NovelToon NovelToon
Demi Menjaga Kewarasan

Demi Menjaga Kewarasan

Status: sedang berlangsung
Genre:Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Zia Ni

Jelita Putri Maharani adalah seorang perempuan cantik berumur 27 tahun yang menjadi piatu sejak dia masih duduk di kelas V SD.

Suatu ketika, papa Jelita sakit keras dan sebelum meninggal dia meminta putri kesayangannya itu untuk menikah dengan Rico Putra Permana, pria tampan berumur 30 tahun anak dari sahabat papanya dengan maksud agar Jelita ada yang menjaga.

Namun siapa sangka, 2 bulanan setelah pernikahan, Jelita mulai melihat sifat asli suami, mertua dan adik iparnya yang membuat emosi Jelita makin lama makin naik.

Bagaimanakah kisah selengkapnya? Yuk simak novel ini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 4 Harus Tegas

"Bik Sum, panggilkan Rico dan Sisca untuk turun ke bawah," perintah Dewi pada Bik Sumi tapi langsung dicegah oleh tangannya Jelita saat ART nya itu akan beranjak.

"Biar turun sendiri Bik Sum, nanti jadi kebiasaan."

Melihat sikap menantunya yang sengaja menentangnya, Dewi pun kembali merasa kesal. Dengan terpaksa, wanita berumur 48 tahun itu bangkit berdiri lalu melangkah menuju ke lantai atas untuk memanggil kedua anaknya.

Sepeninggal Bik Sumi yang membawa nampan berisi nasi, sayur, lauk dan buah, turunlah Dewi dengan diikuti Rico dan Sisca dari lantai atas.

"Tadi siang bukannya Ibuk sudah nyuruh Bik Sum untuk goreng ayam ya, kok lauknya tetep gak ada ayam gorengnya sih?" sungut Sisca begitu sudah berdiri di dekat meja makan tapi kakinya langsung ditendang pelan oleh ibunya sebagai isyarat.

Mendapat tendangan dari ibunya, Sisca hanya menoleh sebentar pada wanita tersebut lalu langsung meletakkan pantatnya di atas kursi. Sementara itu, Jelita yang tidak menggubris omongan adik iparnya, langsung mencedok nasi, sayur serta mengambil lauk kemudian segera memakannya.

"Bik Sum atau Wati mana Buk? Aku lagi pingin minum yang anget-anget nih," sepertinya otak Sisca agak bermasalah hingga membuat dia tidak peka dengan situasi.

"Bik Sumi dan Wati juga sedang makan malam," sahut Dewi seraya mencedok sayur lalu meletakkannya di piring makannya.

"Bukannya pembantu itu biasanya makan setelah majikannya selesai makan ya?" untuk kedua kalinya kaki Sisca mendapat tendangan pelan dari ibunya.

"Kamu kalau mau makan ya makan saja Sis, jangan kebanyakan rewel," tegur Rico yang mulai merasa jengkel dengan mulut adiknya yang berisik.

Tanpa banyak cakap lagi sambil gondok, Sisca pun mulai menyuapkan makanannya ke dalam mulutnya.

Selama lebih dari 20 menit suasana ruang makan menjadi hening karena semuanya sedang menikmati makanan mereka.

"Kamu mau ke mana, Sis?" tanya Jelita ketika melihat adik iparnya akan beranjak dari ruang makan.

"Mau kembali ke kamar, Mbak. Aku capek, mau istirahat," gadis itu merasa heran dengan pertanyaan kakak iparnya yang dianggap aneh.

"Cuci dulu perkakas bekas makanmu," perintah perempuan cantik tersebut tanpa merasa takut sekalipun di depan mertuanya.

"Kan ada pembantu, Mbak. Apa gunanya pembantu dibayar kalau gak disuruh kerja," sahut Sisca dengan entengnya.

"Yang bayar gaji ART siapa? Kamu? Keluargamu?" lanjut Jelita dengan sepasang matanya belum beralih dari adik iparnya.

Pertanyaan tajam Jelita barusan berhasil membuat anggota keluarga Baskoro merasa tersindir, tanpa berbantah lagi Sisca pun segera mengambil perkakas bekas makannya lalu mencucinya di wastafel dengan hati mengumpat.

Setelah kegiatan makan malam bersama selesai, Rico kembali naik ke lantai atas lalu mengetuk pintu kamar adiknya.

"Ada apa, Mas?" Sisca pura-pura bertanya sekalipun dia sudah punya firasat bakal ditegur kakaknya gegara masalah di ruang makan tadi.

"Sis, lain kali kalau kamu ngomong sama Mbak Jelita mulutmu mbok ya diatur gitu lo. Malu-maluin keluarga kita saja tahu," kata Rico dengan suara pelan.

