"kita kenapa sih milih eksplor ke desa plosok?" tanya maya.
"aduh lo bego apa gimana sih, kita kan jual konten horor misteri. ya kita harus pergi ke desa desa yang plosok dan terbelakang lah. mikir bloon," maki saki.
"diem diem, jadi kita ber empat ini fix ya pergi ke desa pancuran di kaki gunung kawi. Ada yang keberatan gak?"
.....
"lo yakin itu manusia? kenapa bungkuk begitu? dagu sama lutut aja sejajar anjir!"
"jangan ngomong kasar disini, bego lu," maki sintia.
"sorry sorry gue lupa,"
.....
"woy woy saki kesurupan anjir pasti gara gara ngomong kasar dia!" teriak sintia.
"lah lo barusan?"
"omg!!!! gak gak gue gak sengaja," teriak sintia histeris.
....
"gue mau pulang, gue mau pergi dari sini," tangis maya sambil bersembunyi di balik pohon beringin.
selengkapnya>>>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mermaidku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 11
"kamu bener bener gak bisa di kasih tau ya?" tanya arya dengan nafas tersengal.
Dilihatnya bisma yang bersimpuh di tanah dengan keadan lemas, rasa iba nya hilang... Di gantikan dengan amarah yang meluap luap, "aku tau kamu pengen sembuh, tapi kenapa kamu ini selalu memikirkan dirimu sendiri bisma? Lagi lagi kamu gak mikirin keluargamu, kamu pikir mas, mbak dan bapak itu gak malu?"
"arya sudah sudah ayo kita bawa masuk lagi," lerai mbok indri.
"pasung aja mbok, jangan biarin dia bisa keluar.... Biar saja jika dia mati dengan bentuk tubuh seperti ini, kalau bisa mati itu lebih baik daripada hidup semaunya sendiri," ucap arya.
Karena bisma sudah sekarat, beberapa warga jadi berani untuk membantu arya membawa masuk bisma ke dalam kandang. Kakinya di pasung dan tangan kirinya di borgol pengan rantai panjang, walaupun bisma sudah meraung minta ampun namun arya tak mendengarnya, "sudah mbok gak perlu di kasih makan, waktu bapak sakit saja dia juga gak mau kasih makan bapak padahal dia makan daging,"
Sebelum keluar dari kandang, arya melihat adiknya begitu lama. Namun sorot matanya sudah berubah, dingin dan benci, tak seperti dulu yang menatap bisma dengan rasa iba.
"kamu susulin maya ya le... Kamu lihat dulu keadaannya, kita harus tanggung jawab," pinta mbok indri.
"njih mbok... Nanti kalau Bisma teriak teriak biarkan saja ya mbok gak usah di pedulikan,"
"kamu gak menyesal?" tanya mbok indri.
"gak mbok, dia ini memang harus di kasih pelajaran. Sudah cukup kasihannya, walaupun aku selalu kasihan dan sedih karena keadaannya... Tapi itu gak membuat dia berubah,"
"kamu suka sama maya?"
Arya tersenyum kecut, "gak lah mbok... Aku sadar diri saja kalau mau suka sama anak anak kota itu,"
"cepat atau lambat juga mereka pasti akan cari orang untuk di nikahi kalau mau keluar dari sini, sebenarnya mereka bakalan pulang besok. Tapi karena maya lagi sakit jadi mungkin rencana mereka di undur, tapi tetap saja mereka gak akan bisa pulang,"
"emang bener mbok?" tanya sintia yang tak ikut ke rumah mbah muji.
"kamu gak ikut maya?" tanya mbok indri.
"gak mbok, emang bener kita gak akan bisa pulang mbok?" desak sintia.
"ya sepertinya ini kan yang kalian cari saat akan datang ke desa ini?" tanya mbok indri.
"tapi itukan hanya mitos, aku gak percaya,"
"kalau kamu gak percaya ya silahkan temukan jalan pulang seperti saat kamu berangkat... Yang bisa membuktikan bahwa itu mitos atau tidak kan dirimu sendiri. Sebaiknya kamu susulin maya saja cah ayu, kasihan temenmu,"
"mbok emang gak ada cara lain supaya bisa pulang? Aku gak mau disini...!"
"sudah ya, mbok mau pergi dulu, le kamu susulin maya," pamit mbok indri.
"njih mbok,"
......................
"bukannya itu cuma mitos ya mbah?" tanya farel tak percaya.
