NovelToon NovelToon
Cahaya Di Balik Gunung

Cahaya Di Balik Gunung

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Reinkarnasi / Romansa / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ihsan Fadil

Raka adalah seorang pemuda biasa yang bermimpi menemukan arti hidup dan cinta sejati. Namun, perjalanan hidupnya berbelok saat ia bertemu dengan sebuah dunia tersembunyi di balik mitos dan legenda di Indonesia. Di sebuah perjalanan ke sebuah desa terpencil di lereng gunung, ia bertemu dengan Amara, perempuan misterius dengan mata yang seakan memiliki segudang rahasia.

Di balik keindahan alam yang memukau, Raka menyadari bahwa dirinya telah terperangkap dalam konflik antara dunia nyata dan kekuatan supranatural yang melingkupi legenda Indonesia—tentang kekuatan harta karun kuno, jimat, serta takhayul yang selama ini dianggap mitos.

Dalam perjalanan ini, Raka harus menghadapi berbagai rintangan, termasuk rasa cintanya yang tumbuh untuk Amara, sembari berjuang mengungkap kebenaran yang tersembunyi di balik cerita rakyat dan keajaiban yang mengikat mereka berdua. Akan tetapi, tidak semua yang bersembunyi bisa dipercaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ihsan Fadil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32: Bayangan yang Mencekam

Malam semakin larut. Udara yang semula sejuk kini mulai terasa semakin dingin. Angin berhembus pelan melalui celah-celah pepohonan yang berbaris rapi di sekitar dataran tinggi tempat mereka beristirahat semalam. Bulan memudar di balik awan yang mulai menutupi langit, dan ketenangan malam menjadi sarana yang sempurna bagi perasaan yang bergejolak dalam diri masing-masing.

Amara membuka mata dari tidurnya yang nyenyak dan berusaha merasakan ketenangan malam yang kini berubah menjadi sesuatu yang sulit dipahami. Perasaannya mulai terganggu oleh hal-hal yang tak dapat ia jelaskan, seperti ada sesuatu yang mengintai mereka di balik bayang-bayang yang samar.

"Arjuna," suara Amara pelan memanggil.

Arjuna yang sedang duduk memeriksa beberapa peta di bawah cahaya sisa api unggun mendongak. "Ada apa, Amara?" tanyanya sambil meletakkan peta yang sedang ia pelajari.

"Aku... aku merasa seperti ada yang mengikuti kita," ujarnya dengan ragu.

Arjuna menatapnya sejenak, lalu mendekat. "Maksudmu apa?"

Amara mencoba mengumpulkan keberaniannya. "Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Hanya perasaan ini—seperti ada bayangan yang bergerak di antara pepohonan. Sesuatu yang tak terlihat jelas, tapi terasa sangat dekat."

Arjuna mengerutkan dahi. "Kau mungkin hanya lelah, Amara. Ini sudah malam, dan kepenatan bisa mempengaruhi indera kita. Tapi jika kau benar-benar merasa seperti itu, kita harus tetap waspada."

Amara mengangguk, meskipun hatinya masih berdebar.

 

Bayangan di Ujung Keheningan

Malam kembali jatuh dalam keheningan yang aneh. Gelap mencekam, hanya cahaya purnama yang mulai tenggelam di balik awan. Namun, perasaan ketakutan yang dirasakan Amara semakin meningkat. Suara angin seakan membentuk desisan aneh yang membingungkan dan menakutkan.

Raka yang sebelumnya tertidur mendadak terbangun, terkejut oleh perubahan suasana. "Ada apa ini?" tanyanya dengan suara yang serak dan pelan.

Arjuna menghela napas panjang. "Amara merasakan ada sesuatu yang tak biasa. Mungkin kita hanya perlu tetap waspada dan memeriksa sekeliling kita."

Raka mendekat, matanya berkilauan dalam cahaya redup. "Apakah kita mungkin sedang diawasi?"

Suasana semakin tegang. Mereka saling bertukar pandang, masing-masing mencoba memahami ketakutan yang mulai mendekat. Ketiga orang itu tahu bahwa di dunia ini, mereka bukan hanya berhadapan dengan teka-teki sejarah atau artefak yang mereka cari. Ada bahaya yang lebih abstrak dan sulit dijelaskan—bahaya yang kini seperti mengintai mereka dari kegelapan.

Mereka berdiri dan mulai memeriksa area sekitar. Angin berhembus lebih kencang sekarang, dan setiap bayangan yang bergerak di balik pepohonan terlihat seperti sosok yang hidup.

"Arjuna, apa yang kita hadapi sebenarnya?" tanya Raka, berusaha tetap tenang meskipun ketegangan semakin menggelayuti mereka.

Arjuna memeriksa beberapa sinyal dan mengarahkan pandangannya ke berbagai titik yang mencurigakan. "Sulit untuk memastikan. Tapi aku akan mencoba menggunakan teknik yang biasa aku gunakan dalam penyelidikan—memeriksa jejak dan gelombang energi," ujarnya dengan nada tegas.

