Kalila Maizah, seorang gadis yang bercita-cita ingin menikah dengan seorang bule. Saat bermain Instagram, diberanda nya lewat unggahan seorang pengusaha bersama rekannya. Maizah yang pada dasarnya pecinta cowok ganteng langsung gercep mencari Instagram si bule ganteng yang ada di dalam unggahan itu.
Maizah tidak nyangka bahwa dia diikuti balik oleh bule itu! Bahkan dia minta untuk ditampar oleh temannya saking tidak percayanya.
Bagaimanakah kisah Maizah selanjutnya? Bagaimana dia bisa mendapatkan cita bule itu? Mampukah dia mewujudkan impian untuk menikah dengan bule?
Saksikan kisah nya dengan membaca cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mawar Jk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 30
"Ada apa, honey? Dari tadi kamu melamun," bisik Arvid, suaranya hangat dan lembut seperti sentuhannya. Ia mengangkat tubuh Maizah hingga duduk di pangkuannya, jarak mereka begitu dekat hingga Maizah bisa merasakan hembusan nafas Arvid di kulitnya. Sebuah kecupan lembut mendarat di bibirnya, mengejutkan sekaligus menenangkan.
"Ada apa, hm?" tanya Arvid lagi, matanya menatap dalam ke mata Maizah. Pria itu sama sekali belum memegang dan membuka ponselnya hingga belum melihat pesan dari Elena.
"Apa aku berhenti saja kuliah?" Pertanyaan itu keluar begitu saja, tanpa disaring oleh akal sehat. Maizah langsung menyesal. Ekspresi Arvid berubah, dari hangat menjadi tegang. Tatapannya yang tadinya penuh kasih sayang, kini dipenuhi pertanyaan. Ketakutan membuncah dalam dada Maizah.
Dulu, Arvid sangat mendukung kuliahnya, rela bolak-balik Inggris-Indonesia untuk menemaninya. Bagaimana mungkin ia tak marah mendengar permintaannya yang tiba-tiba ini? Kata-kata itu meluncur begitu saja, tanpa pertimbangan matang. Ia hanya merasa cemas, takut kehilangan Arvid di London. Kecemburuan yang tak beralasan menguasainya.
"Kenapa?" tanya Arvid, suaranya datar, namun penuh perhatian.
"Ha?" Maizah merasa bodoh. Pertanyaan itu sudah pasti akan diajukan.
"Biar aku bisa ikut kamu ke London. Kita bisa bersama terus, tanpa berpisah jarak," jawab Maizah, suaranya hampir tak terdengar.
"Kamu serius, honey? Kamu sudah semester akhir. Bagaimana bisa berpikir untuk berhenti saja?" Arvid bertanya dengan nada lembut, namun ada sedikit kekesalan yang tersirat.
Maizah menundukkan wajahnya. "Jangan menunduk dan liat saya honey." Kata Arvid mengangkat dagu sang istri tercinta.
"Takut," Ucap Maizah, ingin kembali menundukkan wajahnya tapi di tahan oleh Arvid.
"Aku tidak marah, hanya bertanya. Sekarang, katakan kenapa ingin berhenti kuliah? Bukankah kita sudah membicarakan ini?" Arvid mencium kening Maizah. "Katakan dengan jujur, honey."
"Aku nggak mau kamu cari perhatian di luar sana karena nggak ada aku di London. Kalau aku berhenti kuliah, aku bisa ke London dan memenuhi semua kebutuhanmu," kata Maizah, jujur dan polos. Air matanya mengalir deras.
"Mana mungkin aku mencari wanita lain, sementara aku memiliki istri sepertimu, honey?" Arvid tersenyum lembut, menghapus air mata Maizah dengan ibu jarinya.
"Ya, kalau di sini mungkin tidak, karena ada aku. Tapi di sana… aku tidak ada. Aku percaya padamu, by, tapi tidak dengan perempuan di luar sana. Aku terus kepikiran, sampai tidak bisa berpikir jernih lagi," ungkap Maizah, suaranya bergetar.
Arvid memeluk Maizah erat-erat, mencium puncak kepalanya berkali-kali, menenangkannya dengan sentuhan lembut di punggungnya.
Lama mereka berpelukan, hingga tangis Maizah mereda. Arvid melepaskan pelukannya, memegang kedua pipi Maizah, menatap matanya dengan penuh kasih sayang.
"Dengar, selesaikan dulu mata kuliah wajibmu. Menyusun skripsi bisa di London nanti. Selama itu, aku akan menemanimu, honey. Jangan khawatir."
"Tapi bagaimana dengan pekerjaanmu di London?" tanya Maizah, masih ragu.
"Ada Elio yang akan mengurusnya. Daddy juga akan ke kantor jika memang diperlukan. Jadi, tenang saja, ya."
Maizah mengangguk, kembali masuk ke dalam pelukan hangat Arvid pelukan di mana ia merasa aman dan terlindungi.