"sebenarnya aku gak tau karena dulu aku ikut orang tuaku pindah kesini. Sampai besar ya aku ikut aja apa kata orang tua, aku juga gak pernah membuktikan omongan omongan itu," jelas mbah muji.
"anak anak mbah muji dimana?"
"ya setelah mereka menikah aku suruh mereka pergi kekota, gak usah balik kesini lagi,"
"emang gak kangen mbok?" tanya saqi.
"ya kangen, tapi daripada mereka hidup di desa seperti ini ya mending di kota. Heranku... Kalian ini sudah senang hidup di kota malah kesini,"
Farel hanya tersenyum, ia masih tak percaya dengan semua yang di katakan orang orang mengenai desa ini.
"sudah, nanti kalau sudah bangun biarkan menginap disini dulu satu malam. Kalian bisa pulang ke rumah Indri,"
"berapa mbah harganya?" tanya saqi yang sudah siap membuka dompetnya.
"ohh mahal, kalian gak akan mampu bayar. Yang bisa bayar hanya arya atau indri,"
"astaga mbah... Gak papa biar kami aja,"
"tenan?" tanya mbah muji tidak yakin.
"iya mbah," ucap saqi yakin.
"ya sudah... Bawakan aku ayam cemani dua ekor yang di tangkap sendiri,"
Saqi dan farel langsung menelan ludah, satu ayam saja harganya sudah mahal. mbah muji malah meminta dua dan hasil menangkap sendiri, "mbah emang gak bisa uang aja?"
"sudah ku bilang kalian tidak akan mampu, sudah sana cari arya,"
"kenapa mbah?" tanya arya yang baru saja datang.
"pas sekali kamu kesini, nanti carikan ayam cemani ya dua ekor. Untuk ritual,"
"njih mbok," arya segera mendekati amben tempat maya di baringkan, ia melihat luka di tangan maya yang cukup dalam.
"lo udah kasih pelajaran kan buat adek lo itu?" tanya farel sewot.
"sudah mas,"
"bagus deh, emang kenapa bisa sih si bisma kesurupan begitu? Mana siang siang lagi..."
"sebenarnya juga aneh mas rasaku, bisma gak akan berani keluar siang siang biasanya. Kulitnya akan terbakar jika kena sinar matahari karena tipis, dia juga bakal cepet ngerasa sakit daripada saat malam hari. Dan tiba tiba saja nyerang maya..."
"kenapa gak di bunuh aja? Dia kan cuma bikin warga resah, orang orang jadi gak berani keluar malam... Gue juga susah kalau mau keluar malam karena mbok indri gak kasih ijin, nyusahin aja," kesal farel.
"tenang saja mas, sudah di pasung kok,"
"awas aja kalau sampai adek lo macem macem sama maya lagi, gue yang bakalan bunuh tu orang!"
"iya mas,"
"mulai sekarang lo gak usah deket deket maya deh," ucap farel sambil melipat tangannya.
"udah lah rel lo kenapa dah? Udah mendingan lo balik liatin sintia, kenapa dia gak kesini? Sana susulin dia bawa kesini," pinta saqi.
"telfon aja, gue gak mau tinggalin maya,"
"rel lo gak kasian sama maya?" tanya saqi.
"ya justru gue kasian makannya gue mau disini,"
"gak gitu dongo, maksudnya lo kan deket sama sintia. Kasian Maya kalau lo begini, sintia marahnya ke Maya bukan ke lo. Mikir oon,"
"deket gigi bapak lo, gue gak deket sama dia. Dia aja yang kebaperan,"
"bapak gue udah di tanah, gak usah di bawa bawa giginya njing....! Udah intinya lo pulang sana susulin sintia, biar gue disini sama arya," usir saqi.
"yaudah, jagain yang bener,"
"iya iya, udah sana maya juga gak bakalan ilang... Udah santai aja," usir saqi lagi.
"eee.... Mas tadi gimana kok bisa tiba tiba maya di serang sama bisma?" tanya arya.
"ya tadi cepet banget sih kejadiannya, gue di depan soalnya jadi gak terlalu tau. Pas gue balik badan maya udah jatuh aja tu di sruduk adek lo,"
"kok kayak gak mungkin kalau bisma keluar sendiri, biasanya kalau siang pintunya di kunci dari luar sama mbok indri,"
"ya lupa kali," tebak saqi.
"kayaknya ada yang sengaja buka kuncinya...."