"Iya Mas iya, tadi memang Sisca yang salah," gadis itu terpaksa mengakui kesalahannya namun hanya di bibirnya saja, karena dia sedang gak mood mendengar ceramahnya Rico yang biasanya cukup panjang.

"Awas ya kalau kamu ulangi lagi."

Setelah berkata demikian, Rico beranjak dari depan kamar adiknya dengan diiringi cibirannya Sisca.

Keesokan harinya jam 4.22 pagi...

Tampaklah Jelita sedang berbelanja di pasar besar dengan ditemani suami dan ibu mertuanya.

"Ta, Ibuk kok kepingin makan soto daging yang enak ya. Mampir makan ke warung soto daging dulu yuk, Ta," karena kemarin malam terjadi sedikit masalah di ruang makan, nada bicara Dewi sengaja dibuat melunak tapi penyakit tidak tahu dirinya masih tetap saja tidak berubah.

"Ibuk ngajak makan Mas Rico saja. Jelita gak selera kalau makan sepagi ini," sahut perempuan cantik itu terang-terangan.

"Ric, temeni Ibuk makan soto daging di warung yuk," Dewi ganti merajuk pada anak lelakinya.

"Memangnya Ibuk punya uang untuk beli soto dagingnya?" tanya pria berumur 30 tahun tersebut.

"Ya pake uang kamu lah Ric, kamu kan anaknya Ibuk, masa' Ibuk disuruh nraktir kamu sih," gerutu istrinya Baskoro.

"Rico gak bawa uang sama sekali, Buk," sahut pria itu apa adanya.

"Yang bener?" Dewi masih belum percaya.

"Beneran Ibuuk," balas Rico agak kesal.

"Ta, Ibuk boleh pinjem duit 100 ribu gak? Nanti biar diganti Rico waktu gajian. Ibuk bener-bener pingin makan soto daging lo ini," maksud tersembunyi Dewi akhirnya terbukti, seperti yang sudah diprediksi oleh Jelita.

"Jelita hanya bawa uang pas-pasan Buk, nih lihat tinggal 50 ribu. Ini saja untuk beli perbumbuan yang persediaannya sudah menipis di rumah," kata perempuan cantik tersebut sambil memperlihatkan selembar uang berwarna biru pada ibu mertuanya yang diambilnya dari saku bajunya.

Menghadapi kenyataan seperti itu Dewi merasa kecewa berat dan terpaksa menunda keinginannya untuk makan soto daging.

Karena semua barang belanjaan sudah dibeli, ketiga orang itu pun kembali ke parkiran lalu meletakkan semua barang belanjaan di bagasi mobil.

"Ta, besok Minggu liburan bareng yuk, ke pegunungan lihat kebun sayur atau ke pantai mana gitu. Rasanya sudah lama banget Ibuk gak healing," kata Dewi setelah mobil yang mereka tumpangi baru meninggalkan pasar besar.

"Jelita masih belum tahu Buk bisa apa gak," sahut perempuan itu dengan malas karena sudah bisa menebak bakal kemana arahnya.

"Ya diusahain lah Ta, sekalian supaya kamu bisa berduaan dengan Rico, biar kalian tambah akrab gitu, kan Ibuk juga keburu pingin momong cucu," jurus istrinya Baskoro mulai keluar.

Karena malas menanggapi omongan ibu mertuanya, Jelita tidak memberi respon yang untuk kesekian kalinya membuat Dewi merasa kesal.

"Menu sarapan nanti apa, Mbak?" tanya Bik Sumi sambil memasukkan beberapa macam sayur mayur ke dalam kulkas.

"Aku pingin ayam goreng Bik Sum, sambel tomatnya jangan lupa ya," celetuk Dewi tanpa merasa malu.

"Tahu telur saja Bik, ayamnya untuk lauk makan malam saja," jawab Jelita tanpa mempedulikan keinginan ibu mertuanya yang makin ngelunjak, padahal keluarganya gak modal sama sekali untuk urusan makanan termasuk Rico yang terbilang pelit.

"Siap, Mbak."

Merasa permintaannya tidak digubris lagi oleh menantunya, Dewi pun langsung meninggalkan ruang makan dengan kesal lalu masuk ke dalam kamar untuk melanjutkan tidurnya.

"Bu Dewi kayaknya marah tuh, Mbak," bisik Bik Sumi.

"Biarkan saja Bik. Kalau dituruti nanti makin ngelunjak. Tadi saja waktu belanja di pasar dia mau minjem duit aku 100 ribu gegara pingin makan soto daging di warung," balas Jelita dengan berbisik juga.

1
Saad Kusumo Saksono SH
bagus
Kezia Suhartini: trimakasih untuk apresiasinya... 🙏
total 1 replies
Idahas 3105
sdh numpang gak mau bantu2 lagi
Idahas 3105
beuhhh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!