NovelToon NovelToon
Jejak Takdir Di Ujung Waktu

Jejak Takdir Di Ujung Waktu

Status: sedang berlangsung
Genre:Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Konflik etika / Pengantin Pengganti / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:5.4k
Nilai: 5
Nama Author: Musim_Salju

Gus Zidan, anak pemilik pesantren, hidup dalam bayang-bayang harapan orang tuanya untuk menikah dengan Maya, wanita yang sudah dijodohkan sejak lama. Namun, hatinya mulai terpaut pada Zahra, seorang santriwati cantik dan pintar yang baru saja bergabung di pesantren. Meskipun Zidan merasa terikat oleh tradisi dan kewajiban, perasaan yang tumbuh untuk Zahra sulit dibendung. Di tengah situasi yang rumit, Zidan harus memilih antara mengikuti takdir yang sudah digariskan atau mengejar cinta yang datang dengan cara tak terduga.

Yuk ikuti cerita selanjutnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24: Memperkuat Ikatan

Seiring berjalannya waktu, kehidupan pernikahan Zahra dan Zidan semakin matang. Zahra, meskipun masih baru dalam dunia pernikahan, sudah bisa menemukan ritme antara menjadi seorang mahasiswa yang aktif dan istri yang baik. Sementara Zidan, yang bekerja keras di pesantren, semakin memahami bahwa kebahagiaan rumah tangga bukan hanya tentang pekerjaan dan penghasilan, melainkan juga tentang keberadaan satu sama lain dalam menjalani kehidupan ini.

Pagi itu, Zahra duduk di meja belajarnya dengan fokus. Buku-buku kuliah berserakan di sekelilingnya, sementara matanya sibuk membaca materi yang akan diujikan minggu depan. Ia sudah mulai merasa nyaman dengan kehidupan barunya sebagai seorang mahasiswa dan istri. Namun, meskipun ia telah menemukan ritme, ada rasa lelah yang tak bisa dihindari.

Zidan masuk ke kamar, membawa secangkir teh untuk Zahra. “Untuk kamu, istri tercinta,” kata Zidan, menyelipkan secangkir teh di meja Zahra.

Zahra tersenyum, menerima teh itu. “Terima kasih, Mas. Mas tahu, aku mulai merasa lelah dengan semua yang harus aku lakukan.”

Zidan duduk di sampingnya, mengelus pelan tangan Zahra. “Mas tahu, Zahra. Tapi Mas ingin kamu tahu bahwa Mas bangga padamu. Kamu telah menjalani semuanya dengan luar biasa. Jangan merasa sendirian. Kita bersama-sama.”

Zahra menatap Zidan, merasa terharu dengan kata-katanya. “Aku ingin kamu tahu, Mas, bahwa aku sangat menghargai dukungan Mas. Tanpa Mas, aku mungkin sudah menyerah.”

Zidan tersenyum, mengusap rambut Zahra dengan lembut. “Mas tahu, Zahra. Kita saling melengkapi. Apa pun yang terjadi, kita akan selalu ada untuk satu sama lain.”

Setelah beberapa bulan menikah, Zahra merasa hubungan mereka semakin kuat. Meskipun ada tantangan, baik itu tentang pekerjaan, kuliah, atau kehidupan sehari-hari, mereka selalu mencari cara untuk menghadapinya bersama. Namun, bukan berarti semuanya berjalan mulus. Kadang, ada perbedaan pendapat atau perasaan lelah yang muncul, tetapi mereka selalu menemukan cara untuk saling mendukung.

Suatu malam, setelah makan malam bersama, Zahra duduk di sofa dengan memeluk bantal sambil menatap Zidan yang sedang membaca buku. Tiba-tiba, ia merasa tergerak untuk berbicara tentang perasaannya.

“Mas,” panggil Zahra pelan, “kamu merasa kita sudah siap untuk membangun keluarga kecil, nggak?”

Zidan menurunkan bukunya, menatap Zahra dengan penuh perhatian. “Maksud kamu, Sayang?” Ya, Zidan tahu jika istrinya pernah mengatakan belum siap untuk memiliki anak. Ia takut tak mampu mengemban tanggung jawab yang lebih besar walaupun Zidan sudah mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Dan sekarang ia mendengar dari mulut istrinya, jika ia sudah siap memiliki anak, tentu saja Zidan bahagia mendengarnya.

“Aku merasa kita berdua sudah cukup matang untuk langkah berikutnya. Kita sudah cukup mengenal satu sama lain, dan aku rasa waktunya sudah dekat. Zahra ingin punya anak, Mas,” jawab Zahra dengan suara lembut namun penuh harap.

Zidan tersenyum dan duduk di samping Zahra. “Mas juga berpikir begitu, Zahra. Tapi kita harus siap dengan segala hal yang datang. Ini bukan hanya tentang anak, tapi bagaimana kita akan membesarkannya, memberikan yang terbaik bagi keluarga kita.”

Zahra mengangguk, “Zahra tahu itu. Tapi Zahra yakin kita bisa melakukannya. Dengan cinta dan doa, Zahra yakin kita bisa.”

