NovelToon NovelToon
Benang Merah Penyihir Kolot

Benang Merah Penyihir Kolot

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Mengubah Takdir / Penyeberangan Dunia Lain / Pembaca Pikiran
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Gaurika Jolie

Difiar Seamus seorang penyihir penyedia jasa pengabul permintaan dengan imbalan sesuka hatinya. Tidak segan-segan Difiar mengambil hal berharga dari pelanggannya. Sehingga manusia sadar jika mereka harus lebih berusaha lagi daripada menempuh jalan instan yang membuat mereka menyesal.

Malena Safira manusia yang tidak tahu identitasnya, pasalnya semua orang menganggap jika dirinya seorang penjelajah waktu. Bagi Safira, dia hanyalah orang yang setiap hari selalu sial dan bermimpi buruk. Anehnya, mimpi itu merupakan kisah masa lalu orang yang diambang kematian.

Jika kalian sedang putus asa lalu menemukan gubuk tua yang di kelilingi pepohonan, masuklah ke dalam penyihir akan mengabulkan permintaan kalian karena mereka pernah mencicipi rasanya ramuan pengubah nasib yang terbukti ampuh mengubah hidup.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gaurika Jolie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertahanan Serangan Napsu

Langkah sepatu hak tinggi menggema seujung tempat yang tertutup. Dentuman musik diskotik perlahan memudar seiring langkah kakinya memasuki bilik kamar yang berjejer-jejer. Lampu penerangan berwarna merah itu seakan menyilaukan penglihatannya.

Baru kali ini Safira berjalan penuh keangkuhan setelah dirinya membuang perasaan bersalahnya pada calon suaminya sebab tidak ada istilah wanita itu salah.

“Safira.”

Namanya yang dipanggil itu menoleh, dia menghampiri pemilik diskotik itu yang membawanya ke ruangannya. Ternyata dia menyemprotkan parfum ke kulitnya.

“Pakai ini biar pelanggan puas sama kamu. Lakukan yang udah aku ajarkan, jangan mengecewakan pelanggan VVIP, pastikan kamu kasih yang terbaik. Baru kali ini ada pelanggan yang kasih tarif sebesar itu,” ucapnya menggebu-gebu.

Safira melihat dengan jelas betapa bahagianya wanita seksi di depannya, padahal beberapa jam lalu wajahnya dikelilingi ketakutan. “Kalau boleh tau, siapa orangnya?”

Tidak ada jawaban dari pertanyaannya. Muncikari itu mengusap bahunya. “Kamu memang sangat cantik, nggak tau kenapa takdir kamu kurang baik. Tetap yakin sama keputusan yang kamu buat, aku siap jadikan kamu karyawan tetap walaupun baru magang.”

Kedua bola mata Safira berputar. “Cukup kali ini aja!”

Lain sisi, seorang pria yang jarang masuk ke tempat ramai itu selalu mengusap telinganya yang panas. Sementara pria di sampingnya sudah menari-nari mengikuti musik dan juga melirik wanita yang dilewati.

“Masih jauh?”

Mereka mempercepat jalannya masuk ke dalam bilik rahasia khusus pelanggan VIP.

“Udah nggak sabar, ya?” ejek pria mata keranjang itu ke arah pemilik diskotik dan menyapanya.

Pria itu mendapatkan tatapan tajam darinya. “Karena kamu aku dapat kerugian besar. Awas aja sampai malam ini buat aku marah, kamu benar-benar aku kembalikan ke dunia sihir!”

“Eits! Jangan dong!”

Sementara, Safira melirik ke arah dua pria yang tampangnya bagaikan keluar dari negeri dongeng. Dia menelan saliva, membayangkan berada dalam dekapan tubuh kekar itu.

“Bagaimana?”

“Aku ingin salah satu dari mereka,” bisik Safira dengan malu-malu. “Nggak akan kecewa kalau kasih tubuhku ke mereka.”

Pemilik diskotik itu terkekeh. “Bisa dua kenapa pilih satu?”

Safira menggeleng ketakutan. “Memang bisa main tiga?”