***
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Maizah dan Arvid siap berangkat ke rumah Melati. Sejak malam sebelumnya, Liliy, adik Maizah, terus menelepon, tak sabar menanti kedatangan kakak dan kakak iparnya. Arvid, seperti biasa, membawa oleh-oleh berlimpah. Kali ini, selain aneka makanan, ada pula parfum Prancis kesukaan Maizah—beberapa botol untuk keluarga dan kerabat.
Di perjalanan, Maizah menambahkan beberapa jajanan untuk menambah semarak acara kumpul keluarga. "Beli pizza, ya, By?" tanyanya pada Arvid. "Iya," jawab Arvid singkat, senyumnya terpancar.
Maizah memesan pizza dengan jumlah yang cukup banyak untuk menjamu keluarga dan tetangga yang diperkirakan akan datang. Tiga dus pizza satu meter dan lima dus pizza large menjadi pilihannya.
Yang pastinya di rumah bukan hanya ada kedua orang tua dan adiknya saja, pastinya beberapa tetangga juga datang jadi Maizah sengaja membeli banyak agar semuanya kebagian.
Maizah sudah mengambil bagiannya, jadi semua oleh-oleh yang ia bawa untuk keluarga dan juga tetangganya.
Setelah beberapa jam di perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah. Seperti dugaan Maizah, di rumahnya itu sudah ramai oleh beberapa orang. Bahkan keluarganya yang berada di desa sebelah juga datang, mereka adalah anak cucu dari saudara Faridah, Neneknya.
Maizah dan Arvid turun dari mobil. Melati, Dahlia, Faridah, Liliy dan Lisa menyambut mereka. Akhdan ada karena pergi kerja, begitupun dengan Haris, suami Dahlia.
Liliy dan Lisa tidak pergi ke sekolah karena sudah tidak sabar menunggu Maizah dan Arvid, lebih tepatnya oleh-oleh yang di bawa Arvid. Kedua gadis itu tidak bisa menunggu hingga pulang sekolah, mereka juga takut kebagian sedikit karena tidak ada.
Arvid tidak lagi terkejut melihat banyak orang saat pulang ke sana. Pria itu sudah maklum dan paham hingga hanya tersenyum tipis saat ada yang menyapanya.
"Ayo, masuk nak." Ajak Melati pada anak dan menantunya.
"Ini ada makanan untuk di makan bersama, Mama simpan sebagian untuk nanti." Kata Maizah seraya memberikan makanan yang ia beli tadi di jalan.
Melati bersama Dahlia menyimpan sedikit untuk di rumah. "Ma simpan yang satu meter satu ya," pinta Liliy, matanya berbinar menatap pizza raksasa itu.
"Iya," Jawab Melati, lalu ia dan Dahlia keluar memberikan makanan itu untuk orang-orang yang duduk di teras.
"Ini ada Pizza dan roti, ayo makan, ambil satu-satu ya biar kebagian semua." Ucap Melati memberikan Pizza dan roti tersebut.
"Wahh Pizza!" Seru ibu-ibu, berebut mengambil pizza dengan penuh semangat.
Mereka mengambil satu orang satu hingga kebagian semua, bahkan masih ada yang tersisa.
Di dalam sana Maizah membuka oleh-oleh bersama Liliy dan Lisa yang sangat antusias.
"Bilang apa sama kak Arvid?" Tanya Maizah pada keduanya.
"Makasih kak Arvid," ucap Liliy dan Lisa bersamaan.
"Sama-sama," balas Arvid.
"Bagi rata sayang," Kata Maizah saat melihat Liliy mengambil lebih banyak.
Gadis itu menyegir lalu memberikannya pada Lisa. "Maaf ya," ucapnya.
"Gak papa kok, kalau punya ku habis aku bisa minta sama kamu." Kata Lisa membuat yang lain tertawa, ada-ada memang kedua remaja itu.
Tidak ingin ada yang curang lagi, Maizah yang membagikan agar sama rata. "Ini pasta asli dari Italia," kata Maizah mengangguk bungkusan pasta itu.
"Halal gak?" Tanya Dahlia.
"Ya halal dong, kalau enggak halal mana mungkin suami aku beli untuk kalian." Kata Maizah, Dahlia tertawa saja.
"Oh iya, ini untuk yang di luar ya ma, palingan dapat satu atau dua aja, soalnya mereka banyak." Lanjut Maizah.
"Ini ada juga yang spesial dari Arvid," ucap Maizah pada mereka.
"Apa itu?" Tanya Melati penasaran.
"Nanti aja aku kasih nya, enggak enak kalau di liat orang. Aku mau keluar sapa mereka dulu."
"Aduhh kamu tuh bikin penasaran aja deh zah," kata Melati.
Tbc.
...Jangan lupa like dan komen agar author semakin semangat mengetiknya 🤗...
...See u...
^^^Mawar Jk ^^^
tpi thoo ini versi masih slow2nya y belom masuk perkonflikan tetangga resek si arvid Udh ketendang kmna thoor gk nongol Lgi ...🤔
1. Namanya realistis sesuai usia di tahun ini
2. Makananya tidak muluk-muluk
I love it!