Ana, istri yang ditinggal merantau oleh suaminya. Namun, baru beberapa bulan ditinggal, Ana mendapatkan kabar jika suaminya hilang tanpa jejak.
Hingga hampir delapan belas tahun, Ana tidak sengaja bertemu kembali suaminya.
Bagaimana reaksi suaminya dan juga Ana?
Yuk, ikuti kisahnya dalam novel berjudul AKU YANG DITINGGALKAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyemangati Diri Sendiri
Sahil masih saja bertahan, walaupun tubuhnya sudah merasakan beberapa pukulan dari Jefri.
"Walaupun kalian membunuhku, kenyataan yang kalian lelaki rusak tetap akan disematkan." kekeh Sahil.
"Siapa? Siapa yang berani menyematkannya? Disini, hanya kamu satu-satunya orang yang tahu akan hal itu. Jadi, jangan salahkan kami, jika kami akan melenyapkan mu." Jefri emosi.
"Kita bawa dia ke tempat lain. Bahaya kalo disini." ujar Firman.
Dengan menggunakan salah sepeda motor milik pekerja lainnya. Sahil yang lemah di naikan ke motor tersebut. Dia dibawa kebawah jembatan yang sangat jarang dilewatin warga.
Disana, dia kembali disiksa. Apalagi, saat Sahil mengancam akan memberi tahu warga tentang kelakuan busuk kedua iparnya.
Jefri yang kalap dan emosi malah mencari batu. Kemudian dia menghantam batu tersebut ke kepala Sahil. Dan Firman sendiri malah menendang tubuh Sahil dengan keras.
Saat itulah, Sahil pingsan dan tidak sadarkan diri.
"Biarkan Sahil mati disini. " ujar Firman. Kemudian mereka meninggalkan Sahil yang mengeluarkan begitu banyak darah.
Saat tiba di penginapan, mereka mengatakan jika Sahil baru saja diantar ke terminal.
Dan teman-teman disana banyak yang percaya. Apalagi, mereka mengira jika Sahil tidak nyaman bekerja disana. Karena setiap kali mereka berpesta Sahil selalu saja tidak ikut dan memilih untuk menyendiri.
"Biarkan dia pulang. Dia juga tidak asyik untuk diajak kumpul-kumpul." kekeh kepala tukang dan di sambut gelak tawa lainnya.
Kepergian Sahil bahkan tidak menjadi pertanyaan bagi rekan sesama tukang. Padahal, mereka melihat jika barang-barang Sahil masih ada. Namun, mereka mengira jika Sahil akan kembali lagi nantinya.
Bahkan sehari-hari Firman dan Jefri menjalankan hidupnya untuk lebih tenang. Dan saat pulang pun, mereka sepakat untuk membelikan jamu agar wanita dengan keterbelakangan mental itu bisa gugur kandungannya.
Benar saja, saat pulang kampung. Keduanya kembali membobol jendela kamar perempuan yang hanya tingga dengan seorang ibu yang usia lanjut. Mereka merayu perempuan itu dengan memberikan minuman itu.
Tak lupa mereka melakukannya sekali lagi. Dan perempuan tersebut kembali terbuai dengan rasa nikmat yang tidak terkira.
Berita tentang wanita itu keguguran sampai juga ke telinga keduanya. Mereka pun puas dengan apa yang terjadi.
Setidaknya tidak ada lagi bukti, yang mengarahkan ke mereka.
"Kita pulang aja bang, nanti kita pikirkan apa yang harus kita lakukan untuk Sahil." ungkap Jefri turun dari balai. Dan diikuti oleh Firman.
Firman dan Jefri dikenal sebagai warga yang baik. Dia juga merupakan suami yang bertanggung jawab, serta ayah yang baik untuk anak-anaknya.
Namun, karena takut citra yang dibangun hancur karena Sahil, makanya mereka tega membunuh Sahil. Tanpa mereka kira, ternyata Kinan datang disaat yang tepat. Membantu Sahil, sehingga dia sadar, walaupun lupa ingatan.
Arkan baru tiba di rumah saat malam. Dia melihat Ana dan Kayla yang sama-sama termenung.
"Kenapa?" tanya Arkan duduk di depan ibunya.
"Maafkan ibu, ibu memilih untuk berpisah dengan ayahmu." lirih Ana menatap Arkan.
Kayla yang sudah tahu terlebih dahulu malah tidak mempermasalahkannya, karena selama ini pun dia tidak pernah terlibat dengan sosok Sahil.
"Ibu mundur begitu saja?" Arkan tidak percaya.