Lawan bicara Safira itu hanya bisa tertawa betapa polosnya gadis 25 tahun itu benar-benar lagi menginjak dunia yang sekeras ini. Dia mendorong Safira pelan. “Udah buruan sana.”

Lantas, Safira melanjutkan perjalanan. Perlahan kakinya gemetar seiring mendekati ruangan yang ditunjuk pemilik diskotik. Dia terus mengusap leher belakang yang terasa dingin. Ketika dia menyentuh gagang pintu itu, perasaannya benar-benar kacau.

‘Harga diriku benar-benar seharga tablet!’

Suara pintu terbuka membuat seseorang yang ada di dalam menoleh. Mereka saling berpandangan yang saat itu juga pintu tertutup dengan sendirinya. Safira terkejut mendengar pintu yang dikunci dari luar.

“Selamat bersenang-senang, Bos!"

Safira langsung ketakutan. Tangannya terus menaik turunkan gagang pintu itu. Dia melirik ke belakang meminta bantuan.

"Gimana, nih? Kalau ada apa-apa kita nggak bisa kabur!" adu Safira melihat pria tampan itu penuh kecemasan.

“Biarin aja.”

Mata Safira berkaca-kaca. Dia terus menarik gagang pintu itu, tetapi dia sendiri yang kesulitan. "Aku takut ...."

Lawan main Safira melihatnya masih dengan posisi berusaha melepas jaket di tubuhnya. “Mau seperti itu terus sampai pagi?”

Safira langsung berhenti. Suara bas itu membuat jantungnya berdebar. Betapa mulutnya ingin memuji hasil karya Tuhan yang satu itu.

Perlahan ketakutan hilang setelah melihat usaha pria itu meloloskan diri dari jaket kulitnya. "Biar aku bantu."

Safira membantu menarik jaketnya sampai terlepas. Namun, pria itu terlalu memakai tenaga yang cukup besar, sehingga dia terhuyung. Tangan kekarnya itu berniat meminta tolong Safira. Sayangnya, Safira belum siap dijadikan pegangan.

Brugh!!!

Pria itu jatuh di atas kasur begitu juga Safira mendarat di atas pria itu. Kedua tangan Safira menahan tubuhnya agar tidak mengenai dada bidang orang di bawahnya, tetapi sepatu hak tingginya tergelincir menyebabkan dirinya ambruk di atas tubuhnya.

‘Nggak seperti biasanya, keinginanku menjadi nyata.’

Pria itu langsung menarik tangan yang memegang pinggang rampingnya. Matanya tidak lepas dari wanita yang berusaha untuk berdiri itu.

“Auch! Maaf,” rintih Safira yang berusaha bangkit, tetapi tidak bisa. “A—aku coba lagi ....”

Merasakan gerakan yang cukup kasar di atas tubuhnya, pria itu berdecak kesal.

“Maaf buat kamu nggak nyaman. Aku nggak bisa berdiri, lantainya licin,” ucap Safira yang masih memaksa untuk bangkit.

Dengan gerakan cepat, Difiar membalikkan keadaan. Dia pun berusaha berdiri, ujung-ujungnya tergelincir juga. Tubuhnya sampai menubruk tubuh mungil di bawahnya.

“Ahh! Sakit! Aku nggak bisa berdiri!"

"Tetaplah seperti ini dulu, kita cari caranya. Jangan mendesah!"

Secepatnya, Safira membungkam mulutnya kelolosan berdesah di depan seorang pria. Tangan kekar itu menyingkirkan tangannya. Mereka saling berpandangan lagi.

“Sebentar!”

Safira mengangguk.

Pria itu perlahan menaikkan kedua tangannya. Kakinya berusaha melepas sepatunya dan dia bisa bertumpu pada lantai. Perlahan, dia bisa berdiri tegak membiarkan Safira bangun sendiri.

"Maaf sebelumnya, kamu nggak tertarik sama aku, kan? Soalnya ... aku tadi merasakan ada hal aneh di bawah."

Mereka jadi canggung. Hanya suara jarum jam yang mengisi kekosongan mereka. Safira pun melepas switer yang dia pakai memperlihatkan dirinya yang memakai dress mini berbahan satin yang mempertegas pinggang rampingnya.

