Pacaran bertahun² bukan berarti berjodoh, begitulah yang terjadi pada Hera dan pacarnya. Penasaran? Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ☆☆☆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB DUA PULUH ENAM
"Alhamdulillah akhirnya selesai juga acara di rumah." gumam sang ibu ketika tamunya sudah pulang. Sebagian pulang duluan terutama keluarga, yang membantu bersih-bersih tetangganya.
Ibu merebahkan badannya di atas kasur bersama sang suami, waktu sudah menjelang malam. Dia bersyukur anaknya sudah besar semua, meski Udin hanya tamat SMA.
"Alhamdulillah, Hera tinggal cari kerja bu." jawab ayah Rahim. Dia berpikir untuk masa depan Hera, berbeda jika laki-laki akan membawa isterinya untuk tinggal bersama mereka.
"Iya yah, biarlah dia bekerja dulu sebelum menikah. Jangan sampai kalau sudah menikah tidak bekerja lagi." ujar sang ibu Ros merasa khawatir.
"Apakah Hera punya pacar bu?" tanya ayah Rahim tiba-tiba, sehingga membuat Ibu Ros menatap ayah Rahim penuh curiga. "Kenapa menatap ayah begitu bu?" tanya ayah Rahim heran.
"Ayah tumben, mau tahu urusan Hera!" ujar sang ibu, padahal selama ini ayah Rahim hanya sibuk kerja dan kerja. Untuk urusan anak selalu diserahkan pada sang isteri.
"Ayah berencana mengenalkannya dengan anak sepupu ayah bu." ucap Ayah Rahim, dia menatap langit kamar, seolah membayangkan kekerabatan mereka kembali terjalin ketika menjadi besan.
"Ibu sudah curiga." helaan nafas kasar terdengar keluar dari mulut sang isteri. "Kalau soal pacar. Waktu kuliah Hera pernah pacaran sama temannya yang biasa kesini. Namanya..... Ibu lupa yah!" jawab ibu jujur.
"Kalau untuk satu tahun terakhir kayaknya tidak ada pacar Hera ayah, tapi ibu juga gak tahu pasti yah." imbuhnya. "Nanti ibu tanya Hera lagi." ucap sang isteri yang menjadi penengah antara ayah dan anak kalau masalah cinta.
"Siapa bu? Bukan Hasyim atau Rudi? Kan mereka juga biasa kesini." cecar sang suami. Dia menatap isterinya curiga. Bukan hanya sang isteri bahkan suami pun curiga.
"Mereka itu sahabat sejak kecil ayah!" sangkal sang ibu. "Meski Hera suka sama Hasyim." jawabnya lirih. Ternyata suaminya mendengar ucapan ibu Rosita.
"Jadi benar? Ada cinta diantara mereka bu?" sahut ayah Rahim cepat. Ibu Rosita menoleh ke arah suaminya, sehingga mereka saling tatap. "Jujur sama ayah ibu." ucapnya pelan.
"Iya ayah. Tapi sayang hanya Hera yang mencintai ayah." jawab ibu sendu. "Padahal ibu suka jika Hasyim jadi menantu, kan dekat! Hasyim juga baik, sabar, penurut, dia juga keren." ujar sang ibu penuh mengagumi.
"Jangan macam-macam bu!" ucap ayah Rahim cepat. Mungkinkah jika ayah Rahim cemburu? Tidak mungkin kan!?
"Ayah-ayah. Ibu kan hanya mengaguminya untuk calon mantu yah!" ujarnya pelan. Suaminya sudah tua masih saja cemburu! "Mana ada laki-laki yang masih tertarik dengan wanita seperti ibu ini." gerutu ibu Rosita.
"Kasihan Hera cinta sendirian." ujar sang ayah. "Kalau begitu kita jodohkan saja Hera sama anak sepupu ayah bu." ujar ayah Rahim semangat.
"Iya ayah, nanti ibu tanya Hera pelan-pelan ayah. Dia kan mau cari kerja dulu." peringat sang isteri. Ayah mengangguk setuju. Kemudian mereka tidur setelah mengakhiri percakapan.
Beberapa hari berlalu akhirnya Hera mendapat panggilan dari rumah sakit SG di Kota P. Sebagai perawat perempuan yang bertugas di siang hari mulai pukul 08.00 hingga pukul 16.00.
"Paket.... Permisi...." ucap Kurir dari Kantor Pos yang bertugas mengantar paket. Setelah memanggil dan menunggu sekitar dua menit muncullah Hera.
