Pewaris Yang Hilang

"Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan prihal itu?" tanya Samudra.

"Tidak paman, aku hanya menanyakan saja," jawab Zayn.

"Tapi kalo boleh aku bicara, apa ada kemungkinan bahwa jasad itu bukanlah Amelie," ucap Zayn.

"Maksud kamu apa?" tanya Samudra.

"Begini paman, kita kan tidak memastikan itu jasad siapa, siapa tahu itu orang lain," jawab Zayn.

"Paman juga pernah berfikir seperti itu" ucap Samudra.

"Tapi paman tidak mau memberikan harapan kepada diri paman sendiri," ucap Samudra lagi.

"Seandainya, kalo ternyata Emillie masih ada, bagaimana paman?" tanya Zayn.

"Mustahil," jawab Samudra.

"Tidak ada yang mustahil, selagi tuhan mengizinkan," ujar Zayn.

Samudra hanya tersenyum, mengelus pundak Zayn.

"Kita semua kehilangan Emillie," ucap Samudra.

Zayn mengangguk.

"Aku pamit dulu paman," kata Zayn.

"Tidak mau masuk dulu?" tanya Samudra.

"Tidak paman, ada urusan lain," jawab Zayn.

"Baiklah, paman masuk dulu," ucap Samudra.

Lalu Samudra masuk kedalam rumahnya, meninggalkan Zayn.

Zayn hanya menghela nafas, karena jawaban Samudra tidak membuatnya puas.

"Aku akan menemui Elisha," ucap Zayn.

 Namun, saat berada di perjalanan, Zayn baru ingat.

"Avrard, dia bisa di andalkan" gumam Zayn, lalu Zayn menghubungi Avrard agar menemuinya.

Lalu Zayn memutuskan pulang, ia akan menunggu Avrard dirumah nya.

Setelah Zayn sampai kedalam rumah, Zayn memutuskan akan membersihkan dirinya, sembari menunggu Avrard datang.

***

Sedangkan disisi Elisha.

"Sudah berusaha, tapi aku tidak mengingat apa-apa," ucap Elisha.

Elisha menatap dirinya di cermin, Elisha sekuat tenaga mengingat siapa dirinya, tapi nihil. Elisha tidak mengingatnya.

"Kenapa aku tidak bisa mengingat semuanya" kata Elisha.

Tok..

Tok..

Pintu diketuk.

"Sebentar" ucap Elisha.

Lalu Elisha membuka pintu kamarnya.

"Amar, ada apa?" tanya Elisha.

"Ada teman perempuanku, kasian dia sendiri," jawab Amar.

Elisha mengangguk paham, lalu Elisha keluar dari kamarnya.

"Ini saudara aku" ucap Amar, memperkenalkan Elisha.

"Hai, nama aku Esta.."

"Aku Elisha.."

Keduanya berkenalan, niat Amar membawa teman dekatnya, supaya Elisha bisa mempunyai teman, agar dia tidak kesepian.

"Dia teman masa kecilku, kamu tidak akan sendirian lagi, sekarang," ucap Amar.

"Terima kasih Amar," ucap Elisha.

"Yasudah aku tinggal dulu, kalian enjoy berdua," ujar Amar.

"Aku akan menemani Elisha, kamu tenang saja," ujar Esta.

"Seperti biasa, kamu bisa di andalkan," jawab Amar, tersenyum, mengacungkan jempol nya.

Lalu Amar meninggalkan mereka, Amar akan memberikan ruang untuk kedua wanita itu, supaya bisa akrab.

Esta mendekati Elisha, lalu memegang tangan nya.

"Jangan takut, aku sudah tahu siapa kamu sebenarnya, Amar sudah mengatakan nya," ucap Esta.

Elisha tersenyum.

"Kita sekarang menjadi teman," ucap Esta.

"Ah terima kasih, selama disini aku kesepian, tidak di izinkan keluar dari komplek ini, karena aku masih sakit," ucap Elisha.

"Sekarang tidak akan kesepian lagi, ada aku," ujar Esta.

"Terima kasih," ucap Elisha.

"Ayo kita keluar" ajak Esta.

"Tapi memang nya tidak apa-apa?" tanya Elisha.

"Tidak El, Amar sudah mengizinkan tadi," jawab Esta.

"Baiklah, ayo" jawab Elisha.

Lalu keduanya keluar dari rumah, karena mereka bingung mau kemana, keduanya memutuskan akan ke taman komplek saja.

"Kamu sering kesini?" tanya Esta.

"Tidak, hanya sesekali saja," jawab Elisha.

"Pasti kamu kesepian, sendiri saat tante Siska dan juga Amar bekerja," ucap Esta.