‘Tinggal menjalankan apa yang diperintahkan Mami.’

Dia juga menguncir rambutnya menunjukkan leher jenjangnya yang bersinar. Dia duduk di tepi ranjang menyilangkan kedua kakinya sehingga rok mininya itu terangkat sedikit. Dia menatap pria di depannya penuh sensual seolah sudah siap apa yang akan terjadi.

“Hey, mau di sana sampai pagi?” tegur pria itu yang bersandar di tepi ranjang dengan melipat kedua tangan di dada.

Lamunan Safira buyar. Ternyata hal tadi hanyalah bayangannya saja. Dia mencari keberadaan pria tadi, ternyata ada di belakangnya. Melihatnya bersandar sambil menyelonjorkan kaki bak lukisan yang sempurna.

Langkah yang harus dia ambil lenyap seketika. Kakinya bergetar mendekatinya. Dia memilih tepi ranjang berlawanan arah. Dia kembali memilin jari lentiknya.

Dari gestur tubuh Safira, pria itu menangkap ketakutan dalam dirinya. “Siapa yang mau mulai?”

Safira tersentak. Bulir keringat muncul di dahinya. “Maaf sebelumnya, jujur aku belum siap. Rasanya aku bersalah sama pacarku, tapi—”

“Udah punya pacar kenapa masuk sini? Mau mengkhianati pacar kamu, huh?” sindir pria tanpa ekspresi itu.

Secepatnya Safira menggeleng. Dia merangkak di atas kasur buru-buru mendekati pria itu. Dirasa terlalu dekat, Safira sedikit mundur. “Kamu tampan, pasti orangnya baik. Nggak ada niatan bantu aku? Aku lagi kesulitan dan butuh uang.”

“Aku udah melunasinya, nggak mau rugi! Butuh uang tuh kerja, nggak usah jual diri!” ketusnya mengeluarkan kekesalannya.

Seketika ucapan itu menusuk hatinya. Baru kali ini dia mendengarnya di tempat yang jelas benar-benar siap direndahkan serendah-rendahnya.

Pria itu menengok memastikan jika dirinya tidak salah bicara. “Hey, memang nggak ada jalan lain cari uang? Kamu masih bisa jalan, sehat buat kerja.”

Mata Safira terasa panas. Dia berpaling melihat atas menahan air matanya tidak jatuh. “Begitukah penilaian kamu? Terus, kenapa banyak wanita ada di sini memuaskan hasrat para pria? Sementara mereka juga bisa kerja di luar sana. Nggak ada yang tau alasan sebenarnya jika kita aja nggak saling kenal. Kalau kamu tanya ke mereka, jawaban mereka selalu sama.”

“Bagaimana tau kalau nggak dikasih tau?”

“Hidup ini nggak selama adil buat beberapa orang. Sekeras apapun berusaha, kalau akhirnya takdir nggak mengijinkan jalan yang bisa ditempuh di sini.”

“Aku bisa mengubahnya.”

“Gimana caranya?”

1
iyantaritari
meleleh aku bang
iyantaritari
omgg
iyantaritari
tiba tiba banget
iyantaritari
jahat banget mulut mertua
iyantaritari
caranya biar bisa ke sana gimana?
iyantaritari
widih agak laen emang
watix14
kasian juga loh, penyihir butuh bersenang2 juga
watix14
setuju si, tapi untuk rakyat kecil uang memang segalanya
miyantoroo
ada apa denganmu pak penyihir?
cahyaningtyasss
yaampunnn
cahyaningtyasss
tetap aja kamu salah
cahyaningtyasss
sama aku juga mau
miyantoroo
coba dulu
watix14
Rekomendasi novel yang pas untuk dibaca tengah malam buat begadang. Aman dari dosa dan hawa panas. pokoknya kalian harus baca
watix14
keren banget jamu racikan penyihir kolot
watix14
secepat itu?
watix14
sisain setetes aja
watix14
memang aku juga gitu
watix14
samuel si serba bisa
watix14
siapasih safira itu?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!