Warning!!
Cerita ini untuk usia 21+, mohon bijak dalam memilih bacaan sesuai usia.
Menceritakan tentang wanita bernama Emma Fiorella (26) yang dimutasikan dari perusahaan cabang ke perusahaan pusat dan bertemu dengan seorang anak kecil yang menabraknya ketika dirinya sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan dan membentak ayah anak kecil itu. Namun siapa sangka pria itu ternyata adalah pemilik perusahaan dimana ia bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gelsomino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7: Taman
Emma mengambil satu sendok spaghetti ke dalam piringnya lalu memakannya. Stella tidak sabar mendengar bagaimana pendapat sahabatnya itu.
"Hmmm...enak..., tapi ada yang kurang," ujar Emma mengunyah makanan yang ada di mulutnya.
"Apa?" tanya Stella.
"Garamnya tidak ada," ujar Emma. Stella dengan cepat mencicipinya, dan benar saja tidak ada rasa garamnya.
"Perasaan tadi aku udah buat garamnya deh. Ya ampun...aku lupa memasukkan garam," pekik Stella mengingat kembali saat ia memasak spaghetti nya. Ternyata ia tidak memasukkan garam.
"Ya udah deh, buang aja kalau gitu. Gak ada yang berhasil hari ini," ucap Stella.
"Hei...ini masih bisa dimakan. Kita bisa menambahkan garamnya. Sayang banget kalau dibuang. Kita panaskan saja lalu kita tambahkan garamnya," ucap Emma mengambil wajan.
***
Drrrrttt......drtttt...., ponsel Emma bergetar.
"Siapa?" tanya Stella sembari menikmati spaghetti nya.
"Nomor baru," jawab Emma.
" Halo...." tukas Emma. Lama tidak ada balasan dari orang yang memanggilnya.
"Halo...jika tidak ada yang penting saya akan mematikannya," ujar Emma kesal.
"Ini Zio...." ucap Zio membuat Emma mengurungkan niatnya untuk mematikan panggilannya.
"Zio...., kenapa sayang," ujar Emma membuat Stella membulatkan matanya, menatap Emma hanya karena kata sayang yang diucapkannya. Sejak kapan sahabatnya itu punya pacar. Kenapa dia tidak tau. Emma kemudian menjauhkan ponselnya.
"Zio anak yang pernah Aku ceritakan," ucap Emma tidak ingin Stella salah paham.
"Zio kangen sama kakak," ucap Zio.
"Kakak juga rindu Zio..." balas Emma.
"Zio sedang di taman kak. Kakak datang temui Zio ya," pinta Zio penuh harap.
"Emmmmm....kamu di taman mana?" tanya Emma.
"Zio tidak tau, kakak bicara dengan nanny saja.." ujar Zio menyerahkan ponsel miliknya pada nanny nya. Emma lalu berbicara kepada Camala. Emma sebenarnya ingin menolak karena ada beberapa pekerjaan yang Emma sengaja bawa dari kantor untuk dikerjakannya di rumah. Namun entah kenapa hatinya tidak bisa menolak permintaan Zio. Emma merasa anak itu selalu kesepian.
"Stell, aku pergi dulu ya..kamu mau ikut gak?" tanya Emma.
"Tidak Em, kamu pergi saja. Aku ingin merapikan dapur yang sudah seperti kapal pecah ini," ujar Stella tertawa melihat dapur yang berantakan.
"Aku tidak enak membiarkanmu merapikannya sendirian, bagaimana nanti saja kita merapikannya setelah aku kembali," ujar Emma.
"Santai aja kali, biar aku saja. Lagian dapur berantakan karena aku sendiri. Sebaiknya kamu pergi temui anak itu," pungkas Stella.
"Ya sudah deh, aku pergi dulu. Bye..." ucap Emma mengambil tas dan ponselnya lalu memesan taxi.
"Eh tunggu dulu, ada yang tinggal.." tukas Emma lalu berjalan menuju kulkas. Emma mengambil puding yang ia buat tadi pagi dan membawanya untuk Zio.
"Bye Stell" ujar Emma lalu pergi.
Setibanya ditempat yang dituju, Emma mencari keberadaan Zio.
"Sepertinya mereka ada disana," batin Emma melihat Zio dan pengasuhnya.
"Hai..." ujar Emma menyapa Zio dan Camala.
Zio yang sedang tidur tiduran di atas rumput hijau langsung bangun mendengar suara Emma lalu memeluk Emma.
"Kakak bawa sesuatu untuk Zio.." ucap Emma mengusap rambut Zio.
"Benarkah? Kakak bawa apa?" tanya Zio dengan gembira.
"Sebentar, kakak ambil dulu," Emma lalu mengeluarkan kotak makanan dari dalam tasnya.
"Puding...." ujar Zio dibalas anggukan oleh Emma.
"Zio mau coba pudingnya kak.." ucap Zio. Emma lalu mengajak Zio duduk diatas rumput.
"Bibi, kemari lah, kita makan pudingnya bersama," ajak Emma pada Camala yang tampak duduk di kursi. Camala kemudian bergabung dengan Zio dan Emma. Ketiganya pun menikmati pudingnya bersama.
buat author semangat nulis nya