Mereka mulai bergerak hati-hati, melangkah perlahan di bawah cahaya samar yang datang dari bintang dan bulan. Setiap langkah terasa seperti menambah ketegangan yang sudah memuncak.

 

Jejak Tak Berwujud

Arjuna memimpin mereka melewati semak-semak yang basah oleh embun malam. Tangannya memegang senter kecil yang memancarkan cahaya redup, membantu mereka melihat jalan di kegelapan. Namun, semakin jauh mereka berjalan, semakin mereka merasakan bahwa kegelapan itu bukan hanya hitam—ada sesuatu yang bersembunyi di baliknya.

"Apa ini?" tanya Amara yang mulai panik.

"Jejak... ini bukan jejak biasa," kata Arjuna sambil berjongkok dan memeriksa tanah dengan senter di tangannya. Jejak yang ia maksud terlihat samar—sebuah jejak yang tampak seperti langkah, namun berbau lebih menyeramkan dan tak wajar.

Raka mendekat. "Jejak apa itu, Arjuna?"

Arjuna menggaruk kepalanya, berpikir keras. "Sulit untuk dijelaskan. Ini bukan jejak binatang biasa. Ada sesuatu yang aneh dengan jejak ini—seperti sesuatu yang tak wajar mengikuti kita, mengintai kita."

Mereka saling berpandangan. Keringat mulai mengalir di dahi mereka, dan setiap gerakan mulai terasa lebih hati-hati.

"Baik, kita harus terus bergerak," ujar Arjuna akhirnya sambil berdiri. "Kita akan mencari sumbernya. Hati-hati dengan setiap langkah kita."

Mereka melanjutkan perjalanan dengan hati yang berdebar, berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain, berusaha melacak bayangan yang mereka curigai sebagai ancaman. Setiap kali mereka bergerak, angin bertiup lebih kencang dan semak-semak bergoyang seakan ada yang mengintai mereka dari baliknya.

 

Konfrontasi di Tempat Terbuka

Setelah berjalan beberapa saat, mereka sampai di sebuah lapangan yang terbuka. Tempat ini tampak seperti sisa ruang untuk melihat bintang dan langit malam dengan jelas. Namun, ketenangan tempat ini malah semakin menambah ketakutan mereka.

Dan tiba-tiba—suara itu terdengar. Sebuah langkah yang pelan namun pasti.

Mereka saling memandang. "Siapa itu?" tanya Raka dengan suara bergetar.

Kegelapan mulai beriak di ujung lapangan, dan sosok itu muncul—gelap, bergerak perlahan, dengan bentuk yang tak bisa mereka pahami.

"Siapa di sana?" suara Arjuna terdengar tegas, meskipun ketakutan mulai merayapi dirinya.

Bayangan itu berhenti sejenak, lalu mulai mendekat. Cahaya senter yang mereka gunakan memantul pada sosok itu, dan semakin dekat mereka melihat bahwa itu bukan makhluk biasa. Sosok itu berbalut bayangan gelap yang berdenyut, seakan hidup dalam kegelapan itu sendiri.

"Jangan mendekat!" ancam Amara, berusaha tetap memegang ketenangan di tengah kepanikan.

Bayangan itu berhenti di tempatnya. Sejenak suasana menjadi sunyi, hanya angin yang berhembus dan detak jantung mereka yang saling bersahutan.

Dan kemudian, suara itu terdengar lagi—suara serak yang menakutkan dan datang dari kegelapan itu.

"Kalian tidak bisa lari dariku," katanya, suaranya seperti bisikan yang menyeramkan.

Mereka terdiam, tidak tahu harus berbuat apa. Bayangan itu semakin dekat, dan setiap kata yang keluar dari mulutnya mengirimkan hawa dingin ke tulang mereka.

"Siapa kau?" tanya Arjuna, berusaha tetap tegas meskipun ketakutan mulai menguasai dirinya.

Bayangan itu hanya tersenyum gelap, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut. Suasana mencekam semakin memuncak.

Mereka tahu bahwa ini bukan hanya ketakutan biasa. Ini adalah sesuatu yang jauh lebih berbahaya—dan mereka harus segera menemukan cara untuk menghadapinya sebelum kegelapan itu menelan mereka sepenuhnya.

Bayangan itu berdiri di tengah kegelapan, seperti patung hitam yang bergerak dengan perlahan namun pasti. Sosoknya tampak ambigu—kadang terlihat seperti bayangan manusia biasa, namun ketika cahaya senter menyinari lebih dekat, siluetnya seakan berubah menjadi sesuatu yang jauh lebih gelap dan mengerikan.

Amara menggigil, mencoba untuk tetap berdiri, meskipun seluruh tubuhnya bergetar hebat. "Kita harus bersembunyi," bisiknya dengan suara hampir tak terdengar.

"Tapi kemana kita bisa bersembunyi?" kata Raka dengan suara bergetar. "Kita berada di lapangan ini—tidak ada tempat untuk berlindung."

Bayangan itu bergerak sedikit lebih dekat. Setiap gerakannya seperti alur yang membuat angin semakin berhembus tajam. Semua orang merasa seakan akan ditarik oleh sosok itu, seperti bayangan itu memiliki daya tarik yang membuat mereka lemah dan tak berdaya.

