Aruni sudah sangat pasrah dengan hidupnya, berpikir dia tak akan memiliki masa depan lagi jadi terus bertahan di kehidupan yang menyakitkan.
"Dasar wanita bodoh, tidak berguna! mati saja kamu!" makian kejam itu bahkan keluar langsung dari mulut suami Aruni, diiringi oleh pukulan yang tak mampu Aruni hindari.
Padahal selama 20 tahun pernikahan mereka Arunilah sang tulang punggung keluarga. Tapi untuk apa bercerai? Aruni merasa dia sudah terlalu tua, usianya 45 tahun. Jadi daripada pergi lebih baik dia jalani saja hidup ini.
Sampai suatu ketika pertemuannya dengan seseorang dari masa lalu seperti menawarkan angin surga.
"Aku akan membantu mu untuk terlepas dari suamimu. Tapi setelah itu menikahlah denganku." Gionino.
"Maaf Gio, aku tidak bisa. Daripada menikah lagi, bukankah kematian lebih baik?" jawab Runi yang sudah begitu trauma.
"Kamu juga butuh seseorang untuk menguburkan mu Runi, ku pastikan kamu akan meninggal dalam keadaan yang baik."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LFTL Bab 12 - Temani Aku Bertemu Ibumu
Malam yang penuh dengan kesedihan akhirnya berlalu, baik Aruni atau pun Adrian sama-sama tak ingin terus terpuruk dalam kesedihan yang diciptakan oleh Hendra.
Adrian justru berpikir sekarang lah saatnya mereka bangkit, mengukir kenangan indah sendiri tanpa sang ayah lagi.
Pagi-pagi sekali Adrian mengantarkan tas baju milik sang ibu ke rumah bude Yanti, ponsel dan juga dompet sang ibu yang masih tertinggal.
Setelahnya Adrian langsung bersiap-siap pergi ke sekolah seperti biasa.
Sementara Hendra masih tidur dengan nyenyak, seolah semalam tak pernah terjadi apa-apa. Justru merasa senang karena sudah mengusir Aruni dari rumah ini, wanita buruk rupa itu tidak akan lagi menganggu pandangannya.
"Mbak, aku titip tas ku dulu ya. Aku akan cari kos-kosan yang harganya murah," ucap Aruni, setelah membantu Yanti membersihkan rumah dan sarapan, Aruni hendak pamit.
Tadi Aruni juga sudah memberi Adrian uang untuk pegangannya. Untuk makan di sekolah karena Adrian menolak sarapan di rumah bude Yanti.
"Kenapa tidak tinggal di sini saja Mbak? Lagipula aku hanya sendirian di sini."
"Tidak Mbak, aku tidak ingin semakin merepotkan mbak Yanti. Meskipun tinggal sendiri tapi anak-anak mbak Yanti sering berkunjung, aku takut mereka jadi tidak nyaman."
"Itu hanya pikiranmu saja Mbak, mereka pasti senang karena aku jadi ada temannya."
Aruni tersenyum kecil. "Terima kasih Mbak, tapi disini terlalu dekat dengan mas Hendra," jawab Aruni.
Dan untuk alasan kali ini Yanti tak mampu mengelaknya lagi.
Sebelum benar-benar pergi untuk mencari kos-kosan, Aruni masih menyempatkan diri untuk bekerja. Tiba-tiba ada seseorang yang membutuhkan tenaganya untuk menyetrika baju.
Menjelang siang saat jam pulang sekolah, Adrian lama sekali duduk di kursinya. Padahal semua teman-temannya mulai meninggalkan kelas tersebut.
Adrian menatapi kartu nama berwarna hitam milik Gionino Abraham, kembali bertanya-tanya haruskah dia menghubungi pria ini? Sementara sebelumnya Adrian belum sempat membicarakannya pada sang ibu.
Pada dasarnya pria tersebut adalah orang asing untuk Adrian, hal inilah yang membuatnya selalu merasa ragu.
Apalagi kemarin kata tuan Gio beliau ingin sang ibu dan ayahnya bercerai, lalu kini tanpa perlu bantuan pria itupun kedua orang tuanya memang benar-benar telah berpisah.
'Tidak, aku tidak perlu menghubungi pria ini. Aku dan ibu bisa menyelesaikan semuanya sendiri,' batin Adrian, akhirnya bulat tekadnya untuk tidak menghubungi pria tersebut.
Lagipula Adrian tak ingin dicap memanfaatkan seseorang hanya untuk kepentingan sendiri.