"Kesepian sih, tapi aku tidak mau banyak mengeluh, sudah ditolong dan diterima baik dirumah saja, aku sudah bersyukur," jawab Elisha.

"Kamu masih tidak bisa mengingat siapa kamu sebenarnya?" tanya Esta.

"Tidak, saat aku mencoba mengingatnya, kepala ku selalu sakit, jadi aku tidak mau memaksa nya," jawab Elisha.

"Tidak apa-apa, nanti juga akan ingat," ujar Esta, tersenyum.

"Ibu Siska dan juga Amar baik, tapi aku merasa tidak enak," ucap Esta.

"Kamu akan bekerja?" tanya Esta.

"Iya sedang mencari pekerjaan, tapi aku sendiri tidak tahu identitasku," ucap Elisha.

"Kebetulan aku memiliki toko bunga, tidak terlalu besar, tapi aku memiliki empat orang pekerja, dan aku sedang mencari orang baru, yang sebelumnya keluar," ucap Esta.

"Kamu serius?" tanya Elisha.

"Aku serius, tapi gaji nya tidak terlalu banyak, tapi cukup untuk bertahan hidup selama sebulan," jawab Esta.

"Aku mau, jangan mencari orang lain, aku akan izin dulu dengan bu Siska," ucap Elisha.

Esta mengangguk.

"Dulu, saudaraku juga ada yang mengalami amnesia, tapi tidak lama setelah itu dia kembali ingat," ucap Esta.

"Bagaimana caranya?" tanya Elisha.

"Dia selalu melihat foto kebersamaan bersama keluarga dan juga teman-teman nya," jawab Esta.

"Berarti aku akan susah kembali mengingat, karena aku tidak memiliki kenangan apapun," ujar Elisha.

"Jangan berkecil hati, nanti ada waktunya kamu akan mengingat semuanya," ucap Esta.

"Semoga, tapi yang aku bingungkan, kalo aku memiliki keluarga disana, kenapa mereka tidak mencariku?" ucap Elisha.

"Apa sebenarnya aku dibuang?" ucap Elisha lagi.

"Jangan berburuk sangka, siapa tahu mereka juga sedang mencemaskan dirimu," jawab Esta.

Helaan nafas terdengar dari mulut Elisha.

"Sudah jangan sedih, aku disini akan selalu ada untukmu," ucap Esta, mengelus Elisha.

"Kita baru kenal, kenapa kamu sangat baik denganku?" tanya Elisha.

"Aku tahu bagaimana rasanya hidup berjuang sendiri," jawab Esta.

"Maksud kamu?" tanya Elisha.

"Kedua orangtuaku sudah meninggal, aku hidup sendiri," jawab Esta.

"Maaf" ucap Elisha.

"Ah tidak apa-apa, makanya aku merasakan rasanya hidup kesepian," jawab Esta.

"Menurut kamu, apa sebaiknya aku tidak terlalu berharap akan ingat semuanya?" tanya Elisha.

"Mau berharap sebesar apapun, kalo tuhan belum mengizinkan, kamu tidak akan mengingatnya, jadi. Kamu harus santai, perlahan-lahan akan ingat," jawab Esta.

"Kamu benar" ujar Elisha.

"Semangat, aku akan selalu ada, buat kamu," ucap Esta.

Elisha mengangguk, kedatangan Esta membuat Elisha tidak kesepian lagi, ia jadi bisa berkeluh kesah dengan Esta, karena Esta sudah tahu siapa dirinya, jadi tidak ada yang Elisha tutupi.

..

Sedangkan disisi, Zayn.

Avrard sudah sampai kerumah Zayn, sesuai dengan Zayn katakan, ia sendiri.

"Ada apa, tumben kamu menyuruhku kesini?" tanya Avrard, penasaran.

"Ada hal penting!" ucap Zayn.

"Ada apa?" tanya Avrard, penasaran.

"Kamu kan yang lebih tahu, tentang kepergian Emillie, dan kamu juga yang menemukan tas nya Emillie," ucap Zayn.

"Lalu?" tanya Avrard.

"Jangan bilang, kamu halu. Bertemu dengan Emillie, sudahlah Zayn, Emillie sudah meninggalkan kita," sambung Avrard lagi.

"Memang nya saat jenazah Emillie diantarkan, kalian periksa dulu gak?" tanya Zayn.

"Tidak, karena sudah ada semua bukti, sepatu Emillie sebelah, dan juga baju nya, kondisi wajah nya sudah hancur," jawab Avrard.

"Kan, apa kamu tidak kepikiran, kalo itu bukan jenazah Emillie?" tanya Zayn.

"Zayn, jangan gila, kamu harus melupakan adik kembar ku, karena dia sudah tiada," jawab Avrard, menggelengkan kepala.

***