[UPDATE 2 - 3 CHP PERHARI]
"Hei, Liang Fei! Apa kau bisa melihat keindahan langit hari ini?"
"Lihat! Jenius kita kini tak bisa membedakan arah utara dan selatan!"
Kira kira seperti itulah ejekan yang didapat oleh Liang Fei. Dulunya, dia dikenal sebagai seorang jenius bela diri, semua orang mengaguminya karena kemampuan nya yang hebat.
Namun, semua berubah ketika sebuah kecelakaan misterius membuat matanya buta. Ia diejek, dihina, dan dirundung karena kebutaanya.
Hingga tiba saatnya ia mendapat sebuah warisan dari Dewa Naga. Konon katanya, Dewa Naga tidak memiliki penglihatan layaknya makhluk lainnya. Dunia yang dilihat oleh Dewa Naga sangat berbeda, ia bisa melihat unsur-unsur yang membentuk alam semesta serta energi Qi yang tersebar di udara.
Dengan kemampuan barunya, si jenius buta Liang Fei akan menapak puncak kultivasi tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
8 Di Balik Air Terjun: Pesona Seo Yun yang Memikat
Pagi hari di sebuah rumah besar, tempat dimana Keluarga walikota Linghua tinggal, terlihat Ling Hui yang sedang mondar mandir di dalam kamarnya.
Suasana hatinya sedang kacau karena pembunuh bayaran yang dia sewa untuk menghabisi Liang Fei dan Seo Yun belum juga memberikan kabar mereka.
Dalam hatinya, ia berpikir apakah mungkin para pembunuh bayaran yang ia sewa semalam membawa kabur semua uangnya.
Tepat ketika ia berpikir begitu, hembusan angin menerpa kamarnya melalui jendela, bersamaan dengan sekelibat bayangan yang memasuki ruangan tersebut.
Sejenak, Ling Hui dapat melihat sosok pria yang mengenakan jubah serba hitam di hadapannya, "Akhirnya kau datang juga, bagaimana dengan targetnya, apa mereka sudah mati?"
"Seluruh kelompok yang dikirim untuk menyelesaikan tugas itu telah binasa."
Pria di hadapan Ling Hui akhirnya membuka mulut, suaranya terdengar berat dan penuh dengan tekanan.
Mendengar jawaban dari pria itu membuat Ling Hui semakin kesal, "Apa kalian masih berani menyandang gelar pembunuh terhebat di kekaisaran, sementara kalian gagal menghabisi seorang gadis dan orang buta?"
Udara bergetar hebat, bersamaan dengan bayangan hitam yang menyelimuti seisi ruangan. Ling Hui merasakan seluruh indranya lumpuh sementara, sebelum ia menyadari sabit merah yang terbuat dari Qi sudah melingkari lehernya.
"Jika kau bukan klien mungkin aku akan membunuhmu sekarang juga," ucap pria tersebut dengan nada dingin.
Ling Hui menelan ludahnya, matanya melotot takut akan kematian yang ada di depan matanya. Akhirnya, ia bisa melihat wajah pria itu dengan lebih jelas. Kulitnya putih pucat dan tatapannya tajam bagaikan panther yang mengawasi mangsanya.
Kumis dan janggut tipis tumbuh di wajahnya yang berbentuk diamond, Rambut hitam panjang pria itu berkibar oleh angin yang entah datang dari mana, memberikan kesan misterius.
Pria itu adalah Weizi, pemimpin dari kelompok pembunuh bayaran bulan sabit merah. Namanya dikenal luas sebagai pembawa bencana berjalan, bahkan namanya pernah dicatat dalam sejarah sebagai salah satu penyebab tewasnya ribuan orang.
Ling Hui berusaha menenangkan detak jantungnya yang berpacu cepat, kemudian berkata dengan suara yang sedikit bergetar, "Tolong, biarkan aku hidup. Aku akan membayar lebih untuk tugas ini. Aku tidak bisa membiarkan dua orang itu hidup. Mereka adalah ancaman bagi keluargaku dan posisiku."
