Pacaran bertahun² bukan berarti berjodoh, begitulah yang terjadi pada Hera dan pacarnya. Penasaran? Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ☆☆☆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB DUA PULUH SEMBILAN
Pagi hari Hera sudah mulai kerja, saat tiba di rumah sakit karena terburu-buru Hera menabrak seseorang.
"Aw. Maaf kak, saya tidak sengaja." ucap Hera menoleh ke arah lelaki yang ditabraknya. "Sekali lagi maaf." ucapnya lalu pergi. Dia sangat buru-buru karena ini hari pertamanya kerja jangan sampai terlambat.
"Lucu juga." gumamnya pelan. Dia melanjutkan langkah menuju ruang rawat pasien yang harus di cek. Ya! Dia adalah perawat di rumah sakit SGP.
"Huft. Untung gak terlambat." gumamnya. Masuk di ruangan, Hera diberi penjelasan apa saja yang harus dia kerjakan.
"Jadi kamu yang namanya Hera Kurniawan." ujar petugas senior wanita namanya Inneke. Hera mengangguk antusias. "Kamu bisa bicara kan?" tanyanya tegas.
"Iya kak." jawab Hera singkat. "Galak amat senior." batinnya. "Sabar Hera, baru juga hari pertama kerja. Harus kuat pasti bisa!" Hera meberi semangat pada diri sendiri.
"Okey saya akan jelaskan." Ucapnya. "Tugas perawat di rumah sakit meliputi: 1. Memberikan perawatan langsung kepada pasien, seperti memantau kondisi pasien, memberikan obat, dan menjalankan prosedur medis."
"2. Melakukan pembinaan kepada pasien dan keluarganya. 3. Merencanakan pemulangan pasien. 4. Melakukan pengkajian khusus 5. Melakukan perawatan luka."
"6. Memberikan edukasi kesehatan kepada pasien mengenai kebutuhan dasar. 7. Mengevaluasi ketercapaian edukasi kesehatan dan rencana tindak lanjut. 8. Mengumpulkan data kuantitatif untuk pembuatan laporan kasus klien. 9. Menyusun laporan pelaksanaan tugas dan program bidang keperawatan."
"Banyak juga." batin Hera sambil mendengarkan. Hera memperhatikan baik-baik apa yang disampaikan kak Inneke. Apalagi dia anak baru, jangan sampai membuat ulah.
"Oya Hera, perawat juga harus mampu memberikan pelayanan kepada pasien dalam keadaan terbatas, misalnya di daerah terpencil dengan akses menuju fasilitas kesehatan rujukan yang jauh. Paham?" tanya Inneke usai menjelaskan.
"Paham kak." jawab Hera tegas. Dia memang sudah paham, hanya kaget dengan sikap Ine yang seperti laki-laki sangat tegas, pikirnya.
"Okey, kamu sudah kenal nama saya?" tanya Inneke pada Hera. Hera memperhatikan seragam Inneke yang ada papan namanya. "Oh iya, kan ada ini." ucapnya sambil tersenyum.
"Iya kak." jawab Hera ikut tersenyum. "Eh, bisa senyum ternyata, kirain hanya galak doang yang di tahu." batinnya.
"Okey kerjakan pekerjaan kamu dengan benar." ucap Ine lalu berlalu meninggalkan Hera yang masih bengong.
"Loh, kembali ke mode galak." ucapanya lirih. Hera mulai bekerja sesuai dengan perintah seniornya yang membimbingnya.
Hari-hari berlalu telah dilalui oleh Hera dengan penuh suka duka menjadi seorang perawat. Kini sudah satu minggu bekerja di rumah sakit SGP.
Hera berjalan menyusuri lorong, dia harus memeriksa pasien yang ada di UGD karena perawat yang bertugas sedang sakit. Saat memasuki ruang UGD tanpa sengaja lelaki yang Hera tabrak melihatnya.
"Itu kayak cewek tempo hari." gumamnya pelan. Ine heran, apa sih yang dilihat oleh Andika? Ine ikut melihat ke arah yang dilihat oleh Andika.
"Oh cewek yang masuk ke UGD ya? Aku kenal dia." ucap Ine cepat. Dia menatap Andika segera untuk melihat reaksinya.
"Ha? Serius kak?" tanya Andika penasaran. Ine mengangguk mengiyakan. "Siapa namanya kak? Di perawat baru ya? Kok kakak bisa kenal?" cecarnya pada Ine.
"Kamu ini. Memang kenapa sih?" tanya Ine kembali. Mereka berdua melanjutkan langkah menuju tempat tujuan utama. Ketika sudah sampai pada tempat yang dituju, mereka duduk di kursi masing-masing.
"Seminggu lalu aku ditabrak, dia itu cantik dan lucu." jawabnya membayangkan tingkah Hera saat bertemu dengannya.