Terlebih tuan Gionino bukanlah orang biasa, pria itu bahkan mengendalikan sebuah perusahaan besar.
Ingat latar belakang tuan Gio, membuat Adrian semakin yakin bahwa keputusan sudah benar, yaitu tidak perlu menghubungi tuan Gionino.
"Adrian, orang yang menemui kamu kemarin datang lagi ke sini, cepatlah keluar!" ucap salah satu teman Adrian.
Deg! jantung Adrian sampai berdenyut saking terkejutnya.
"Benarkah?"
"Iya! Cepat, pria itu sudah jadi tontonan anak-anak."
Diantara rasa tidak secara akhirnya Adrian meninggalkan kelas. Berjalan menuju gerbang sekolah dan benar-benar melihat tuan Gionino kembali datang ke sini.
Jantungnya makin berpacu tak karuan.
"Adrian!" panggil Gionino, sebuah panggilan yang memperjelas bahwa kedatangannya memang untuk bertemu dengan Adrian. Bukan anak yang lain.
"Pak Gio," sapa Adrian, dia tidak tahu harus bicara apa lagi.
"Ayo ku antar pulang."
"Tapi ..." ucapan Adrian terjeda.
"Masuklah dulu ke dalam mobil, kita bisa bicara di dalam." Gio bahkan langsung membukakan pintu mobilnya untuk Adrian.
Mau tak mau akhirnya Adrian masuk ke dalam mobil tersebut. Tidak enak jika tak menurut apalagi kemarin dia telah menerima pemberian tuan Gionino.
Bahkan berkat tuan Gio, dia dan sang ibu bisa makan enak meskipun setelahnya ada perrang hebat.
Beberapa teman Adrian yang melihat penasaran sekali siapa pria kaya raya itu, punya hubungan apa pria kaya raya itu dengan Adrian?
"Maaf Pak, sepertinya kita tidak perlu bertemu lagi," ucap Adrian, dia bicara disaat mobil mulai melaju.
"Kenapa kamu bicara seperti itu?"
"Ibu dan papaku sudah bercerai," jawab Adrian singkat, dia tak ingin bicara panjang lebar. Terlebih ini adalah masalah keluarganya, tak sepatutnya tuan Gio tahu.
Adrian hanya perlu menyampaikan inti permasalahannya.
Mendengar jawaban Adrian, Gio tentu cukup terkejut. Seolah jalannya untuk bersama dengan Aruni dipermudah oleh Tuhan.
"Lalu dimana ibumu sekarang?"
"Menumpang tempat salah satu tetangga."
"Kamu masih tinggal di rumah ayahmu?"
"Iya, ibu ingin aku tetap tinggal di sana."
Otak Gio langsung berputar mencari cara bagaimana membantu Aruni tanpa mengalami penolakan oleh wanita itu.
Meskipun hidup serba kekurangan, Gio sangat yakin Aruni akan tetap melindungi harga dirinya.
"Aku akan memberi ibumu pekerjaan, jadi pembantu di sebuah rumah. Ibumu dan kamu juga bisa tinggal di rumah itu. Kamu tidak perlu lagi tinggal bersama papamu. Apa kamu mau?" tanya Gionino. Dia ucapkan dengan sungguh-sungguh.
Namun Adrian terdiam, tak bisa langsung menjawab. Mana mungkin dia mengambil keputusan penting ini sendiri, segala sesuatunya harus atas persetujuan sang ibu.
"Maaf Pak, aku tidak bisa memutuskannya. Bagaimana jika Bapak bertemu langsung saja dengan ibu?"
Gionino terdiam sebentar, "Temani aku bertemu ibumu, jika hanya bertemu berdua dia pasti akan menolak niat baikku."
cerita ortunya d novel mana
do'akan saja pak mereka bisa bersatu dan bahagia.. entah lah org tua Gio masih ada atau ga ya??? sebab sekarang kan sdh 45 tahu.. waktu temen2nya masih baru2 nikah kek nya masih ada sih ya kak???
menjadi pembeda dari sekian banyaknya cerita yang ada
suka sekali dengan lika liku alur ceritanya
very nice to read 👍
wes pokoke Iki Jan kisah nyata jaman aku cilik, bedanya bapak sayang anak, gak bejat kek Bapake Adrian.
Lunoxs 💋💋💋💋💋
aku nek pas lagi jalan trus beli makanan selalu tak bungkus, sebab nek wes nyampe di rumah iso tak tambahin nasi lagi biar bisa wareg di makan bersama anak² 🤣🤣
Semangat ya Gio untuk mendapatkan hati Aruni lagi😊