Weizi menarik napas dalam-dalam sebelum melonggarkan sabit Qi-nya, membuat Ling Hui bisa bernapas lega.
"Kami akan mencoba sekali lagi," katanya dengan nada yang tegas, "tapi ini akan menjadi percobaan terakhir. Kami tidak biasanya gagal, dan kegagalan ini menyentuh harga diri kami.”
Ling Hui mengangguk memahami ancaman yang terselubung dan berusaha meyakinkan pria itu, "Aku akan menyediakan segala kebutuhan yang diperlukan. Kau bisa meminta apapun. Aku tidak akan mundur sebelum mereka lenyap dari muka bumi ini."
Weizi hanya berdiri diam sejenak, seolah mempertimbangkan tawaran Ling Hui. "Berikan informasi terbaru tentang mereka, serta lokasi yang lebih tepat. Dan bersiaplah dengan pembayaran yang sesuai. Ini tidak akan murah," ucapnya akhirnya.
Ling Hui mengangguk cepat dan berkata, "Akan kuturuti semua yang kau minta. Kau bisa mengandalkan aku."
Setelah percakapan itu, sosok pria berjubah hitam lenyap bersama dengan hembusan angin yang datang, meninggalkan Ling Hui kembali dalam kesunyian kamar yang hanya didominasi suara detak jantungnya yang masih berdentum kencang.
Sekarang, ia harus memastikan bahwa tidak ada kesalahan lagi, karena taruhannya adalah semuanya yang ia miliki.
Dengan tekad yang semakin membara, ia bersumpah dalam hati, bahwa kali ini tidak akan ada yang tersisa dari musuh-musuhnya.
...
Disisi lain, terlihat Seo Yun dan Liang Fei tengah melewati hutan yang menyelimuti gunung Tianlong.
Beberapa kali mereka dihadang oleh para hewan beast tingkat 9 hingga 6, namun tidak ada satupun dari mereka yang mampu melawan kedua pasangan kultivator itu.
Beast setingkat itu tidak terlalu menyulitkan perjalanan mereka, mereka masuk dalam golongan monster yang menjadi 'mangsa'. Sementara untuk beast tingkat 5 ke bawah termasuk dalam kategori 'pemangsa'.
Meskipun beast tingkat rendah mudah dikalahkan, namun jumlah mereka sangat banyak dan hidup dalam berkelompok.
Seperti situasi saat ini, mereka dikepung oleh beast serigala dari berbagai sisi. Tidak ada tanda tanda ketakutan dalam mata mereka berdua, hanya tekad untuk menang.
"Apa kau bisa bertarung dengan kondisimu?" tanya Seo Yun, ingat jika Liang Fei tidak bisa melihat. Namun, dalam beberapa pertarungan sebelumnya, Seo Yun tahu jika Liang Fei bisa mendeteksi keberadaan musuhnya.
"Aku bisa bertarung."
"Benarkah? Awalnya aku ingin menghabisi mereka semua sendirian jika kau tidak bisa bertarung."
"Aku tidak akan bisa menemui kakekku jika dia tahu aku dilindungi oleh seorang wanita."
Seo Yun tertawa kecil sebelum mengibarkan kipasnya, "Kalau begitu jangan biarkan dirimu diterbangkan oleh anginku!"
Dengan satu kibasan, Seo Yun menyapu seluruh beast yang ada di hadapannya ke udara sebelum membanting mereka dengan kuat. Beberapa beast mati, namun masih ada yang hidup dengan kondisi luka luka.
Disisi lain, Liang Fei membuat puluhan pedang Qi di belakang tubuhnya sebelum menghujani para beast yang menjadi bagiannya.
Getaran tanah dan angin kencang menghempaskan pohon pohon di sekelilingnya bersamaan dengan mayat para beast yang bergeletakan. Itu bukanlah pertarungan, melainkan pembantaian satu sisi.
