ke kafe milikku dan mengungkapkan semuanya.
Aku dan Maya jarang berbicara, tapi ada hal yang harus aku akui, Maya sangat berbeda dariku. Dia selalu tampil feminin, dengan pakaian rapi dan penampilan yang sangat memperhatikan setiap detail. Sedangkan aku? Aku lebih suka tampil dengan gaya tomboy, kaos longgar, celana jeans, dan sepatu kets. Aku merasa nyaman dengan itu, dan itu adalah siapa diriku. Namun, bagi Maya, penampilanku yang seperti ini justru menjadi hal yang aneh.
Hari itu, aku duduk di kafe, mencoba merenung sambil menyesap kopi, saat pintu terbuka dan Maya masuk. Dia langsung menuju mejaku, tanpa senyum, tanpa sapaan yang biasa. Begitu dia duduk, aku merasa suasana langsung berubah.
"Aku nggak suka, Senja," kata Maya, langsung to the point.
Aku menatapnya dengan bingung. "Apa maksud kamu?" tanyaku, merasa tidak nyaman dengan nada bicaranya.
Maya menarik napas panjang, lalu berkata, "Aku nggak suka kamu dekat dengan Galaksi. Kamu tahu, kamu bukan tipe yang cocok untuknya. Lihatlah dirimu. Kamu selalu pakai kaos longgar dan celana jeans. Kalau Galaksi terus-terusan dekat dengan kamu, aku nggak bisa diam saja."
Aku terdiam, terkejut dengan kata-katanya. "Maya, kita hanya teman. Kamu nggak bisa memaksakan perasaanmu pada Galaksi. Aku nggak tahu dia merasa apa, tapi aku hanya ingin dia bahagia."
Maya mendengus, seolah tidak puas dengan penjelasanku. "Aku tahu, Senja. Galaksi hanya fokus sama kamu, dan itu membuat aku semakin tidak tahan. Aku menyukai Galaksi, dan aku tidak suka melihat dia dekat dengan kamu. Kamu tidak cocok dengan dia," lanjut Maya, kali ini dengan nada yang lebih tajam.
Aku merasakan ketegangan yang aneh, dan untuk pertama kalinya, aku merasa seolah-olah aku menjadi pusat dari persaingan. Aku tidak pernah merasa ada hubungan lebih antara aku dan Galaksi, namun Maya jelas menunjukkan perasaan yang berbeda. Dia menganggap aku sebagai hambatan dalam hubungannya dengan Galaksi.
"Maya, aku nggak tahu apa yang kamu rasakan, tapi aku dan Galaksi belum ada apa-apa," jawabku, berusaha untuk tetap tenang. "Kamu harus bicara langsung sama Galaksi, bukan sama aku."
Maya menatapku dengan tatapan tajam, lalu bangkit dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Aku hanya bisa terdiam di tempatku, berusaha mencerna semuanya. Perasaan Maya yang terpendam, cemburu, dan mungkin bahkan rasa ketidaknyamanan terhadap gaya hidupku yang berbedaz semua itu membuatku semakin ragu.
Namun, yang paling membuatku bingung adalah perasaan Galaksi. Aku tahu dia hanya menyukai aku, tetapi Maya jelas menganggap kami berdua tidak cocok. Aku merasa seolah-olah aku menjadi orang ketiga dalam kehidupan Galaksi dan Maya, meskipun kenyataannya tidak ada hubungan antara aku dan Maya. Semua ini menambah kebingunganku.
Aku mulai memikirkan kata-kata Maya yang lebih terdalam, terutama tentang penampilanku yang dianggapnya tidak cocok untuk Galaksi. Aku tidak pernah berpikir tentang itu sebelumnya, karena bagiku, penampilan bukanlah segalanya. Namun, bagi Maya, itu adalah salah satu hal yang tampaknya sangat penting.
Tapi, yang lebih membingungkanku adalah Galaksi. Apakah dia benar-benar melihat penampilanku seperti yang dikatakan Maya? Apakah dia menganggap aku cocok dengan dirinya atau malah sebaliknya? Aku tahu selama ini dia selalu mendukungku apa adanya, dan dia tidak pernah mempermasalahkan penampilanku yang jauh dari kata 'feminim'. Aku merasa seharusnya tidak perlu berpura-pura menjadi orang lain hanya untuk menyenangkan orang lain, termasuk Maya.
Aku memutuskan untuk merenung lebih lama. Maya jelas tidak menyukai kedekatanku dengan Galaksi. Mungkin dia merasa terancam, karena dia sudah menyukai Galaksi lebih lama, sepertinya. Aku tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi, tapi aku juga tidak bisa mengabaikan perasaan Maya begitu saja. Aku ingin mendengarkan pendapat Galaksi tentang semua ini. Aku ingin tahu apakah dia benar-benar ingin aku menjadi bagian dari hidupnya, meskipun aku tahu aku tidak sesuai dengan ekspektasi banyak orang.
Tak lama kemudian, aku menerima pesan dari Galaksi. “Senja, aku baru saja selesai tugas kampus. Ada waktu nggak? Kita bicara sebentar.”
Hati aku berdebar. Meskipun aku tahu dia hanya ingin mengobrol, aku tidak bisa menahan kegelisahan. Aku tidak ingin memperburuk keadaan dengan Maya, tetapi aku juga tidak ingin terus-terusan mengabaikan apa yang aku rasakan. Aku ingin tahu pasti apa yang dia inginkan dariku.
Aku membalas pesannya, “Ada, Galaksi. Kita ketemu di kafe, Aku akan menunggumu.”
Begitu pesan terkirim, aku merasa sedikit lebih tenang. Mungkin, percakapan dengan Galaksi akan memberikan kejelasan lebih tentang semuanya. Apakah dia benar-benar menyukaiku, atau apakah dia hanya merasa kasihan padaku? Aku tidak tahu, tapi aku berharap percakapan ini bisa memberikan jawaban.
To Be Continued...
apa yg dikatakan Senja benar, Galaksi. jika mmg hanya Senja di hatimu, tidak seharusnya memberi Maya ruang dalam hidupmu. padahal kamu tahu betul, Maya jatuh hati padamu.
Tidak bisa menjaga hati Senja, berarti kesempatan lelaki lain menjaganya. jangan menyesal ketika itu terjadi, Galaksi