Karena jebakan dari sahabatnya membuat Naya dituduh telah tidur dengan Arsen, seorang bad boy dan ketua geng motor. Karena hal itu Naya yang merupakan anak dari walikota harus mendapat hukuman, begitu juga dengan Arsen yang merupakan anak konglomerat.
Kedua orang tua mereka memutuskan untuk menikahkan mereka dan diusir dari rumah. Akhirnya mereka hidup berdua di sebuah rumah sederhana. Mereka yang masih SMA kelas dua belas semester dua harus bisa bertahan hidup dengan usaha mereka sendiri.
Mereka yang sangat berbeda karakter, Naya seorang murid teladan dan pintar harus hidup bersama dengan Arsen seorang bad boy. Setiap hari mereka selalu bertengkar. Mereka juga mati-matian menyembunyikan status mereka dari semua orang.
Apakah akhirnya mereka bisa jatuh cinta dan Naya bisa mengubah hidup Arsen menjadi pribadi yang baik atau justru hidup mereka akan hancur karena kerasnya kehidupan rumah tangga di usia dini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Setelah selesai meminum obat Naya kini merebahkan dirinya di atas ranjang. Dari hasil pemeriksaan di klinik, Naya hanya kecapekan dan darah rendah. Ya, semoga saja memang seperti itu. Setelah meminum obat dia akan segera sembuh.
"Obatnya banyak banget. Lidah aku makin pahit." Setelah meminum air putih satu gelas lidahnya masih saja terasa pahit.
Arsen tersenyum lalu dia mendekatkan dirinya dan mencium bibir Naya. Mungkin saja dengan seperti itu rasa pahit di bibir Naya akan hilang.
"Ar..." Naya menyentuh bibirnya yang terasa manis karena sentuhan bibir Arsen. "Kamu habis makan permen?"
Arsen masih saja tersenyum lalu dia merebahkan dirinya di sebelah Naya. "Kan bibir aku memang manis."
"Ih, bisa aja gombalnya. Gara-gara aku, kamu jadi gak kerja hari ini." Naya kini memeluk Arsen dan menyembunyikan wajahnya di dada Arsen.
"Gak papa. Besok kamu juga libur dulu sekolahnya."
"Iya, berobat di klinik itu mahal ya. Belum lagi kamu tadi juga beli beras. Kamu pegang uang berapa? Cukup gak buat beli lauk besok? Bensin kamu juga hampir habis." Naya kembali mendongak dan menatap Arsen.
"Nay, dalam kondisi sakit masih mikirin uang. Udah, kamu jangan mikirin itu semua. Fokus sama kesembuhan kamu aja. Peran ibu rumah tangga bener-bener udah kamu dalami ya sekarang." Arsen mencubit kecil hidung Naya karena gemas.
Naya tersenyum lalu dia memejamkan matanya. Beberapa saat kemudian dia sudah tertidur. Kali ini tidur Naya lebih nyenyak dari kemarin malam karena efek obat. Tubuhnya juga berkeringat dan suhu tubuhnya juga sudah turun.
Arsen masih saja belum tertidur. Dia harus memastikan kondisi Naya. Beberapa kali dia cek suhu tubuh Naya. Setelah dipastikan tidak naik lagi, barulah dia bisa tidur dengan nyenyak.
Sampai pagi hari saat alarm di ponsel Arsen berbunyi, Arsen membuka matanya lalu melepas pelukannya pada Naya. Dia menyentuh kening Naya lagi. "Kenapa badannya hangat lagi?"
Naya kini membuka matanya dan menatap Arsen setelah merasakan sentuhan di keningnya.
"Nay, kamu pusing lagi?"
Naya hanya menganggukkan kepalanya karena kepalanya kini terasa berat.
"Aku temani ya di rumah."
Naya menggelengkan kepalanya. "Kamu sekolah aja gak papa. Aku masih bisa sendiri."
Arsen justru mendekatkan dirinya dan menciumi pipi Naya. "Badan kamu hangat lagi. Aku kira setelah berobat kamu langsung sembuh. Ternyata efek obat habis kamu demam lagi."
"Mungkin lagi proses. Nanti aku minum obat lagi pasti dingin lagi."
"Ya udah. Kalau sampai nanti sore suhu kamu masih naik, kita ke rumah sakit."
Naya menggelengkan kepalanya. "Gak usah, nanti juga sembuh." Naya tahu uang Arsen semakin menipis, sedangkan biaya ke rumah sakit tidak mungkin cukup hanya 500 ribu atau satu juta. Belum lagi jika ada diagnosa lain-lain.
"Ya udah, setelah sarapan kamu cepat minum obat. Nanti chat aku kalau badan kamu semakin gak enak, aku akan langsung pulang."
Naya hanya menganggukkan kepalanya. Kemudian Arsen turun dari ranjang. Dia segera mengerjakan rutinitas pagi harinya.
...***...
Seharian itu Arsen tidak tenang. Apalagi Naya sama sekali tidak membalas pesan darinya. Ingin rasanya dia cepat-cepat pulang dan mengetahui kondisi Naya.
"Akhirnya pulang juga." Arsen kini berjalan cepat menuju tempat parkir setelah keluar dari kelas.
"Ar, Naya masih sakit?" tanya Rangga pada akhirnya karena dia juga sangat mengkhawatirkan kondisi Naya.
"Iya," jawab Arsen singkat. Dia segera mengendarai motornya dan beberapa saat kemudian motornya melaju dengan kencang menuju rumah.
Setelah sampai di depan rumah, Arsen segera turun dari motornya. Dia membuka pintu dan berjalan cepat menuju kamar. "Nay?" Arsen duduk di samping Naya dan menyentuh kening Naya. "Nay, badan kamu demam lagi."
"Iya Ar, kenapa badan aku rasanya gak enak banget gini. Tadi pagi setelah minum obat reda sebentar lalu panas lagi."
Arsen menyentuh tengkuk leher Naya lalu dia melihat tangan Naya.
Ada bintik-bintik merah? Jangan-jangan Naya...
"Nay, sebentar lagi kita langsung ke rumah sakit, kamu tunggu sebentar, aku ada perlu." Arsen membantu Naya minum terlebih dahulu. Setelah itu dia keluar dari rumah dan mengendarai motornya lagi.
Dia melajukan motornya dengan kencang menuju bengkel Virza. Setelah sampai, dia turun dan menemui Virza.
"Za, gue butuh uang tiga sampai lima juta. Lo bawa motor gue sebagai jaminan. Gue butuh sekarang, Za."
💕💕💕
.
Like dan komen ya...
🥰😘