Ditengah keterpurukannya atas pengkhianatan calon suami dan sahabatnya sendiri, Arumi dipertemukan dengan Bara, seorang CEO muda yang tengah mencari calon istri yang sesuai dengan kriteria sang kakek.
Bara yang menawarkan misi untuk balas dendam membuat Arumi tergiur, hingga sebuah ikatan diatas kertas harus Arumi jalani demi bisa membalaskan dendam pada dua orang yang telah mengkhianatinya.
"Menjadi wanitaku selama enam bulan, maka aku akan membantumu untuk balas dendam."_ Bara Alvarendra.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 : Ikatan Diatas Kertas.
Randy meneguk kembali minuman ditangannya langsung dari botol. Sejak pernikahannya dengan Arumi gagal, hidupnya mulai kehilangan arah, hampir setiap malam dia minum dan mabuk-mabukan. Bahkan Tuan Reza dibuat marah setiap hari karena Randy selalu datang siang ke kantornya.
Memang, tidak mudah bagi Randy untuk menerima kenyataan jika Arumi sekarang sudah menjadi istri dari pria lain. Dua tahun menjalin hubungan bukanlah waktu yang sebentar, banyak hal yang sudah mereka lalui bersama dalam suka maupun duka.
Kepolosan dan sifat lembut Arumi yang membuatnya jatuh cinta, kehadirannya telah membawa warna sendiri dalam hidup Randy. Sedikit banyak Randy tau akan hidup kelam yang dilalui oleh Arumi setelah ayah Arumi menikah lagi, itulah sebabnya Randy ingin menjaga dan selalu melindungi gadis itu. Randy berharap bisa membawa gadis itu keluar dari keluarga yang tidak memperlakukannya dengan baik.
Tapi nyatanya keinginan hanya tinggal keinginan, kehadiran Delia malam itu telah membawanya pada jurang kesalahan terbesar dalam hidupnya.
"Aarrghh...!!!"
Randy melemparkan botol ditangannya ke arah tembok, pecahan botol itu pun berserakan di atas lantai. Dia yang sedang duduk lesehan di atas karpet menyenderkan tubuhnya ke sofa sambil menjambak rambutnya kuat-kuat kebelakang.
"Arumi... Maafkan aku Rum..."
Meskipun sedang dalam keadaan mabuk, Randy sadar, kata maaf tidak akan pernah cukup untuk menyesali perbuatannya dengan Delia. Keinginannya untuk mempersunting Arumi sudah sirna, gadisnya kini sudah menjadi milik pria lain. Sungguh, Randy ingin egois dalam hal ini, meskipun dia sudah pernah tidur dengan Delia dan menikmati indahnya surga dunia dengannya, tapi Randy merasa tidak rela jika Arumi-nya sampai tersentuh oleh pria lain, membayangkannya saja membuat hatinya begitu teriris, mungkin seperti ini perasaan Arumi saat memergoki dirinya tengah memadu cinta dengan Delia diatas ranjang malam itu.
_
_
_
Sama halnya dengan Randy, saat ini Arumi pun tengah memikirkan pria itu. Malam ini Arumi tengah berdiri di atas balkon kamar sendirian, menatap indahnya bintang-bintang yang bertebaran di langit. Jika saja waktu itu Randy tidak mengkhianatinya, mungkin sekarang dia dan Randy juga sedang pergi berbulan madu.
Pintu kamar dibuka, Bara masuk dan langsung dibuat gagal fokus melihat kemolekan tubuh Arumi dari arah belakang yang hanya menggunakan satu set piyama super pendek. Jika dengan kakeknya dia harus sering minum obat sakit kepala, dengan Arumi dia harus banyak-banyak memakai obat tetes mata.
Arumi yang menyadari kehadiran suaminya pun langsung menoleh dan segera meninggalkan balkon.
"Mas..."
"Kamu gak dingin pakai baju minim bahan seperti ini?" tanya Bara.
"Dingin sih Mas, tapi nanti kan bisa selimutan," jawab Arumi.
Bara mengangguk pelan, kemudian dia berjalan ke arah ranjang dan membaringkan tubuhnya di atas kasur, disusul oleh Arumi yang berbaring di sebelahnya.
Arumi memiringkan tubuhnya dan menatap Bara yang tidur terlentang, "Mas..."
"Hmmm..."
"Aku terus kepikiran sama ular yang kamu bilang tadi siang. Bagaimana kalau kita lagi tidur terus tiba-tiba ularnya naik ke atas ranjang?" tanya Arumi, Bara langsung menoleh ke arahnya.
"Ngapain dipikirin. Udah, mending kamu tidur aja, udan malam,"
Keduanya sempat terdiam beberapa saat sebelum akhirnya Arumi kembali bertanya.
"Mas..."
"Apalagi sih Rum?"