"Tidak ada cinta dimata ayahmu untuk ibu. Ibu hanyalah, sebagai orang asing yang baru dikenalnya." ucap Ana tersenyum getir.
Arkan memeluk ibunya, andai saja ibunya tahu. Pelaku yang sebenarnya ternyata hidup dengan aman dan nyaman. Andai aja ibunya tahu, abang-abangnya lah, yang penyebab kehilangan sosok suami bagi ibunya dan juga ayah untuknya serta Kayla.
"Ibu, boleh aku minta sesuatu?" tanya Arkan penuh harap.
"Katakan lah ..." sahut Ana.
"Tolong jangan pernah beri alamat ayah pada uwak. Apapun alasannya!" seru Arkan.
"Kenapa?" tanya Kayla. Pertanyaan yang muncul secara tiba-tiba. Bahkan dia sendiri, menyesali mulutnya yang gampang mengeluarkan suara.
Arkan melihat Kayla sekilas. Dia sadar, terjadi perubahan raut wajah pada Kayla. Apalagi, Kayla langsung menunduk saat mata mereka bertatapan.
"Aku gak mau, jika uwak benar-benar memberi ayah pelajaran. Karena bagaimana pun, disini ayah tidak salah. Bahkan kita juga tidak bisa menyalahkan istrinya. Karena sejatinya dia juga tidak tahu masa lalu ayah." jelas Arkan menatap kedua wanita didepannya.
"Yang paling disalahkan disini adalah, orang-orang yang ingin mencelakai ayah. Mereka yang patut disalahkan. Karena yang tega memisahkan istri dengan suami, serta ayah dengan anak-anaknya." lanjut Arkan.
"Kamu benar Arkan, kita tidak bisa menyalahkan istrinya. Karena dia juga penyelamat. Kesalahannya hanya satu, yaitu memanfaatkan ayahmu." lirih Ana menepuk bahu Arkan.
Sahil dan Kinan sudah tiba di rumah. Karena hari sudah malam, mereka pun langsung memasuki kamar. Dan Nara sendiri sudah tertidur semenjak dalam perjalanan.
"Maafkan aku, karena menyeret mu dalam masalah." ujar Sahil pada Kinan yang menyelimuti Nara.
"Tidak, kamu tidak bersalah bang. Bahkan jika semua anggota keluargamu membenciku pun, aku rela." lirih Kinan, kembali teringat perkataan adik Fatimah padanya.
Iya, tanpa sengaja Kinan mendengar, Ida mengatakan jika ia masih sangat berharap jika Ana lah, yang menjadi pendamping Sahil. Karena, mungkin dengan Ana, Sahil bisa sedikit lebih cepat memulihkan ingatannya. Bukan dengan Kinan.
Apalagi, secara fisik pun Ana terlihat lebih cantik dari Sahil. Dan juga anak-anak Ana lebih cantik dibandingkan anak Kinan.
Hati Kinan tentu saja mencolos kala yang dibandingkan adalah anaknya. Namun, dia bisa apa? Dia bahkan tidak berani menjawab perkataan mereka.
"Tapi, aku kasihan sama mbak Ana bang? Seharusnya akulah yang pergi." ungkap Kinan.
"Tidak, kamu tidak boleh pergi. Jika kamu pergi, bagaimana dengan Nara? Dia butuh kamu sebagai ibunya." ujar Sahil memegangi tangan Kinan.
"Mungkin kami tidak berjodoh, makanya Tuhan mempertemukan kita." lirih Sahil kemudian.
Keduanya pun saling memeluk, dan akhirnya mereka pun melakukan ritual suami istri.
Sedangkan di tempat lain, Ana meratapi hidupnya. Dia yang setia, dia pula yang terluka.
"Kamu harus bangkit Ana, bukankah, anak-anak hanya mempunyai kamu sebagai orang tuanya? Jadi, kamu harus bisa Ana." gumam Ana menyapu air matanya.
"Akan aku buktikan, jika aku bisa hidup tanpa bayang-bayang dari bang Sahil. Akan ku buktikan pada dunia, bahwa aku bisa melupakan semuanya." ujar Ana menyemangati dirinya sendiri.
Tanpa Ana sadari, Kayla mengintip ibunya dengan senyuman penuh arti. Dan dia sendiri juga berjanji akan menjalani hari seperti biasanya. Sama, seperti sebelum dia mengenali ayahnya.
ana yg tersakiti,Kinan yg menikmati
dan si Jefri dan firman perlu di ruqyah 😁😁