Zidan meraih tangan Zahra, menggenggamnya erat. “Mas juga yakin, Sayang. Dan Mas siap menjalani ini bersamamu. Karena mas juga sudah lama menantikan anak dalam pernikahan kita.”

Beberapa minggu kemudian, Zahra merasa sesuatu yang berbeda dalam tubuhnya. Kelelahan yang lebih dari biasanya dan perasaan mual yang datang silih berganti membuatnya curiga. Ia memutuskan untuk melakukan tes kehamilan.

Pagi hari setelah Shalat Subuh, Zahra melihat dua garis merah di test pack yang baru saja ia pakai. Hatinya berdegup kencang, senyum lebar muncul di wajahnya. Ia tak bisa menahan rasa bahagia itu. Akhirnya, ia segera menemui Zidan di ruang tamu.

“Mas,” panggil Zahra dengan suara bergetar, “aku… aku hamil!”

Zidan menatap Zahra dengan terkejut, lalu tersenyum lebar. “Alhamdulillah! Mas sangat bersyukur, Sayang. Kita akan jadi orang tua.”

Zahra memeluk Zidan, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. “Terima kasih, Mas, sudah mendampingiku selama ini. Aku nggak sabar untuk membangun keluarga kita.”

Zidan mengelus punggung Zahra dengan lembut. “Ini adalah anugerah dari Allah. Semoga kita bisa menjadi orang tua yang baik bagi anak kita.”

Kehamilan Zahra membawa perubahan besar dalam hidup mereka. Meski masih di awal masa kehamilan, Zahra mulai merasakan beberapa perubahan fisik yang membuatnya lebih mudah lelah. Zidan semakin perhatian padanya, berusaha untuk selalu ada dan memastikan Zahra merasa nyaman.

Setiap malam, sebelum tidur, Zidan selalu memastikan Zahra sudah makan dengan cukup dan minum vitamin. Ia pun membantu Zahra menyiapkan segala sesuatunya yang dibutuhkan. Ketika Zahra merasa mual, Zidan akan dengan sabar menenangkan dan membawakan makanan yang ringan.

Zahra sangat terharu dengan perhatian Zidan. Ia merasa semakin mencintainya. Di tengah-tengah kesibukan yang semakin padat, Zidan selalu bisa menyempatkan diri untuk memberikan perhatian ekstra pada Zahra. Ia tahu, bahwa ini adalah bagian dari perannya sebagai suami yang akan menjadi seorang ayah.

Suatu malam, setelah shalat Isya, Zahra berbaring di kasur, dan Zidan duduk di sampingnya, mengelus rambutnya dengan lembut. “Mas, aku sangat bersyukur atas semuanya. Aku merasa diberkahi bisa memiliki kamu sebagai suami,” kata Zahra dengan suara penuh rasa syukur.

Zidan menatapnya dengan penuh kasih. “Mas juga bersyukur, Zahra. Kita saling memberi kekuatan satu sama lain. Mas yakin, Allah memberi kita anugerah ini karena kita saling mendukung.”

Zahra memejamkan mata, merasakan kedamaian dalam hatinya. Ia merasa bahagia bisa menjalani semua ini bersama Zidan. Mereka telah melewati banyak hal bersama, dan kini, mereka siap untuk memulai babak baru dalam hidup mereka sebagai orang tua.

Hari-hari mereka diisi dengan kebahagiaan yang sederhana, penuh doa dan harapan untuk masa depan. Mereka berdua tahu, perjalanan mereka tidak akan selalu mudah. Namun, dengan cinta yang tulus, dukungan yang tak tergoyahkan, dan keyakinan pada Allah, mereka siap untuk menghadapi segala hal yang datang.

To Be Continued...

1
Jumi Saddah
👍👍👍👍👍👍👍👍👍
Berlian Bakkarang
nyai siti istri seorang kiyai tp bermulut pedas krn menghina zahra katax orang muskin segala
Nanik Arifin
waoow, dalam pesantren ternyata seperti dunia bisnis. ada lobi", ada persekongkolan, ada perebutan kedudukan, intimidasi/tekanan dll
Nanik Arifin
kog jadi ada nama Kyai Ridwan sebagai ortu Ning Maya ? Kyai Mahfud apanya Ning Maya ?
kirain kemarin" tu Kyai Mahfud ortu Ning Maya 🤭
Nanik Arifin
seorang Ning ( putri kyai ) melakukan intimidasi demi seorang lali" atau bahkan demi sebuah keangkuhan, bahwa dirinya putri seorang kyai. waoow....
ingat Maya, Adab lebih tinggi dari ilmu. sebagai putri kyai pemilik pondok ilmumu tidak diragukan lagi. tapi adabmu ??
Musim_Salju: benar banget kak, adab lebih tinggi dari pada ilmu, dan minusnya sekarang banyak yang tidak memperhatikan adab itu sendiri
Musim_Salju: Dunia sekarang banyak yang seperti itu kak, hanya saja tertutup dengan kebaikan yang dilakukan di depan banyak orang. Pengalaman pribadi saya sebagai seorang pendidik, sikit menyikut dan menjatuhkan saja ada
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!