"Iya pak. Paket apa ya?" tanyanya heran, padahal dia tidak pernah memesan barang online. Dia segera berlari keluar menemui kurir tersebut untuk bertanya langsung.
"Ini Mbak, dari Rumah Sakit." jawabnya. "Tanda tangan disini dulu Mbak." imbuhnya menyerahkan selembar kertas untuk diparaf oleh sang penerima.
"Terima kasih pak." usai menerima paketnya dan menandatangani Hera mengucapkan terima kasih. Dia penasaran ingin segera membuka paket tersebut.
"Sama-sama Mbak. Permisi." pamit kurir lalu pergi meninggalkan rumah Hera. Untuk melanjutkan pekerjaannya tentunya! Hera masuk ke dalam rumah dengan rasa penasaran.
Hera buru-buru masuk dan duduk di ruangan depan televisi. Perlahan tapi pasti dia buka paket amplop berwarna coklat yang bertuliskan Rumah Sakit SGP.
"Alhamdulillah akhirnya Hera lulus." gumamnya pelan dengan senyum mengembang. Tiba-tiba ibu muncul dari dapur, mendekat pada Hera karena penasaran dengan apa yang Hera bawa.
"Apa itu nak?" tanya Ibu Ros. Ibu duduk disamping Hera. Hera tersenyum sambil menyerahkan selembar kertas yang dikirim dari rumah sakit.
"Alhamdulillah nak, rezekimu memang. Baru selesai wisuda langsung kerja. Selamat nak." ujar ibu bangga pada anaknya. Dia bahkan menyampaikan dengan para tetangga, serta teman pengajiannya.
"Iya bu. Terima kasih atas doa tulus ibu dan ayah. Aku bangga jadi putri kalian." ujarnya manja. Esok hari Hera harus melakukan wawancara kerja dan meminta restu pada sang ibu.
"Besok wawancaranya bu, mohon doanya ya." Niat hati membuat syukuran dengan memanggil ketiga sahabatnya saja.
"Iya nak. Semoga lulus nak. Kerja yang benar nak, harus bisa dipercaya, sukses selalu sayang." ujar ibu Rosita sambil mengecup kening Hera berulang.
"Terima kasih banyak ibu-ku, tidak ada yang bisa ku berikan selain ucapan terima kasih ibu. Ibu sehat dan bahagia selalu ya!" doa Hera tulus dengan wajah sendu penuh haru.
"Tentu nak, ibu akan bahagia. Yang ibu minta jadilah anak yang baik sayang. Doa ibu selalu buat putra putri ibu, bahagia selalu anak-ku." jawab ibu sambil tersenyum hangat.
Malamnya Hera belajar untuk persiapan wawancara besok. Dia begitu bersemangat, bahkan hampir lupa dia mengabari sahabatnya.
"Ya Allah. Hampir lupa ngabari the gank." Hera ambil ponselnya untuk memberi kabar kepada ketiga sahabatnya.
"[Hai para sohib-ku, apa kabar? Mohon doanya supaya aku lulus tes wawancara besok]" pesan terkirim ketiga sahabatnya yaitu Rika, Rudi, dan Hasyim.
"Semua aktif nih." gumam Hera pelan, pada zaman mereka menggunakan aplikasi BBM. Hera menunggu beberapa menit kemudian ada balasan dari Rika.
"[Selamat Hero, akhirnya menyusulku bekerja. Eh, diterima dimana?]" balasan Rika cepat karena penasaran. Hera cemberut membaca pesan Rika.
"[Hero Hero! Hore sekalian Royco. Hera namaku tuh! Aku diterima di rumah sakit SGP. Nanti kalau lulus wawancara pulang ya kita buat acara]" balas Hera cepat.
Dia kesal pada Rika yang asal banget kalau ngomong. Tapi memang asyik sih! Hera menunggu balasan dari kedua sahabat lainnya.
"Mereka sibuk kali ya!" gumamnya pelan. Tidak berselang lama ada balasan dari Rika lagi. Hera tidak melanjutkan belajarnya karena menunggu balasan teman-temannya.
"[Wah keren tuh, mau dong kerja disana juga!]" balas Rika. Dia sedang santai makanya bisa berbalas pesan dengan Hera.
"[Iya Ka, nanti aku info kalau ada lowongan disana]" jawab Hera cepat. Obrolan selesai karena di tempat Rika hilang jaringan. Musim hujan telah tiba, sehingga jaringan mudah terputus.
cocok