"Bukankah kau sedikit berlebihan?" ucap Liang Fei melihat dampak kerusakan yang dibuat oleh Seo Yun.
"Ah, kerusakannya tidak separah yang terdengar, aku sudah mengendalikan kekuatanku dengan cukup baik," jawab Seo Yun sedikit gugup, ia masih mengira Liang Fei tidak bisa melihat kekacauan yang dia buat.
Pohon pohon tercabut, berterbangan menimpa seluruh beast yang ada dan membuat meleburkan tanah di sekitarnya.
"Oh, sepertinya aku salah paham karena suaranya sangat heboh," balas Liang Fei pura pura tidak tahu.
Liang Fei sudah sering melihat kemampuan Seo Yun, ia belum bisa memastikan tingkat kultivasinya. Namun, yang pasti wanita itu sudah melampaui tahap Penyempurnaan Qi.
Mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan, mereka tidak ingin membuang-buang waktu untuk mengumpulkan item dari para serigala beast.
Beberapa saat kemudian mereka tiba di bawah air terjun, suasana di tempat itu sangat kontras dengan hutan yang dipenuhi oleh hewan buas.
Air yang mengalir sangat jernih dan menyejukkan, membuat siapa saja yang melihatnya ingin melompat ke dalamnya.
"Kita beristirahat di sini," ucap Liang Fei, ia duduk di batu dan mengeluarkan perbekalan makanan mereka.
Liang Fei hendak mengajak Seo Yun makan, namun wanita itu tiba-tiba melakukan sesuatu yang membuat jantung Liang Fei berdebar cepat.
Seo Yun duduk di batu sebelah sungai, tangan lentiknya melepas sepatu hak tingginya miliknya sebelum ia melakukan hal yang sama dengan seluruh pakaiannya.
Tidak butuh waktu lama bagi Seo Yun untuk melepas seluruh kain yang menutupi tubuhnya, menyisakan penampakan kulit putih bening dan lekuk tubuh yang menawan.
Tentu saja hal itu tidak lepas dari pandangan Liang Fei yang tepat duduk bersila dan menyaksikan pemandangan indah yang mengalahkan panorama air terjun di tempat itu.
Seo Yun mungkin akan curiga jika dirinya memalingkan wajahnya, jadi dia tetap menatap ke arah depan, tempat dimana Seo Yun berdiri tanpa mengenakan apapun.
Dengan langkah kecil, Seo Yun memasuki sungai yang masih sejuk dan asri itu, membuat ekspresi kepuasan tergambar di wajahnya.
'Sial, kenapa dia harus membuat ekspresi itu? Seandainya aku bisa menonaktifkan teknik warisan naga putih ini, aku pasti tidak akan segugup sekarang ini' batin Liang Fei dalam hatinya.
Suasana menjadi hening seketika, hanya terdengar suara guyuran air terjun dan basuhan tubuh Seo Yun yang sesekali bersenandung riang.
Merasa tidak nyaman dengan situasi itu, Liang Fei akhirnya membuka suara, "Seo Yun, apa yang kau lakukan?"
"Aku sedang mandi."
"Kau serius, kenapa kau mandi ketika aku sedang berada disini?" protes Liang Fei yang sudah tidak tahan.
Seo Yun menatap mata buta Liang Fei dengan seksama sambil tersenyum manis, "Kau tidak bisa melihatku kan? Lagipula aku masih menggunakan pakaianku sambil mandi."
'Kau berbohong sialan!' Liang Fei ingin berteriak seperti itu, namun ia menahan dirinya sekeras mungkin.
"Apakah kau tidak lelah setelah bertarung dari tadi? Sepertinya air sungai ini memiliki energi Qi yang membantu merilekskan badan dan menjernihkan pikiran. Kenapa kau tidak turun dan mandi?" goda Seo Yun.