"Berhenti!" suara Arjuna memecah ketegangan yang mulai memuncak. Ia mengarahkan senter ke sosok itu sambil berusaha memanaskan keberaniannya. "Jika kau ingin berhadapan denganku, katakan siapa kau dan apa yang kau cari."

Bayangan itu berhenti lagi. Suasana kembali sunyi, hanya angin dan degup jantung mereka yang saling berpacu cepat. Arjuna bisa merasakan ketegangan ini, seakan-akan mereka sedang berdiri di ujung jurang yang gelap tanpa tahu apa yang ada di bawahnya.

Suara bayangan itu terdengar lagi, kali ini lebih dalam dan mencekam. "Kalian telah mengganggu keseimbangan. Kalian telah mengungkap rahasia yang harus tetap terkubur."

Amara memegang dadanya. "Keseimbangan apa yang kau maksud?" tanyanya dengan berusaha tetap tenang.

Bayangan itu tertawa pelan—tertawa yang menyeramkan dan bergema seperti gema dari kedalaman kegelapan. "Keseimbangan antara kekuatan lama dan dunia yang kalian kenal. Kalian tidak tahu apa yang telah kalian bangkitkan. Aku adalah pengawas, penjaga yang memastikan segalanya tetap dalam keharmonisan... tapi sekarang segalanya terganggu karena ulah kalian."

Kata-kata itu seperti petir yang membelah kesunyian malam. Amara, Arjuna, dan Raka saling bertukar pandang. Ini bukan hanya ancaman biasa. Ini adalah sesuatu yang jauh lebih besar—sebuah peringatan dari kekuatan yang mereka belum pahami sama sekali.

"Jadi apa yang harus kami lakukan? Mengalahkanmu?" tanya Arjuna dengan penuh tekad.

Bayangan itu tertawa lagi, kali ini lebih keras, lebih menakutkan. "Kau tidak bisa mengalahkan sesuatu yang sudah lama ada di sini. Kalian hanya bisa memilih—terus berlari dan membiarkan keseimbangan ini hancur, atau mengorbankan segalanya untuk memperbaiki jalannya waktu."

Amara menatap bayangan itu dengan penuh kebingungan. "Kau bercanda? Mengorbankan segalanya? Apa maksudmu?"

Bayangan itu bergerak sedikit, mendekatkan dirinya. Sosoknya semakin nyata di bawah cahaya redup itu—mata yang berkilauan, wajah yang samar namun menakutkan.

"Kalian memiliki pilihan, tapi konsekuensinya selalu berat. Kalian harus memutuskan dalam waktu yang singkat sebelum segalanya menjadi lebih gelap dan tak terkendali."

Angin bertiup lebih kencang, dan bayangan itu semakin dekat. Suasana semakin mencekam, seakan-akan mereka berdiri di ambang pertempuran yang tak mereka pahami.

Mereka tahu ini bukan akhir dari segalanya, tetapi bagaimana mereka bisa menghadapinya? Apakah mereka bisa memercayai ancaman ini? Atau justru ini adalah jebakan yang akan mereka sesali jika mereka tidak berpikir matang?

Bayangan itu masih menatap mereka, senyum gelapnya semakin mengembang. Suara ketukan jantung mereka bergema di telinga.

Arjuna menegakkan tubuhnya. "Kami tidak akan lari. Jika ada solusi untuk mengembalikan keseimbangan itu, kami akan menemukannya. Tapi jika harus bertarung, kami akan melawanmu."

Bayangan itu terdiam sejenak, lalu menghilang kembali ke kegelapan. Suasana kembali sunyi. Hanya angin yang berhembus dan dentingan hati mereka yang saling berpacu.

"Kita harus berpikir cepat," kata Arjuna sambil memejamkan mata dan menarik napas panjang. "Kita tidak tahu apa yang akan terjadi jika kita terus berada di sini tanpa rencana."

Mereka semua saling berpandangan dalam keheningan malam. Tak satu pun dari mereka tahu apa yang akan mereka hadapi. Namun, satu hal yang mereka sadari—mereka harus menemukan jalan keluar dari kegelapan ini. Segalanya bergantung pada mereka sekarang, dan pilihan yang mereka buat bisa menentukan nasib mereka semua.

1
Yurika23
Aku mampir ya thor..nyimak dulu yah ..gabut nih...bosen, kesel ..nopelku sepi pengunjung...udah aja baca2 ke nopel senior....
Ihsan Fadil: sama aja thor
total 1 replies
anggita
sip⭐ lah
anggita
👍👍👌👌..,,
anggita
😱.. wouu 🐉👹
anggita
like👍iklan ☝☝. moga novelnya lancar.
Ihsan Fadil: aamiin makasih
total 1 replies
anggita
novelnya cukup menarik. mungkin sering promosi aja biar pembacanya bertambah👏.
anggita
Raka.. Amara,, 😘
Leni Martina
semangat Thor,baca dulu ya
Ihsan Fadil: oke semangT
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!