"Kamu sama pacar kamu sudah berapa lama pacaran?"
Sebenarnya mata Arumi sudah sangat berat dan mengantuk, tapi dia masih ingin mengobrol dengan Bara. Jika dirumah, mereka memang jarang dan bahkan hampir belum pernah ngobrol seperti ini sebelum tidur, karena setiap Arumi masuk ke dalam kamar setelah menemani Cia belajar dan bermain, Bara pasti sudah tidur. Arumi tidak tahu saja jika sebenarnya Bara hanya pura-pura tidur untuk menghindari kontak fisik atau obrolan dengannya, Bara takut khilaf.
"Satu tahun lebih," jawab Bara.
"Kenapa kamu tidak meyakinkan kakek saja agar kamu bisa menikahi pacar kamu itu Mas? Jika dilembuti, kakek pasti akan luluh dan akan memberikan restu,"
"Sayangnya pacarku tidak bisa selembut itu menghadapi sikap kakek." Bara menghela nafas panjang, "Sifat mereka sangat bentrok dan sama-sama keras, itulah yang membuat mereka sangat sulit untuk disatukan."
Arumi mengangguk-anggukkan kepalanya pelan, matanya semakin tidak bisa diajak berkompromi.
"Kamu sendiri kenapa bisa memutuskan menikah muda dengan pacar kamu yang pengkhianat itu? Untung saja kamu mengetahui pengkhianatannya diawal, jika sudah menikah, kamu pasti akan lebih terluka. Dan jika malam itu aku tidak menyelamatkanmu, sekarang kamu pasti hanya tinggal nama. Apa kamu pikir bunuh diri itu bisa..."
Bara menggantung kalimatnya karena saat dia menoleh kesamping Arumi sudah terlelap. Gadis itu pasti sangat lelah karena belum beristirahat setelah mereka melakukan perjalanan jauh untuk datang ke tempat ini tadi pagi.
Bara beranjak duduk dan menarikkan selimut untuk menutupi tubuh Arumi. Pandangannya kini beralih pada wajah polos Arumi yang tengah tidur, satu tangannya terangkat dan menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cantik istrinya.
"Bodoh sekali pria yang sudah menyia-nyiakan kamu Rum." ucapnya dengan lirih.
Cukup lama Bara memandangi wajah istrinya itu hingga suara dering ponsel Arumi mengalihkan perhatiannya. Bara meraih ponsel milik istrinya itu dari atas nakas dan ada panggilan masuk dengan nama Randy disana.
"Untuk apa dia masih menghubungi Arumi lagi? Apa dia mau cari masalah!"
Perlahan Bara menarik dirinya turun dari atas ranjang demi tidak menggangu istirahat istrinya. Dia berjalan keluar kamar dengan membawa ponsel Arumi ditangannya. Bara menggeser tombol hijau saat Randy kembali menelfon.
"Rum, akhirnya kamu mau mengangkat telefonku. Aku sangat merindukanmu Rum, aku tau kamu pasti masih sangat mencintai aku,"
"Siapa bilang? Arumi sekarang adalah istriku, tapi kamu masih berani mengganggunya, apa kamu tidak tau malu?"
Randy tertawa getir, "Aku tidak percaya jika kalian berdua menikah karena saling cinta. Aku sangat mengenal Arumi, dia bukan tipe wanita kebanyakan yang akan mudah jatuh cinta apalagi dengan iming-iming tampang dan harta."
Randy tidak percaya jika Arumi bisa secepat itu berpaling hati. Dulu, dia bahkan membutuhkan waktu satu tahun lebih untuk bisa meluluhkan hati Arumi. Tidak cukup satu kali Randy menyatakan perasaannya karena sempat beberapa kali Arumi menolaknya dengan halus. Namun, Randy tidak pantang menyerah, dia terus berusaha meyakinkan dengan berbagai cara hingga akhirnya Arumi luluh dan mau menerima perasaannya.
Bara tersenyum kecut, "Jika kamu mengenal Arumi, kamu tidak akan mungkin tega untuk mengkhianatinya. Aku peringatkan kamu sekali lagi, Arumi sekarang adalah milikku, dan aku tidak akan pernah melepaskannya untuk siapapun, termasuk kamu!" gertak Bara sebagai ancaman supaya Randy tidak mengganggu Arumi lagi.
Bara menurunkan ponsel itu dari telinganya dan mematikan sambungan telefonnya. Dia juga memblokir nomor Randy dan menghapusnya dari kontak Arumi.
"Maaf Rum, aku terpaksa melanggar poin nomor tiga dengan ikut campur urusan pribadimu!"
...🍁🍁🍁...
di tunggu lho kiss nyaa... ehhh
🤭
balas semua sakit hati mu Rum...
air mata mu terlalu berharga untuk menangisi laki laki penghianat seperti Randy...