"Orang ditabrak kok senyum-senyum, aneh!" ucap Ine. Dia melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
"Kasih tahu dong kak siapa dia?" tanya Andika lagi, dia memasang wajah imut pada sang kakak. Andika dan Inneke adalah saudara kandung, mereka sama-sama bekerja di rumah sakit yang sama.
"Dia itu namanya Hera Kurniawan, anak baru! Perawat tentunya. Dia itu anak bimbinganku, kalau dia bagus kerjanya bisa dipertahankan disini." jelas Ine sambil kerja.
"Makasih Infonya kakakku." ucap Andika lalu keluar ruangan, dia menuju ke ruang rawat inap pasien. Tugasnya untuk memeriksa pasien!
"Hera. Nama yang bagus." gumamnya sambil menelusuri lorong menuju rawat inap pasiennya. "Harus segera beraksi nih." gumamnya lagi sebelum masuk ruangan.
Di tempat lain, Hera sedang menangani pasien kecelakaan. Memang lukanya ringan tapi pasiennya terlalu lebay.
"Sakit kak, pelan-pelan tahu!" serunya merintih, kakinya terluka karena kecelakaan balap-balap di jalan raya.
"Kamu ini, begitu saja manja! Makanya jangan balap-balap, sok jagoan. Untung masih hinggap itu nyawa, kalau melayang gimana?" tanya Inal ketus. Saking kesalnya dengan sang adik yang begitu ugal-ugalan kalau bawa motor.
Ya. Mereka adalah Zainuddin atau Zain dan Zainal atau Inal. Yang sudah baca karya Hani_Hany judulnya Gadis Ternodai. Zain dan Inal ada di dalamnya meski bukan mereka bintang utamanya.
"Sudah gak apa. Begitu memang anak remaja, kasih tahu saja secara perlahan." jawab Hera sambil membersihkan luka di kaki kanan Zain.
"We. Aku dibela." ujar Zain lirih sambil menjulurkan lidahnya ke arah Inal. Disini Zain masih kuliah, sedang Inal sudah kuliah S2 sambil kerja. Mereka seharusnya di kota M, tapi datang ke kota P untuk urusan pekerjaan.
"Pembuat onar." gumam Inal pelan, bagaimana tidak dia sedang sibuk bekerja malah dapat panggilan jika Zain kecelakaan. Jadi terkendala lagi pekerjaannya.
"Okey selesai." ujar Hera semangat. Dia merasa lucu dengan kedua bersaudara tersebut. Sang kakak mungkin seusia dengannya, sedang adiknya mungkin di bawah usianya satu atau dua tahun.
"Terima kasih ya kak." ucap Zain genit. Dia memang suka goda wanita, apalagi kalau yang lebih dewasa darinya seperti menantang.
"Sama-sama adik. Harus lebih berhati-hati ya berkendaranya." ucap Hera berlalu meninggalkan pasiennya yang akan segera menuju ruang administrasi.
"Huft, ada-ada saja." gumam Hera pelan. Hari ini pasien tidak terlalu banyak, jadwalnya mengontrol pasien di kamar Anggrek. Dia mendampingi kak Ine untuk mengecek pasien rawat inap.
Usai dengan kemelut pekerjaan seharian, kini sorenya saatnya Hera pulang. Saat dilorong, Hera tidak sengaja bertemu Andika.
"Kamu yang nabrak saya seminggu lalu kan?" tanya Andika tiba-tiba, seolah tanpa sengaja bertemu. Padahal sudah mengintai hendak mengikuti Hera. Hera berhenti, diam sejenak untuk mengingat siapa kah pria tersebut?
"Maaf kak, aku lupa!" jawabnya jujur. Dia memang benar-benar lupa. "Kalau memang saya menabrak kakak, saya minta maaf kak. Saya permisi." ujar Hera cepat hendak pergi.
"Tunggu. Kamu lupa? Di lorong sana, kamu buru-buru mau wawancara atau apa gitu!" ujarnya mengingatkan.
"Oh, maaf kak. Aku beneran gak sengaja, bahkan aku lupa sama wajah kakak." jawab Hera jujur. Dia malu, dia yang menabrak tapi dia yang lupa. Hera tersenyum kecut, hanya bisa menunduk malu.
"Gak apa. Sudah lewat juga. Kenalkan nama saya Andika. Panggil nama saja, kayaknya kita seumuran." ucap Andika santai sambil mengulurkan tangan kanannya hendak berjabat tangan.
Hera menerima uluran tangan tersebut dengan menyebutkan nama. "Aku Hera kak. Eh, Andika." jawabnya grogi sampai terbata.
"Gak apa. Gak usah minta maaf terus!" ujar Andika santai. "Kamu sudah mau pulang ya?" Hera mengangguk mengiyakan.
"Ayo aku antar." ujarnya lagi. Kencang pendekatannya Andika.
"Gak usah kak, aku sudah pesan grab. Makasih, aku permisi." ujar Hera cepat lalu meninggalkan Andika tanpa menunggu jawaban darinya.
cocok